Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Aku terkekeh, mengangguk. "Kamu hati hati ya, Na. Kabari aku tentang apapun."
Tina menunjukkan dua jempol nya sebelum menstarter motor scopy nya.
Mana laporan kamu, Aurel???
DEGH.
Aku terperangah membaca chat dari Om Arif. Cepat sekali dia menagih kesanggupan ku untuk selalu mengabari nya.
Membuat laporan tentang keberadaan ku dan kondisi ku selepas dhuhur. Aturannya, aku harus memberikan laporan paling tidak 5 kali sehari. Dih, sudah seperti kewajiban sholat saja.
Alasan nya dia khawatir papa dan mama tiba tiba menelpon dia dan dia tidak bisa menjawab pertanyaan mereka tentang ku.
Aku berikan solusi untuk mengarang bebas jika papa mama tanya tentang aku. malah yang ada Om Arif menceramahi aku.
Berani sekali kamu berpikiran membohongi orang tua kamu!! Apa kamu tidak tahu kalau mereka itu mengkhawatirkan kamu karena mereka sangat menyayangi kamu?? Lalu kamu dengan tega menipu mereka???
Huffff, makhluk apa sebenarnya Om Arif ini??? Dia terlihat begitu sangat menjaga perasaan mama dan papa ku, tapi dia sendiri lupa dengan kelakuan nya sendiri???
Apa ini upaya dia menebus rasa bersalah nya pada kedua orang tuanya. Sebenarnya aku ragu dengan penilaian ku, karena Om Arif dia terlihat sangat alim, sejauh yang aku tahu. Sholat tidak pernah di tinggal kan. Dia juga menjaga dirinya untuk tidak bersinggungan dengan yang bukan mahram. Tapi keberadaan Aldo tentu itu karena kesalahan sangat fatal?? Apa dia sudah bertaubat???
Drtttttt..... Drtttttt.... Drtttttt.....
Layar ponsel ku menampilkan nama si Jutek, nama kontak Om Arif.
"Assalamualaikum, Aurel. Kenapa kamu tidak membalas chat ku??? Berani kamu mengabaikan pesan ku???" Suara Om Arif terdengar bersungut-sungut.
"Wa'alaikumussalam." Sahut ku lirih.
"Kenapa dengan nada suara kamu?? Kamu sakit...???"
"Aku gak apa-apa, Om. Cuma lelah habis bersih bersih kamar kos." Tukas ku.
"Jadi kenapa kamu tidak membalas chat ku??? Kamu tidak lupa dengan peraturan ku kan???"
"Iya, iya, maaf Om. Sudah ku bilang kan kalau aku lelah, aku capek habis beres beres. Ish, cerewet sekali sih. Gak pantes laki laki pelit senyum kayak Om..."
"Assalamualaikum."
Dan klik. sambungan di putus nya. Aku di buat melongo. Sungguh tidak sopan sekali Om cerewet ini.
[ Tina : Rel, mantan kamu beneran datang ke rumah ku. Dugaan kamu tepat, dia menyuruhku menelpon kamu. Aku bilang kamu tidak bisa di hubungi tapi dia tidak percaya. Dia baru percaya setelah mencoba sendiri lewat ponsel ku. Jangan khawatir, dia sudah meninggalkan rumah ku. Tapi aku gak tau tujuan nya ke mana. Aku tanya dia, dia tidak mau menjawab]
Aku menghela nafas dalam dalam membaca DM dari Tina.
[ Aurel : Makasih, Na.]
[ Tina : Okey, jaga diri kamu baik baik ya! Kabari aku jika kamu butuh sesuatu]
[ Aurel : Siap ]
Aku menyandarkan punggungku di tembok kamar ku. Kamar ini benar benar kosong. Tidak ada apa-apa. Bahkan untuk alas ku duduk saja hanya sebuah kertas kalender bekas yang kebetulan di tinggalkan oleh penghuni sebelum nya. Mengenaskan sekali hidup ku.
*
**
Aku mengamati titik air yang dalam sekejap menderas dengan tatapan kosong. Aku yang berniat untuk kembali ke kamar kos lama ku untuk mengambil barang barang ku selepas Maghrib, hanya bisa pasrah.
Aku berteduh di halte bersama pengguna jalan lain yang juga tengah terjebak hujan deras.
Rasa takut ku perlahan lahan mulai menggerogoti hatiku. Langit bertambah kelam. Kilat dan petir seakan berlomba memecahkan keheningan malam. Sungguh sangat mencekam.
Apalagi ketika satu persatu teman berteduh ku nekat menerobos hujan. Hingga tersisa aku sendirian di halte.
Drrt.... Drtttttt....
Suara panggilan telepon membuat ku tersentak.
Om Arif.
📱 "Aurel, kamu mulai lagi. Kenapa sulit sekali untuk patuh???" sentak nya. Dia sangat kesal karena aku mengabaikan chat nya karena sibuk melamun.
📱 "Om, aku takut." Desis ku.
📱 "Takut??? Dimana kamu??? Share kok sekarang!!!"
Dengan tangan gemetar aku mengirim kan lokasi ku pada Om Arif.
📱 "Tetap dalam panggilan ini, jangan matikan, jangan cemas aku akan segera datang."
Aku mencengkram kuat ponsel ku. Aku patuh pada Om Arif. Aku tetap bersuara. Menyuarakan warna kendaraan yang melintas. Atau bicara apapun.
Aku Tahu, dia hanya ingin agar aku tak merasa sendirian.
📱 "Aku sudah melihat kamu, Aurel." Suara Om Arif terdengar lega sebelum kemudian, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan ku.
Tetes air mata ku makin meluruh deras mendapati sosok laki laki yang ada di hadapanku.
Om Arif beneran datang.
"Kamu baik baik saja Aurel???" Tanya Om Arif khawatir.
Grep
Aku berhambur masuk ke dalam pelukannya. Sungguh, hatiku menghangat melihat dia yang benar benar datang menjemput ku.
Kurasakan tangan Om Arif menyentuh punggung ku. "Tidak apa-apa, Aurel. Kamu aman.' bisik nya.
Aku mengangguk. Aku tahu itu.
Om Arif memakai kan jaketnya ke tubuh ku yang memang masih gemetaran. Antara takut dan kedinginan menjadi satu.
"Kamu mau aku antar ke mana???"
"Ke... Ke kos kosan ku, Om'" cicit ku di antara sisa isak tangis ku.
Om Arif tak segera menjalankan mobilnya. Dia sibuk menelisik kondisi ku.
"Malam ini kamu tidur di tempat ku saja. kamu sedang tidak baik baik saja, Aurel." putus Om Arif sembari membelah deras nya hujan.
Aku tidak menyajikan. Aku memilih pasrah. Om Arif memasang kan seat belt karena tangan ku masih tremor.
Aku tidak tahu dia membawa ku kemana. Aku pasrah. Tak ada ketakutan tentang itu. Rasanya aku sangat mempercayai nya.
Sebuah kamar hotel bintang lima.
"Ganti pakaian kamu dengan ini, Rel!!!" Ujar Om Arif seraya memberikan sebuah kaos dan celana pendek milik nya.
Aku mengangguk. Aku terima pemberian nya dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
"Kebesaran sekali." Desis Om Arif ketika melihat ku sudah memakai pakaian nya. Memang, tubuh ku terlihat tenggelam dalam kaos lengan panjang nya.
Bahkan celana pendek milik nya terlihat seperti celana 3/4 untuk ku.
Om Arif meraih lengan kaos ku.dia menggulung nya hingga telapak tangan ku terlihat. Aku sungguh tersentuh dengan perhatian nya.
"Naiklah!!!!!" Ujar Om Arif.
Aku sangat patuh. Aku naik ke atas ranjang nya.
"Masih kedinginan???" Tanyanya.
"Sudah agak hangat, Om." desis ku.
"Mau peluk???" Tanya nya.
Aku menatap nya lekat.
Om Arif menarik tubuh ku ke dalam pelukannya. Hangat. Bisa ku dengar suara detak jantung nya yang berdetak sangat kencang. Apa dia mencemaskan aku???
"Kenapa tidak menelepon lebih awal, Rel??? Bagaimana jika aku tidak menelepon kamu tadi??? Disana sangat sepi." Ucapnya dengan suara bergetar. Benar dia mencemaskan aku.
"Terima kasih sudah datang, Om." Ujar Ki sembari mengeratkan pelukanku, mencari kehangatan dan kenyamanan ku di dada bidangnya.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.