NovelToon NovelToon
Tea And Sword'S

Tea And Sword'S

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Diam-Diam Cinta / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:461
Nilai: 5
Nama Author: Aludra geza alliif

yang Xian dan Zhong yao adalah 2 saudara beda ayah namun 1 ibu,.
kisah ini bermula dari bai hua yg transmigrasi ke tubuh Zhong yao dan mendapati ia masuk ke sebuah game, namun sialnya game telah berakhir, xiao yu pemeran utama wanita adalah ibunya dan adipati Xun adalah ayahnya,,.
ini mengesalkan ia pernah membaca sedikit bocoran di game love 2 dia adalah penjahat utama, ini tidak adil sama sekali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra geza alliif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mansion adipati xun

Di mansion megah milik Adipati Xun, suasana sore yang damai seperti biasa—sampai seorang pelayan berlari masuk ke ruang kerja dengan langkah seperti ayam dikejar rubah.

"Yang Mulia! Kabar besar!" serunya dengan napas tersengal-sengal, hampir tersandung permadani mahal di lantai.

Adipati Xun menurunkan cangkir tehnya dan menaikkan alis. “Kalau bukan kabar anakku jadi biarawan, jangan ganggu jam tehnya.”

“Tapi ini tentang Pangeran Zhong Yao!” ujar pelayan sambil menunjuk-nunjuk ke arah jendela seperti melihat hantu pakai jubah kerajaan.

Mendadak cangkir teh nyaris terlepas dari tangan sang adipati. “Apa? Dia tidak sedang bertapa di gunung berkabut atau... menjauhi dunia dan ayahnya?”

“Beliau terlihat di Xi Zhou, bersama Marquis Lu Yu Zheng! Mereka sedang menyelidiki kasus pembunuhan pengantin bertopeng Giok!”

Adipati Xun menganga. “Pengantin Giok? Yang itu lagi? Aku pikir dia cuma mitos lokal seperti semangka berisi emas!”

“Dan... Pangeran membawa pedang pemberian Nyonya Xiao Yu,” tambah pelayan pelan, setengah berbisik seperti menyebut nama setan kesepian.

Adipati Xun makin kaget. “Dia bahkan membawa pedang pusaka? Apakah dia mulai memeriksa masa depan, atau... masa lalu?”

Tiba-tiba, pelayan kedua menerobos masuk, kali ini lebih dramatis. “Yang Mulia! Pangeran Zhong Yao ada di depan. Katanya dia ingin bicara.”

Seketika darah Adipati Xun mundur ke jempol kaki. “Dia ke sini? Dengan wajah datar itu? Aku belum siap. Rambutku belum ditata!”

Beberapa menit kemudian, Zhong Yao masuk dengan ekspresi seperti baru keluar dari festival duka. Langkahnya mantap, jubah hitam berkibar, aura keren yang membuat semua pelayan menunduk dan salah jalan.

“Ayah,” ucapnya singkat, nyaris seperti suara ketel bocor... jika ketel bocor itu pernah dilatih seni bela diri.

“Y-Yao’er... sudah lama,” jawab sang adipati sambil mencoba senyum, tapi malah seperti tersedak buah pir.

Zhong Yao menatap langsung. “Aku ingin bertanya. Dua tahun lalu, saat ulang tahunku, ada dua wanita—seorang pelacur dan seorang pelayan. Keduanya memakai topeng Giok. Apa kau tahu siapa mereka?”

Adipati Xun berkedip. “Ini... investigasi cinta lama atau kisah horor keluarga?”

“Salah satu dari mereka muncul lagi. Bukan hidup, tapi sebagai... pengantin mati di Xi Zhou,” jawab Zhong Yao santai, seperti sedang menjelaskan cuaca.

Adipati Xun meneguk teh yang sudah dingin. “Tunggu. Jadi pembunuhan pengantin Giok itu... bukan hanya rumor?”

Zhong Yao mengangguk. “Dan yang satu lagi—entah pelacur atau pelayan—hilang sejak malam itu. Jadi sekarang, aku perlu jawaban. Atau setidaknya... catatan tamu.”

Adipati Xun menatap anaknya, lalu menatap teh. “Kenapa masalah dari dua tahun lalu selalu muncul saat aku hampir pensiun?”

Zhong Yao mendengus kecil. “Mungkin karena masa lalu suka nongkrong di ruang tamu, bukan di masa lalu.”

Belum sempat Adipati Xun mengatur napasnya, pintu ruang kerja terbuka pelan. Seorang pria bertubuh tinggi dengan jubah putih gading melangkah masuk penuh percaya diri. Rambutnya diikat rapi, langkahnya ringan tapi mantap—Marquis Lu Yu Zheng. Elegan seperti biasa, seperti baru turun dari lukisan keluarga bangsawan yang mahal.

Ruangan seketika terasa... gugup. Bukan karena ancaman, tapi karena aura Lu Yu yang memancarkan ketenangan berbahaya. Seolah dia bisa mengupas rahasia hanya dengan melihat cara seseorang menuang teh.

Lu Yu berjalan ke tengah ruangan, pandangannya berkeliling. Ia menyentuh pinggiran meja, memperhatikan vas bunga, dan bahkan sempat mengangkat selembar surat lalu meletakkannya kembali seolah sedang menilai nilai seni tata letak ruangan.

Adipati Xun berdiri setegak mungkin, seperti sedang ikut ujian negara bagian.

Lu Yu akhirnya membuka suara, lembut namun tajam. "Yang kami cari adalah seorang pelayan... seorang wanita dengan garis luka di dekat mata kirinya. Dengar-dengar, majikannya pernah mengunjungi mansion ini."

Zhong Yao berdiri di belakangnya, diam tapi mengamati tiap gerak-gerik sang adipati.

Lu Yu melanjutkan sambil melirik ke jendela, “Wanita itu ditemukan tewas. Di rumah calon pengantin lelaki. Mayatnya diposisikan seperti sedang menari... mengenakan topeng Giok. Tidak biasa untuk kasus bunuh diri... kecuali seseorang ingin menulis puisi kriminal.”

Adipati Xun mengerutkan kening. “Luka di mata... majikannya pernah ke sini... Astaga, jangan bilang ini ada hubungannya dengan—”

“—penari Giok di Istana Bludru,” potong Lu Yu sambil menoleh. Senyumnya masih tipis, tapi kini terasa seperti belati dibungkus sutra.

Adipati Xun menelan ludah. “Itu hanya hiburan... dansa pesta... bagian dari teater, kan?”

Zhong Yao menatap ayahnya, ekspresinya tidak berubah. “Ayah, bahkan aku tahu di istana Bludru, tidak ada yang menari tanpa bayaran. Atau tanpa motif.”

Lu Yu menyelipkan tangan di balik lengan jubahnya. “Penari itu terakhir terlihat dua tahun lalu. Dan dia... mengenakan topeng yang sama. Giok kehijauan. Senyumnya tenang, matanya kosong. Seperti wanita yang tahu bahwa dia sedang menari untuk kematiannya.”

Adipati Xun nyaris duduk kembali, tapi teringat ini bukan saatnya kehilangan wibawa.

“Saya—saya perlu daftar tamu dan pelayan dari pesta ulang tahun dua tahun lalu,” katanya akhirnya, mencoba terlihat seperti seorang bangsawan yang tahu semua jawabannya... padahal dalam hati dia panik seperti tikus di dapur kerajaan.

Zhong Yao mengangguk kecil. “Bagus. Karena dari pesta itulah semuanya bermula.”

Lu Yu menambahkan dengan nada tenang, “Dan dari pesta itulah... akan terungkap siapa sebenarnya yang membayar penari terakhir kita.”

1
gezha allif
ah aku malah salting dewe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!