Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah sebuah ungkapan yang tepat untuk seorang Gadis cantik bernama Safira Navia, Beasiswa yang tiba tiba di cabut oleh pihak kampus setelah kepergian Ibunya membuat Safira langsung melemas seketika.
Pekerjaannya yang hanya sebagai pelayan Cafe pun tidak mencukupi biaya kuliah nya, mundur dari bangku perkuliahan nya pun tidak mungkin karena hanya tinggal sedikit menuju gelar Sarjana nya.
yuk ikuti ceritanya, bagaimana Safira menjalani semua kehidupannya, selamat membaca semoga suka dengan ceritanya.
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeny chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 tanpa judul
Al benar benar membuktikan ucapannya menghukum Safira, hukuman nya adalah berada di bawah kungkungannya dan Al terus menyerang Safira hingga sore hari baru menyudahinya.
"Tidur lah, Saya akan ke ruangan kerja dulu. "
ucap Al sambil mencium kening Safira yang sudah terlelap kelelahan.
Al langsung memakai celana bokser nya dengan atasan kaos tipis setelah membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Al mengerjakan pekerjaan hari ini di rumah karena selepas mengajar di kampus dia menjemput Safira untuk memberikan hukuman pada wanita nya itu yang telah memberikan jawaban pada temannya dan Al tidak mentolerir nya.
Tidak terasa sudah pukul sembilan malam Al berkutat dengan dokumen dokumen di leptopnya dan dia menyudahinya karena merasakan kantuknya.
Al keluar dari ruang kerjanya dan tersenyum saat melihat Safira memakai lingeri seksi sedang berkutat di dapur, rasa kantuknya pun hilang seketika.
Al menghampiri Safira dan langsung memeluknya dari belakang, Safira sudah tidak kaget dengan yang di lakukan Al karena sudah terbiasa.
"Sedang masak apa?? "
tanya Al dengan ciuman ciuman kecil di leher putih Safira.
"Masak makanan simple saja, perutku laper sekali soalnya, Mas mau di buatkan makanan juga?? "
jawab tenang Safira dan Al menganggukkan kepalanya.
"Berdua dengan kamu saja makannya dan suapi Saya. "
ucap Al sambil melepaskan pelukannya karena Safira akan menghidangkan masakannya.
Makanan yang di buat Safira begitu tercium aroma wangi yang membuat perut meronta kelaparan, Safira tersenyum melihat binar mata Al.
"Ayo duduk, Aku akan suapi setelah membuat minuman hangat. "
pinta Safira dan Al langsung duduk di kursinya.
Al terus memperhatikan Safira yang sedang membuat minuman kesukaannya dan entah kenapa apapun yang di buat Safira akan terasa enak di lidahnya.
Safira langsung duduk dan menyajikan minumannya, Al tersenyum membuat Safira mengerutkan keningnya.
"Ada yang salah?? "
tanya Safira saat menyuapkan makanan ke mulut Al.
Al hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab karena dia sedang menikmati makanan yang di suapi Safira.
"Jangan lagi membuat ulah saat Saya memberikan tugas, kamu tahu kalau saya gak suka ada kecurangan dan tidak ada yang di spesial kan walaupun kamu adalah orang yang dekat dengan Saya sekalipun, kita dekat hanya di apartemen ini dan selebihnya tidak. "
jelas Al dan membuat Safira hanya mengangguk karena menjawab pun akan salah di mata Dosen satu ini.
Keduanya makan dengan tenang hingga makanan di piring habis, Al memilih menunggu di kamar sedangkan Safira langsung merapihkan dapur juga meja makannya.
"Kalau hukumannya seperti tadi siang, aku mendingan nyerah saja karena itu gak membuat untung. "
keluh Safira saat ingat kejadian tadi siang yang menimpanya.
.
.
.
Beberapa bulan berlalu.....
Gak terasa enam bulan berlalu di lalui Safira sebagai wanita simpanan Dosen dingin nya, Al tetap sama hanya hangat saat di atas ranjang dan di dalam apartemen yang di tempatinya dengan Safira saat ini dan Al seperti orang asing saat di kampus atau pun berpapasan di jalan sekalipun dengan Safira.
Safira sedang mengajukan Skripsinya karena hanya tinggal sisa dua semester lagi dia akan bergelar sarjana, Safira mengambil lebih awal karena dia yakin mampu melewatinya.
"Firaa...... kita ke cafe saja membicarakan nya. "
ajak Maya saat keluar dari ruangan Dosen.
"Boleh juga dan sekalian makan siang. "
jawab Safira yang menyetujui ajakan Sang Sahabat.
Kedua sahabat itu langsung berjalan menuju Cafe dekat dengan kampus, cafe yang di jadikan nya dulu sebagai pekerjaan paruh waktu, namun sekarang baik Maya dan Safira sudah tidak bekerja lagi.
"Kangen masa masa kerja disini deh. "
ucap Maya saaf Safira duduk di hadapannya.
"Kalau aku sih engga, bagiku kerja di tempat ini adalah kenangan buruk Maya, aku jadi kurang memperhatikan Ibu sampai meninggal. "
ucap Safira dan Maya langsung menggenggam tangan Sahabatnya itu.
"Sudah jangan di ingat lagi, Ibu juga sudah tenang sekarang dan saat nya kamu buktikan dengan kesuksesan yang kamu capai Firaa. "
ucap Maya dan Safira mengiyakannya.
Makanan dan minuman pesanan keduanya pun datang, Safira langsung mengucapkan terimakasih setelah di hidang kan di atas meja.
"Aku bahagia sekali bukan Pak Al yang jadi Dosen pembimbing, kalau sampai terjadi pastinya kaya yang lain sangat di persulit. "
ucap Maya dengan binar bahagianya dan Safira tersenyum mendengarnya.
"Sama lah, aku juga bersyukur banget dan Dosen aku Bu Evita yang sangat baik sekali, malah aku di minta jadi Asisten dosennya loh karena Bu Evita yakin katanya aku bisa. "
Ucap Safira dan Maya langsung cemberut mendengarnya.
"Sudah jangan cemberut gitu kan yang penting bukan Pak Al Dosen nya itu akan aman untuk kamu Maya, aku akan bantu kalau kamu kesulitan jangan. takut oke. "
ucap Safira kembali karena dia tahu kalau Maya ingin Bu Evita jadi Dosen pembimbing nya.
"Makasih Firaa..... kamu teman terbaik. "
ucap Maya dengan senyum cerahnya karena Safira pasti akan membantu kesulitannya.
Maya dan Safira langsung sibuk dengan leptop masing masing, cafe disini memang menjadi favorit mahasiswa karena memang tidak masalah menjadikan tempat sebagai nongkrong atau seperti Safira dan Maya saat ini.
Satu jam kemudian Safira pamit terlebih dahulu karena ada panggilan dari Al, Maya pun mengikutinya karena dia tidak ada teman kalau Safira pulang.
"Tumbenan Dosen itu minta aku pulang, biasanya juga acuh. "
gumam Safira saat masuk kedalam taksi online yang di pesannya.
Safira memang mendapatkan pesan dari Al di minta segera pulang, tapi Safira tidak menanyakan ada apa dan Al juga tidak memberitahu alasannya kenapa.
Hanya dua puluh menit akhirnya Safira sampai di Apartemen dan langsung menuju unitnya, saat pintu terbuka Safira melihat Al duduk sambil menatapnya.
Al langsung meminta Safira duduk dan Safira langsung patuh tanpa membantah, melihat raut wajah Al membuat Safira takut.
"Untuk apa kamu merenovasi rumah itu?? Saya kan bilang jual saja dan beli rumah baru yang layak huni Safira. "
ucap Al yang memang menentang keinginan Safira.
"Mas itu adalah rumah kenangan aku bersama orang tuaku, lagian aku merenovasinya juga pakai uang aku sendiri hasil dari menjual diri ke kamu, terserah kamu mau marah atau apapun karena aku akan tetap melanjutkannya, aku memikirkan masa depan aku setelah lepas dari kamu, aku gak akan selamanya tinggal dengan kamu dan bukannya kamu yang membuat peraturan kalau kita gak boleh mencampuri urusan masing masing, kecuali aku dekat dengan laki laki baru kamu akan bertindak, pliis jangan egois. "
jelas Safira dan membuat Al berdecih mendengarnya.
Al tidak menjawab dan memilih langsung menuju lantai dua, Al membanting pintu dengan kerasnya membuat Safira menghela nafasnya.
.
.
.
Bersambung.......