Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Sakit Tak Berdarah.
"Sudah puas kamu membuat drama seperti ini hah!" ucap Damar langsung marah kepada Serra ketika kedua orang tuanya sudah tidak ada.
"Aku sama sekali tidak membuat drama. Apa yang aku lihat benar apa adanya. Aku tidak mengikuti Mas dan foto itu benar!" jawab Serra dengan tegas.
Damar langsung mengambil ponsel Serra dari atas meja, tanpa aba-aba Damar langsung membanting ponsel itu dengan keras di atas lantai sehingga berkeping-keping yang membuat Serra kaget dengan menutup mulutnya dan sementara Maya tersenyum miring.
"Mas...." lirih Serra.
"Aku peringatkan kepada kamu sekali lagi untuk tidak macam-macam dan apalagi berani mengikutiku dan juga Maya!" tegas Damar menunjuk tepat di depan Serra.
"Mau seperti apapun hubunganku dengan Maya itu adalah urusanku," lanjutnya.
"Apa itu artinya kamu mengakui bahwa memiliki hubungan dengan dia di belakangku?" tanya Serra sudah berlinang air mata merasa hatinya begitu sangat sakit.
"Apa aku harus menjelaskan kepadamu?" tanya Damar.
"Kenapa Mas tega melakukan semua itu. Kenapa tidak mengakui di depan Mama dan Papa, kenapa menjalani hubungan seperti itu di belakangku. Apa salahku?" tanya Serra.
"Sebelum aku menjawab seluruh pertanyaanmu dan sebaiknya kamu ngaca. Apa kamu pikir aku sudi terus didampingi wanita sepertimu hah! Aku adalah laki-laki normal dan aku tahu mana yang bagus dan tidak. Kau hanya wanita kampungan yang di rumah ini tidak ada apa-apanya. Jadi jika sudah diberikan tempat tinggal yang enak maka sadar diri, bukan mencampuri urusanku!" tegas Damar.
Serra hanya terdiam dengan semua pengakuan suaminya yang sangat menyakiti hatinya, ini melebihi tertusuk jarum tetapi sudah tombak yang begitu runcing.
"Jika kau melihat aku bersama dengan Maya dengan keadaan seperti apapun. Awas saja jika kau berani membahas ini dengan kedua orang tuaku dan apalagi ada Kakek. Kau harus siap-siap berurusan denganku!" tegas Damar memberikan ancaman dengan menunjuk tempat di wajah Serra.
"Dasar kampungan!" umpat Damar sebelum dia pergi.
"Huhhh, ternyata sia-sia juga semua yang dilakukan istri sah, tetap saja segala usahanya tidak dianggap. Makanya wanita itu tahu diri, bagaimana suami kamu tidak melirik wanita lain jika penampilan kamu saja seperti ini," ucapnya menatap Serra dengan sangat jijik.
"Bukankah kamu sudah diingatkan untuk ngaca, maka gunakan kaca yang besar di kamarmu itu agar bisa sadar diri. Jangan sok petenteng yang mencoba mengadukkan ku kepada orang-orang yang ada di rumah ini dan lihatlah bagaimana reaksi orang-orang di rumah ini yang menganggapmu sangat bodoh dan kampungan," ucap Maya dengan sinis yang tersenyum penuh ejekan kepada Serra yang tidak dapat berbicara apapun hanya bibirnya saja bergetar dengan tangannya terkepal.
"Sangat membuang waktu sekali," ucapnya jangan santai yang juga berlalu dari hadapan Serra.
Serra hanya berderai air mata bagaimana perbuatan orang yang berada di rumah itu yang tidak mempercayai semua apa yang dia katakan dan padahal dia sudah memiliki bukti yang sangat banyak.
Serra yang langsung terduduk di hadapan ponsel yang berserakan itu akibat bantingan yang dilakukan suaminya.
"Kamu benar-benar tega melakukan semua ini kepadaku. Aku sudah berkorban banyak dan bertahan dalam pernikahan ini, menerima semua perlakuan kamu kepadaku yang tidak pernah baik dan kamu membalasku dengan semua ini. Aku pikir kamu bisa melihat usahaku sedikit saja dan ternyata tidak," ucapnya yang dipenuhi dengan rasa sakit hati.
"Kenapa tidak ada satu orang pun di rumah ini yang mencoba untuk mengerti perasaanku," Serra hanya bisa mengeluhkan semua itu pada diri sendiri.
Ternyata pertunjukan yang cukup menarik itu disaksikan oleh Askara yang tidak tahu sejak kapan berada di lantai 2 dengan kedua tangannya berada di pagar yang melihat bagaimana Serra yang terduduk sembari menangis sesenggukan.
Ekspresi Askara melihat hal itu tidak terbaca apakah dia simpati kepada Serra justru tidak peduli karena pria itu terlihat sangat cuek.
*****
Serra masih terlihat tidak bersemangat dengan apa yang terjadi tadi sore, Serra yang berada di dapur terlihat membersihkan dapur dengan mengumpulkan seluruh sampah-sampah dan membawa tempat sampah itu.
"Tapi gara-gara pelayan di rumah ini tidak ada. Aku hampir saja tidak makan siang," ucap Andre yang berbicara di ruang tamu bersama dengan Niken dan juga ada Netty di sana.
"Bukannya biasanya Serra memasak?" tanya Niken.
"Jika memasak aku tidak akan makan telat dan terakhir harus memesan go food," jawabnya.
"Anak itu kenapa tidak pernah berubah yang selalu saja ceroboh, tidak tahu aturan dan waktu kapan harus ada makanan. Semakin malas saja," ucap Niken.
"Kenapa kita tidak cari pelayan untuk memasak di rumah ini?" tanya Andre memberikan rekomendasi.
"Untuk apa mencari pelayan jika Serra masih ada di rumah ini. Dia juga bisa melakukan sendiri," jawab Niken dengan seenaknya.
"Benar! lagi pula masakan Kak Serra juga enak dan belum tentu pelayan yang akan bekerja di rumah ini bisa memasak seperti itu," sahut Netty setuju.
"Tapi rumah ini sangat besar dan belum tentu bisa dipegang secara keseluruhan oleh Kak Serra dan contohnya saja tadi aku sampai tidak makan. Jadi masalahnya memanggil beberapa pelayan untuk membersihkan rumah dan biarkan Kak Serra yang memasak," ucap Andre memberikan pendapat.
"Nanti Mama akan lebih tegas lagi kepada Serra untuk bisa mengatur waktu agar tidak ada pekerjaan yang tertinggal dan apalagi tidak membuatkan makanan. Jika masih ada yang 1bisa dimanfaatkan kenapa tidak. Lagi pula nggak ada pelayan dia mau enak-enakan saja tidur. Jadi ada salahnya menggunakan tenaganya," ucap Niken.
Serra mendengarkan begitu jelas bagaimana perkataan Ibu mertuanya itu yang sudah sangat jelas menganggap dirinya hanyalah sebagai pembantu saja di rumah itu.
Andre bahkan ada benarnya apa salahnya mencari pelayan untuk membersihkan rumah itu dan urusan memasak mungkin Serra tidak akan masalah yang pasti waktunya lebih banyak lagi dari pada mengerjakan keseluruhannya
"Benar juga apa yang di katakan Mama. Jika masih ada yang bekerja secara gratis kenapa tidak? Lagi pula orang-orang di rumah ini bekerja kan sudah sangat wajar jika Kak Serra juga bekerja," sahut Netty yang sama saja yang hanya memanfaatkan kakak iparnya yang memang setiap hari hanya menyusahkan saja dengan banyaknya permintaannya.
Serra bersabar-sabar mendengar semua itu, keadaannya sepertinya sudah disadari Andre yang membuat Andre memberi kode kepada Niken.
Serra tidak mengatakan apapun yang lewat dari ruang tamu begitu saja membawa kantung hitam yang berisi sampah. Dia bahkan tidak menegur orang-orang yang ada di ruang tamu itu sangat bohong jika dia tidak mendengar semuanya dan pasti hatinya kembali terluka.
"Kak Serra tidak mendengar pembicaraan kita, kan?" tanya Netty yang terlihat begitu was-was.
"Aku rasa tidak mungkin mendengarnya. Tatapi bagaimana jika mendengarnya. Bagaimana jika kak Serra memutuskan untuk pergi dari rumah karena merasa dimanfaatkan?" tanya Andre.
"Dia tidak akan bisa melakukan hal itu. Hidupnya dan keluarganya keluarga ini yang menanggung. Jadi anggap saja apa yang dilakukan di rumah ini ya sebuah tebusan atas biaya hidup keluarganya, itu adalah hal yang setimpal," ucap Niken yang tidak pernah peduli dengan perasaan menantunya mau seperti apa.
"Iya, juga sih," sahut Netty
Bersambung....