Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Berharap Bisa Lepas Dariku!
Waktu berlalu dengan begitu cepat. Pertemuan Alia dengan dosen pembimbingnya pun telah selesai. Ia juga sempat merevisi skripsinya beberapa kali hingga hari pun telah berganti menjadi siang.
Alia bersiap untuk pulang setelah merapikan beberapa berkasnya. Ia berjalan menelusuri lorong untuk menghindar dari teman-teman sekelasnya, terutama Devan. Sudah cukup energinya terkuras habis saat bertemu pria itu pagi tadi.
"Aku harus mencari jalan lain agar terhindar dari Devan. Aku tak ingin bertemu dengannya," gumam Alia.
Ia pun memutar arah hingga melewati taman-taman kecil kampus yang jarang dilalui oleh mahasiswa lain.
Alia mempercepat langkahnya agar segera keluar dari gedung kampus tempatnya menimba ilmu itu. Namun sesampainya di ujung taman, Alia menghentikan langkahnya.
'Aku harus pulang kemana? Ke rumah bibi atau ke rumah besar itu lagi?' batin Alia bingung.
"Tapi jika kembali ke rumah besar itu, apa yang akan terjadi padaku? Lebih baik aku pergi saja deh. Aku akan cari jalan keluarnya lagi nanti, yang penting aku bisa pergi dulu dari pria itu," gumam Alia.
Ia pun kembali melanjutkan langkahnya. Namun baru saja beberapa langkah Alia berjalan, Alia merasa ada seseorang yang menarik tangannya dengan kasar hingga tubuh Alia pun terhuyung ke belakang.
Alia menoleh ke arah pria tinggi yang baru saja menarik tangannya itu. Pakaiannya terlihat rapi mengenakan setelan jas berwarna hitam. Dia adalah Ardi Febrian, asisten pribadi Sam Kawter.
"Maaf Nona, Anda harus pulang bersamaku," tutur Ardi dengan sopan tapi terdengar tegas.
"Eh?"
Ardi pun meraih kembali tangan Alia dan membawa gadis itu bersamanya. Namun Alia menepisnya.
"Maaf, aku akan kembali nanti sore, aku ada urusan bersama—"
"Maaf Nona, tolong jangan membuat ini menjadi rumit. Ikutlah denganku karena Tuan Sam memerintahkan begitu," sahut Ardi.
Alia menghela nafasnya panjang.
Tidak!! Tidak!!
Sudah susah payah menghindari Devan masa harus kembali kepada Sam Kawter?
Seharusnya ini jadi kesempatan aku untuk kabur kan?
Alia merasakan tangannya mulai disentuh kembali oleh Ardi. Ia pun mulai panik dan mencoba melepaskan genggaman Ardi darinya. Namun tentu saja tenaga Ardi lebih besar dari dirinya, sehingga tubuh Alia tetap terseret jauh menuju mobil mewah yang tak jauh terparkir dari tempatnya.
Ardi membuka pintu mobil dan mendorong Alia masuk begitu saja. Pintu pun tertutup tanpa bisa Alia cegah. Gadis itu terdiam, merasa tegang dengan situasi yang menimpanya.
Alia mencoba membuka pintu mobil itu, namun terkunci. Alia kembali mencobanya, namun tetap tak membuahkan hasil.
Tiba-tiba saja pintu di sebelahnya terbuka. Alia segera menoleh dengan rasa takut untuk melihat siapa yang datang. Dan terlihat Sam mulai masuk kemudian duduk di sampingnya.
Wajahnya datar namun tetap terlihat tampan. Pandangan matanya lurus ke depan, dengan tangan diletakkan di kedua kakinya. Seketika jantung Alia berdebar dan tangannya terasa gemetar memperhatikan pria itu.
Sam pun menoleh ke arahnya, memperhatikan Alia yang kini terlihat meremas kedua tangannya.
"Kamu pikir kamu bisa kabur dariku, Alia?" tanya Sam dengan suara yang dingin.
"Aku... aku hanya—"
Belum selesai Alia berbicara, Sam pun mencengkram dagu Alia dengan satu tangannya.
"Alia, kamu harus ingat bahwa kamu sekarang adalah tawananku. Kamu tidak bisa pergi kemanapun sesuka hatimu tanpa seizin ku!" tegas Sam.
Tatapannya tajam tertuju kepada Alia. Sementara Alia merasa tercekat. Tak menyangka pria yang bersamanya ini begitu tidak ramah dan kasar.
Kemarin dia tidak sekasar ini, apakah ini adalah sifat aslinya?
Mata nyalang Sam membuat Alia takut. Tadi ia cukup mengumpulkan keberanian di hadapan Devan, tapi kali ini keberanian itu tak tersisa sama sekali di hadapan Sam.
Sam menatap Alia marah. Ia paling tidak suka apa yang menjadi miliknya berusaha kabur dari dirinya.
"Ma—maaf," sahut Alia.
Melihat ketakutan di wajah Alia, Sam pun melepaskan cengkeramannya.
"Jangan pernah berharap kalau kau akan lepas dariku!" seru pria itu tajam dengan tatapan kembali lurus ke depan.
Mobil pun berjalan dengan kencang, membawa Alia ke kediaman Sam dengan penuh kepasrahan. Beberapa saat kemudian mereka pun tiba di Mansion mewah itu.
Sam turun dengan gagahnya, sementara Alia melangkah keluar mobil dengan sedikit gemetar. Sam yang tak suka pergerakan lamban Alia itu pun menghampiri dirinya.
"Alia Valerie Putri," suara Sam terdengar pelan namun tegas menyebut namanya.
Pria itu menoleh ke arah Alia lalu mengacungkan telunjuk di hadapannya.
"Ingat, tugasmu hanya mengikuti perintahku. Jangan lagi melakukan hal-hal bodoh yang membuatku marah!!"
Alia hanya diam. Ia tak mengerti mengapa Sam begitu menginginkan dirinya menjadi tawanan.
"Kembali ke kamarmu. Nanti malam aku akan membawamu pergi ke suatu acara yang penting," titah Sam.
"Maaf Tuan, apakah aku harus ikut ke acara penting itu?" tanya Alia sedikit heran.
"Alia, kau hanya perlu menuruti ku tanpa banyak bertanya. Kau cukup berdiri di sebelahku dan diam. Kau mengerti?" ucap Sam penuh penekanan.
"Me—mengerti," sahut Alia terbata.
"Sekarang kembali ke kamarmu!"
Tanpa banyak bicara, Alia pun bergegas meninggalkan Sam menuju kamarnya. Gadis itu berjalan tergesa, seolah ingin cepat menghilang dari tempat itu.
Sam memperhatikannya seraya tersenyum miring.
"Kita akan lihat bagaimana serunya permainan ini," gumam Sam dengan seringainya.
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat