Dari Modernitas Menjadi Pahlawan Kerajaan

Sejak itu, Qianru mulai mengatur langkah-langkah strategis untuk menstabilkan politik dan ekonomi.

Namun, di tengah kesibukan memimpin, Qianru tak bisa melupakan satu hal, yaitu surat yang tertinggal di kamar Lu Yan. Dalam surat itu tertulis nama seorang anak kecil… bernama Qiu Zhen.

Cang Yue melakukan penyelidikan, dan menemukan bahwa anak itu adalah putra angkat Lu Yan, tinggal di desa pegunungan di luar ibu kota.

“Haruskah dia dibawa ke istana?” tanya Cang Yue.

Qianru terdiam. Ia tahu anak itu tak bersalah, tapi keberadaannya bisa jadi simbol sisa pemberontakan. Ia lalu memutuskan pergi sendiri ke desa tersebut, menyamar sebagai pelancong bersama Liu Qingxuan.

Sesampainya Qianru dan Liu Qingxuan di desa terpencil itu, mereka baru tau ternyata anak yang mereka cari, anak yang bernama Qiu Zhen ternyata sedang sakit.

Qianru duduk di sisi ranjangnya, menatap wajah anak itu yang pucat tapi damai.

“Kau tahu siapa ayahmu?” tanya Qianru pelan.

Anak itu mengangguk. “Ayahku bilang dia pernah melakukan kesalahan besar… dan mungkin suatu hari, ada wanita hebat yang akan datang dan menghapus dosa itu.”

Qianru menahan air mata.

“Kalau wanita itu benar-benar datang, kamu mau ikut dia?” tanya Qianru

“Aku mau… asal dia tidak membenciku karena aku anak dari musuhnya.” jawab anak itu

Qianru menggenggam tangan anak itu. “Tidak ada anak yang dilahirkan sebagai musuh. Kau adalah lembaran baru yang dunia berikan.” Jawab Qianru

Serta itu Qianru membawa Qiu Zhen kembali ke ibu kota, tapi tidak ke istana. Ia menitipkannya di rumah Cang Yue dengan identitas baru.

Kembalinya Qianru ke istana membawa pertanyaan dan bisik-bisik. Banyak yang mulai melihatnya sebagai ancaman kekuasaan.

Terlebih saat Permaisuri tua, yang dulu berpura-pura jatuh sakit, tiba-tiba kembali menunjukkan kekuasaannya.

“Bagaimana bisa kau yang baru beberapa bulan di istana menjadi pemegang kuasa seperti ini?” ucap Permaisuri dengan senyum dingin.

Qianru tak menunduk.

“Aku tidak mencari kuasa. Tapi jika kuasa itu dibutuhkan untuk menjaga negara ini dari kehancuran, maka aku akan mempertahankannya dengan kedua tangan.” jawab Qianru berani

Kata-kata itu membuat Permaisuri mundur, namun perang dingin pun dimulai.

Di malam yang sama, Kaisar akhirnya sadar. Ia memanggil Qianru ke ruangannya, masih lemah namun senyum tipis mengembang.

“Qianru… kau menyelamatkanku dan istana ini.” ujar kaisar lemah

Qianru menunduk. “Itu tugasku.”

Namun Kaisar mengangkat tangannya, menyentuh pipi Qianru.

“Lebih dari itu. Kau menyelamatkan harapanku… untuk sebuah pemerintahan yang adil.” jawab Kaisar Xuanlie

Lalu kaisar memberi kan titah untuk di umumkan di hadapan para pejabat bahwa Qianru akan diberi gelar Zhen Fei, selir tertinggi dengan hak bicara dalam urusan negara.

Sebagian marah, sebagian tercengang. Tapi suara rakyat, yang mendengar kabar perjuangan Qianru, memberi dukungan penuh.

Setelah semua sudah selesai Qianru masuk kedalam kamarnya, ia berdiri di depan cermin, menggenggam lambang baru di pinggangnya.

Ia tersenyum kecil, kemudian berkata pelan, “Aku tak pernah meminta semua ini… tapi mungkin, inilah alasanku dilahirkan kembali.”

...----------------...

Hari-hari berikutnya menjadi ujian bagi Qianru. Ia telah memegang gelar Zhen Fei, selir tertinggi dengan hak bicara dalam urusan negara.

Namun bukan berarti jalannya akan mulus. Para pejabat konservatif mulai menggerakkan siasat untuk menjatuhkannya secara perlahan.

Fitnah disebar, laporan-laporan palsu mulai bermunculan, dan yang paling menyakitkan, rumor bahwa Qianru menggunakan racun cinta untuk memikat Kaisar.

“Racun cinta?” tanya Qianru sinis saat mendengar laporan dari Cang Yue.

“Ya, mereka menyebarkan kabar bahwa yang mulia memakai racun dari Barat untuk mengikat hati Kaisar, karena tak mungkin seorang wanita biasa mampu mengguncang seluruh istana.” jawab Cang Yue

Qianru menghela napas, lalu tertawa kecil.

“Jika kata-kata bisa membunuh, mungkin aku sudah terkubur berkali-kali. Tapi biar aku yang menulis ulang sejarah.” jawab Qianru

Untuk mematahkan rumor, Qianru meminta Liu Qingxuan melakukan demonstrasi terbuka di balai kota tentang racun cinta dari Barat—menjelaskan kandungan sebenarnya dan menunjukkan bahwa tidak ada jejaknya dalam darah Kaisar.

Hasilnya memuaskan. Rakyat percaya, namun istana tetap penuh racun… bukan dari ramuan, tapi dari hati manusia.

Setelah hari itu, Kaisar memerintahkan diadakannya rapat besar antara anggota keluarga kekaisaran. Termasuk Pangeran keempat, ketujuh, dan Permaisuri Agung yang selama ini berada di Biara Timur.

Pangeran Keempat, Bei Jingyuan, adalah sepupu jauh Kaisar yang dikenal ambisius dan sering menentang reformasi. Ia datang dengan senyum menawan tapi tatapan penuh perhitungan.

“Selir Qianru, kau telah melakukan banyak hal. Tapi aku penasaran… apa kau juga mampu memimpin negeri jika kaisar tak lagi di sini?” ujar Bei Jingyuan dengan senyum palsu

Kalimat itu membuat suasana menegang.

Qianru menjawab tenang, “Aku tidak ingin memimpin. Tapi jika negara butuh aku… aku tidak akan lari.”

Tatapan mereka saling mengunci. Semua tahu, pertarungan sebenarnya belum dimula

Di malam hari, Qianru menerima surat misterius dari pelayan rahasia Kaisar sebelumnya. Isinya mengungkapkan bahwa ada pembunuh bayaran yang telah menyusup ke dalam dapur istana, menyamar sebagai juru masak baru.

“Mereka ingin membunuhmu yang mulia di perjamuan esok hari,” kata Cang Yue setelah menyelidiki lebih dalam.

Qianru tidak gentar. Ia malah memerintahkan seluruh pelayan dapur dikumpulkan dan diuji oleh Liu Qingxuan.

Pelaku terungkap, namun sebelum sempat diinterogasi lebih jauh, ia meminum racun dari cincin di jarinya.

Namun sebelum mati, pelaku sempat berbisik pada Qianru, “Bukan hanya kau yang jadi sasaran… Kaisar juga.” ujar pelayan itu pelan lalu meninggal

Keesokan harinya, istana mengadakan perjamuan menyambut Pangeran-pangeran luar dan utusan dari kerajaan tetangga. Qianru duduk di sisi Kaisar, mata waspada.

Benar saja, saat anggur hendak dituangkan, Qianru menghentikan pelayan dan mengambil gelas Kaisar.

Ia mencicipinya sendiri… lalu menatap pelayan itu.

“Anggur ini mengandung racun lidah ular dari pegunungan Nanling.” ujar Qianru dingin dengan tatapan mengunci

Semua terdiam. Pelayan itu gemetar. Qianru menarik pedangnya dan menusuk meja di depan pelayan itu.

“Kau pikir aku tidak belajar dari setiap upaya kalian sebelumnya?” ujar Qianru

Pelayan itu mencoba kabur namun ditangkap. Kaisar berdiri, dan akhirnya menyatakan bahwa mulai hari itu, Qianru tidak hanya seorang selir, tapi Penjaga Kehormatan Istana dengan wewenang khusus.

Semua yang mendengar itu semakin menggila.

Sementara itu, Cang Yue menemukan petunjuk bahwa ada seorang wanita dalam istana yang menjadi mata-mata bagi Pangeran Keempat. Wanita itu ternyata salah satu dayang kepercayaan Permaisuri Agung, bernama Li Xiuying.

Ia diam-diam mengirim pesan ke luar istana lewat burung merpati pembawa pesan.

Qianru menyiapkan jebakan. Ia berpura-pura akan mengirim surat penting ke markas militer, dan memerintahkan seseorang menyampaikan informasi palsu pada Xiuying.

Hasilnya, Xiuying menyebarkan informasi tersebut ke pihak musuh—dan saat para pengintai datang menyerbu gerbang barat sesuai informasi palsu itu, mereka langsung ditangkap.

bersambung