Istri Tangguh Duda Dingin

Hari ini mereka habiskan di rumah. Kinara saat ini sedang merebahkan dirinya di sofa sambil nonton film action. Sedangkan Abidzar sibuk dengan laptopnya. Karena memang setelah Gladis pergi dan sulit di temukan, Abidzar lebih sering menenggelamkan dengan kesibukan pekerjaan.

"Siapa yang bertamu? Apa Ayah dan Ibu?" tanya Kinara saat mendengar suara bel rumah mereka berbunyi. Kinara membuka pintu rumah alangkah kagetnya saat melihat kedua orang tua mereka datang bersamaan.

"Ayah, Ibu, Mama, Papa... Ko bisa barengan kesininya?" Kaget Kinara kemudian menyalami mereka dan mempersilahkan mereka masuk. Abidzar juga kaget saat melihat mereka datang apalagi membawa tas. Sudah pasti mereka akan menginap. Siap-siap di omelin pasti mereka tau kalau kamar mereka terpisah.

"Kalian gak pergi jalan-jalan?" tanya Mama Clara.

"Gak Ma, habis beres-beres dulu." jawab Kinara sambil membawa minuman untuk mereka bersama dengan Bu Rastanti yang juga membawa cemilan dan makanan untuk makan malam mereka.

"Kamu belum ambil Pembantu Bi?" tanya Papa Bastian. Abidzar menggeleng.

"Biar Bi Minah aja yang disini. Besok minta Mang Maman untuk mengantarkan dia." ujar Mama Clara.

"Tidak usah Ma, biar aku nanti yang carikan." jawab Abidzar membuat Mama Clara dan Papa Bastian saling pandang curiga.

"Baiklah, kamar kosong yang mana? Mama mau menyimpan tas. Kami akan menginap disini. Iya kan Besan." ujar Mama Clara membuat Kinara menatap ke arah Abidzar. Abidzar hanya bisa menghela nafas panjang. Pasrah dengan apa yang terjadi.

"Kamar bawah Ma." jawab Abidzar. Sedangkan Kinara yang ada di sebelah Abidzar sudah panik.

"Baiklah, ayo Besan kita simpan dulu tasnya. Sebelum kita siapkan makan malam. Masa iya kita pake baju beginian." ajak Mama Clara yang sebenarnya bukan itu tujuannya.

Mereka berdua berjalan dan melihat kamar yang ada di bawah satu persatu. Mereka akan memilih kamar untuk di tempati. Dan akhirnya mereka menemukan yang mereka cari. Kedua orang tua mereka sudah curiga jika keduanya pasti akan pisah kamar.

"Perjanjian apa yang kalian buat? Sampai kalian tidur terpisah seperti ini? Kalian adalah suami istri yang sah. Kalian tidak boleh mempermainkan pernikahan." kesal Mama Clara kembali ke ruang tengah. Kinara menundukkan kepalanya. Sedangkan Abidzar memejamkan matanya. Mamanya pasti akan memintanya untuk satu kamar dengan Kinara dan berlaku sebagai suami istri layaknya saat dia bersama dengan Gladis.

"Ayo kita pindahkan barangmu." ajak Abidzar menarik tangan Kinara.

"Tapi..." ujar Kinara. Abidzar tak mendengar penolakan dari Kinara dan terus menarik tangan wanita itu untuk masuk kedalam kamar dan membawa barang Kinara ke kamar Abidzar.

"Mas..." panggil Kinara saat mereka ada di kamar Abidzar.

"Setelah mereka pulang, kamu bisa pindah lagi." jawab Abidzar.

"Bagaimana kalau mereka masih tidak percaya dan bahkan menginap setiap minggu disini?" tanya Kinara membuat Abidzar juga berfikir.

"Kita fikirkan nanti." jawab Abidzar keluar dari dalam kamarnya sedangkan Kinara masih bengong di dalam kamar merasa ribet dengan pernikahan seperti ini.

"Kalau mau bengong nanti saja. Sekarang kita turun dan siap mendengarkan ceramah mereka." Abidzar kembali lagi ke kamar dan melihat Kinara masih diam. Mendengar ucapan Abidzar membuat Kinara menghembuskan nafas panjang dan berjalan di belakang Abidzar turun dari tangga.

"Duduk." pinta Papa Bastian.

"Ada perjanjian apa antara kalian?" tanya Papa Bastian. Abidzar dan Kinara masih diam.

"Mau jujur atau..." ujar Papa Bastian.

"Kami sepakat jika Gladis kembali kami akan bercerai." jawab Abidzar pada akhirnya. Membuat Mama Clara menangis terisak mendengar jawaban dari anaknya.

"Jika memang kau menikah tujuanmu untuk menunggu Clara dan mengorbankan Kinara, apa kamu sanggup menanggung dosanya Abidzar. Kamu berdosa besar jika mempermainkan pernikahan. Papa tidak pernah mengajarkanmu menjadi pria yang pengecut seperti ini. Papa kecewa dengan kamu Abi." Papa Bastian merasa kecewa dengan keputusan anaknya yang menikahi Kinara hanya untuk menutupi tujuan utamanya yaitu menunggu Gladis. Padahal tujuan utama dari kedua orang tuanya menikahkan Abidzar adalah untuk bisa melupakan Gladis dan membuka hati bersama dengan wanita baru. Karena mereka yakin jika Gladis adalah bukan wanita yang baik. Tidak sebaik yang Abidzar kira.

"Maafkan Abi Pa..." ujar Abidzar.

"Apa keputusanmu sekarang? Jika begini kamu hanya akan menyakiti Kinara. Papa tak akan pernah membiarkan kamu membuat Kinara yang harus menderita karena keputusan egoismu itu. Lebih baik kita urus pembatalan pernikahan kalian. Dan kau tunggulah Wanitamu itu sampai dia kembali dan membuatmu kecewa jika tau kelakuannya di belakangmu selama ini. Kamu selalu tutup mata dengan apa yang dilakukan Gladis. Cintamu buta. Membuat mata dan hati juga fikiranmu ikut buta." kesal Papa Bastian.

"Tapi Pa..." ujar Abidzar.

"Tapi apa? masih banyak pria yang pantas dengan Kinara. Yang akan membahagiakan dia selayaknya rumah tangga impian dia. Bukan seperti ini. Jangan jadi egois. Apa yang akan kamu lakukan jika Mamamu ini di manfaatkan orang lain untuk tujuannya? Apa kamu akan diam saja? Tentu tidak kan? Begitupun dengan kami sebagai orang tua tak akan membiarkan Kinara menderita dalam pernikahan seperti ini." kesal Mama Clara. sedangkan kedua orang tua Kinara hanya diam. Justru mereka merasa bersalah kepada Kinara yang terlalu banyak berkorban.

"Kinara terlalu banyak mengalah untuk Adistya. Dan sekarang dia harus terus mengalah demi keegoisan suaminya?Papa gak akan biarkan itu terjadi."kesal Papa Bastian.

"Kamu ikutlah pulang dengan kami Nak, Papa akan urus pembatalan pernikahan kalian di pengadilan Agama. Papa tak akan membiarkan anak ini dengan seenaknya membuatmu menderita. Setelah pembatalan, kamu carilah pria yang sungguh-sungguh mencintai dan meratukanmu. Pria yang sudah selesai dengan masa lalunya. Bukan seperti dia." ajak Papa Bastian kepada Kinara.

"Ambil barangmu, kita pulang ke rumah Mama." tambah Mama Clara yang sudah kesal dengan Abidzar yang selalu berhaeap kepada wanita yang jelas-jelas bukan wanita baik-baik.

Kinara bangkit dari duduknya tapi Tangannya di tahan oleh Abidzar.

"Aku sebagai suamimu tak mengizinkanmu pergi darisini." ujar Abidzar tanpa melihat ke arah Kinara yang berdiri di sampingnya.

"Suami apa? Suami yang memanfaatkan istri demi wanita lain? Dan suami yang menyakiti hati istrinya dari awal pernikahan sampai waktu tak bisa di tentukan. Karena menunggu wanita itu datang? Licik sekali otakmu." emosi Papa Bastian.

"Sebagai suami kau sudah dzolim. Jika memang kamu tidak ingin pernikahan ini dan menunggu wanita murah*nmu datang silahkan. Akan Papa bawa Kinara dan carikan jodoh yang pantas untuknya. Gian juga sepertinya sangat mencintai Kinara. Dia pasti akan mampu membuat Kinara bahagia. Bukan dengan pria sepertimu. Dan Papa yakin banyak pria lain juga yang menginginkan Kinara."emosi Papa Bastian.

Ingatan Abidzar kembali saat melihat kedekatan kinara dengan Kevin, Gian bahkan histeris, juga pria yang semalam mereka temui diwarung. Devin juga bahkan mengagumimu Kinara. membuat Abidzar kesal mengingat semuanya.