Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Ternyata Aku Mencintainya
Kedua karyawan itu meletakkan tray berisi sepatu di hadapan Kelvin dan Wilona dengan penuh kehati-hatian.
"Ini adalah koleksi terbaik yang kami miliki, Pak. Silakan dipilih," ujar salah satu dari mereka sambil tersenyum ramah.
Kelvin berdiri dan mulai memperhatikan satu per satu sepatu yang dipajang di atas tray. Ia menilai dengan saksama, lalu mengambil dua pasang flat shoes dan satu pasang heels yang menurutnya paling cocok untuk Wilona.
Look pertama:
Flat shoes berwarna putih dengan ujung runcing, terbuat dari bahan faux leather. Sepatu ini dilengkapi tali Mary Jane kecil yang melintang di punggung kaki, lengkap dengan gesper mungil berwarna emas yang menambah kesan manis dan feminin.
Kelvin perlahan menekuk lutut di depan Wilona, mengambil posisi seolah sedang melamar. Ia tersenyum kecil, lalu membuka sepatu yang tengah dikenakan Wilona.
Dengan gerakan lembut, ia mengambil sepasang flat shoes putih yang tadi dipilihnya, lalu memasangkannya ke kaki Wilona dengan hati-hati. Saat sepatu itu pas sempurna di kaki kekasihnya, Kelvin tersenyum puas.
"Pas banget," gumamnya sambil menatap Wilona penuh kagum. Sepasang sepatu pertama itu langsung ia sisihkan dan amankan.
Look kedua:
Sepasang heels pendek yang memancarkan kesan elegan dan anggun. Bagian depannya berbentuk round-square toe, berwarna putih tulang yang lembut.
Dua baris tali mutiara imitasi melingkari pergelangan kaki, menjadi pengikat sekaligus aksen mewah. Di bagian belakang, sepatu ini dihiasi pita satin besar yang menambah sentuhan romantis dan manis.
Kelvin kembali berlutut di hadapan Wilona, kali ini dengan sepasang heels elegan di tangannya. Dengan lembut, ia memasangkannya ke kaki Wilona, lalu menatap ke atas sambil berkata lembut,
"Coba berdiri, sayang... Aku mau lihat penampilanmu sepenuhnya."
Wilona pun berdiri perlahan dan memutar tubuhnya sekali, memperlihatkan setiap sudut tampilannya. Kelvin tak bisa menyembunyikan senyumnya.
"Cantik banget..." ucapnya kagum, lalu mengangguk mantap. Heels kedua pun langsung ia sisihkan dan amankan.
Look ketiga:
Sepasang sepatu flat dengan ujung lancip berwarna perak mengilap, dipenuhi efek glitter yang memberikan kesan mewah dan berkilau.
Di bagian atas sepatu, terdapat aksen berbentuk persegi yang dihiasi mutiara putih, dibingkai dengan manik-manik emas, menambahkan sentuhan glamor dan elegan yang begitu menawan.
Kelvin kembali berlutut, kali ini untuk memasangkan sepasang flat shoes berwarna perak mengilap di kaki Wilona. Warnanya senada dengan dress biru pastel yang dikenakan Wilona, menciptakan harmoni yang begitu manis.
Sepatu itu tampak begitu pas di kaki putihnya, membuat penampilan Wilona terlihat semakin memesona.
Kelvin menatap puas ke arah Wilona, lalu berdiri dan menggenggam tangannya sambil tersenyum.
"Semuanya kelihatan bagus banget di kaki kamu, sayang… Kita beli semua ya," ucapnya lembut.
Saat Kelvin berdiri dan hendak meminta karyawan untuk membungkus tiga pasang sepatu pilihannya, Wilona yang masih duduk tiba-tiba meraih tangan Kelvin, menghentikannya.
Kelvin menoleh, menatap Wilona yang menggelengkan kepala pelan, seolah memohon agar Kelvin tidak berlebihan.
Melihat itu, Kelvin tersenyum lembut dan kembali menekuk lutut di hadapan Wilona. Ia menggenggam tangan kekasihnya itu dan menatapnya penuh sayang.
"Kamu cuma mau satu pasang, sayang?" tanya Kelvin dengan suara pelan.
Wilona mengangguk dengan ekspresi manja.
"Satu pasang aja udah cukup... jangan dibeli semua, ya..." ucapnya lembut.
Kelvin mengangguk, mengelus pipi Wilona dengan ibu jarinya.
"Iya, sayang... tunggu sebentar, ya."
Namun, begitu ia berdiri dan membalikkan badan, Kelvin malah meminta karyawan untuk membungkus semua flat shoes di tray pertama dan semua heels di tray kedua.
Wilona refleks berdiri kaget. Belum sempat ia berkata apa-apa, Kelvin sudah buru-buru menyela,
"Mba, cepet ya, tolong dibungkus semuanya," ucapnya dengan nada cepat sambil menoleh ke arah Wilona dengan tawa jahil di wajahnya.
Wilona yang kesal hanya bisa mencubit pinggang Kelvin pelan.
"Ihh... bandel banget sih kamu..."
Kelvin tertawa geli, lalu menggenggam tangan Wilona yang mencubitnya, menatapnya dengan penuh sayang.
"A..." ucap Kelvin sambil tertawa.
Wilona mengerutkan alis dan mencibir manja. Wajah cemberutnya membuat Kelvin luluh seketika.
Ia pun meraih pipi Wilona, menciumnya lembut di kening, lalu menatap mata gadis itu dalam-dalam.
"Aku akan usahakan yang terbaik buat kamu… apa pun itu. Semua yang kamu butuhkan, akan aku penuhi," ucap Kelvin serius, namun tetap dengan nada lembut.
Wilona perlahan melepaskan tangan Kelvin dari wajahnya.
"Tapi, Vin… kita baru aja jadian. Terlalu berlebihan kalau kamu melakukan hal-hal seperti tadi..."
Kelvin mengernyitkan alis.
"Vin??" ulangnya, seolah tak percaya.
Lalu ia membungkuk mendekat dan berbisik di telinga Wilona.
"Panggil 'Vin' sekali lagi… aku bawa kamu balik ke hotel tadi," bisiknya menggoda.
Kelvin kembali berdiri, menatap Wilona dengan senyum penuh arti. Wilona terkejut, matanya terbelalak, namun bibirnya tersenyum geli sambil memukul lengan Kelvin pelan.
Setelah itu, Kelvin menggandeng Wilona menuju meja kasir dan membayar semua sepatu yang telah dipilih. Selesai berbelanja, mereka pun keluar dari mall dan melanjutkan perjalanan menuju rumah Wilona.
Sesampainya di rumah Wilona
Kelvin dan Wilona keluar dari mobil. Kelvin langsung membawa semua paper bag belanjaan dan tidak mengizinkan Wilona membawa satu pun.
Wilona membuka kunci pagar, lalu pintu rumah, dan mereka masuk bersama. Sesampainya di ruang tamu, Kelvin meletakkan semua belanjaan di lantai.
Ia lalu menatap Wilona, memeluknya erat.
"Sayang… terima kasih sudah meluangkan waktu buat aku. Dan terima kasih karena sudah menerima perasaanku," bisiknya.
Kelvin melepaskan pelukan itu dengan senyum hangat.
"Aku pulang dulu, ya. Besok aku jemput kamu di kantor."
Wilona mengangguk.
"Iya… terima kasih juga atas semua yang kamu lakukan dan berikan hari ini. Aku senang… hati-hati di jalan, ya," ucapnya sambil melambaikan tangan kecil.
Kelvin pun berjalan keluar rumah, melewati pagar, lalu menoleh sebelum masuk mobil.
"Dah, sayang," katanya sambil melambaikan tangan.
Wilona membalas lambaian itu dengan senyum manis di wajahnya. Kelvin masuk ke mobil, menyalakan mesin, dan melaju pulang.
Sesampainya di rumah Kelvin
Ia memarkir mobil di garasi dan membawa semua barang masuk ke dalam rumah. Saat membuka pintu, ia mendapati kedua orang tuanya sedang bersantai menonton film di ruang tengah.
Mendengar langkah kaki Kelvin, sang ayah langsung menoleh, berdiri, dan memanggilnya.
"Kelvin..."
Kelvin tersenyum, meletakkan barang bawaannya di lantai, lalu memeluk ayahnya yang baru pulang dari luar negeri.
"Hai, Yah… baru sampai, ya?"
Ayahnya kembali duduk.
"Ayah sampai kemarin sore. Sempat mau hubungi kamu, tapi kata mamah jangan ganggu dulu. Sampai sekarang pun ayah gak tau alasannya."
Mamah Kelvin hanya tersenyum, menyesap teh hangatnya, lalu meletakkan gelas ke meja.
"Gimana perjalananmu sama Wilona?" tanyanya dengan senyum jahil.
Sang ayah mengernyit, bingung.
"Wilona? Bukannya pacar kamu Viona?"
Mamahnya tertawa kecil dan menepuk pelan paha suaminya.
"Yah… Kelvin udah tahu semuanya."
Sang ayah mengangkat alis, menatap Kelvin.
"Bener, Vin? Jadi kamu udah nggak sama Viona lagi?"
Kelvin duduk dan mengangguk tenang.
"Iya, Yah. Aku udah nggak ada hubungan sama Viona. Sekarang aku sedang menjalin hubungan dengan perempuan yang bukan cuma cantik, tapi juga baik dan tahu cara menghargai aku."
Ayahnya melirik mamah sambil tertawa.
"Wah, ternyata anak kita ini nggak sabaran, Mah… baru putus langsung dapat pengganti."
Mamah ikut tertawa.
"Hahaha… iya, Yah. Tuh kan, bener kata mamah… Wilona itu bukan cuma sekadar teman."
Kelvin yang mulai salah tingkah langsung berdiri.
"Hahaha… ya, begitulah, Mah. Udah ah, aku ke atas dulu, mau istirahat. Selamat malam ayah, selamat malam Mah."
...----------------...