NovelToon NovelToon
Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Beast Mask: Macan Yang Tertidur

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.

Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.

Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12

Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 12

“Ck, dasar...” Leandra mulai sangat marah, lalu mengingat sesuatu. “Oh, seharusnya aku melakukan ini dari awal...” dia mengambil sesuatu. Dan rupanya itu adalah sebuah pistol sengatan listrik.

“Kamu sudah cukup membuatku kesal! Rasakan ini!” dia menembakkan itu, seketika muncul dua kabel listrik yang di saat itu juga, bertepatan dengan Tora menemukan sesuatu. “Ketemu...”

Tapi dua ujung tajam tali itu menusuk pinggang nya hingga berdarah, tapi ia terdiam melihat nya bahkan tak ada reaksi apapun.

“Uh, kupikir itu ada listrik nya?” Leandra bingung tapi kemudian listriknya muncul dan langsung membuat Tora tersetrum, bahkan dia menjadi menabrakkan bahunya di dinding hingga hampir berlutut.

BRUK!!

“Itu saja!? Kamu seharusnya langsung terkapar di bawah,” Leandra menatap. Dia bahkan berkali-kali menekan senjata itu agar terus mengeluarkan listrik membuat Tora menahan itu dengan urat yang terlihat di lehernya.

“Cu-cukup...” dia bahkan langsung mencabut itu membuat Leandra terkejut. “Kamu!! Bukankah kamu seharusnya pingsan di bawah?!”

Lalu Tora berdiri masih memegang ujung dua listrik itu. “Sial, kau benar-benar tidak tahu batasan yah, dari mana kau mendapatkan ini, ini ilegal,” tatapnya.

Mendengar itu membuat Leandra bingung. “Pardon? Kau mengatakan ini ilegal? Aku bahkan membelinya di toko yang menjelaskan kenapa kamu tidak jatuh—

“Lupakan itu, aku tidak merampok, percayalah," tatap Tora membuat Leandra terdiam sejenak.

"Lagipun! Aku hanya mencari ini,” Tora menunjukan kotak obat pill tidur di tangan nya, itu milik Leandra dan dia dari tadi mencari itu rupanya.

“Hah! Tidak, pill tidur yang baru saja aku beli!! Jangan!!” dia mencoba mengambilnya.

“Kau tidak perlu itu, itu tidak baik untuk kesehatan mu, kau bahkan masih remaja...”

“Justru karena itulah aku membutuhkan nya, jangan di ambil aku mohon!!” Leandra berusaha melompat mengambilnya tapi Tora terlalu tinggi untuknya.

“Tidak, aku tahu kau menggunakan ini untuk tertidur, tapi ini begitu beresiko, kau tidak akan bisa bangun nantinya...”

“Apa urusan mu memang nya!” Leandra menyela kesal.

“Kau hanya harus terbiasa, sampai jumpa...” Tora melewati Leandra.

Tapi Leandra mencoba menahan baju Tora. “Hentikan Huhu... Aku butuh pill itu!! Aku akan ketakutan!! Aku selalu mengalami hal buruk ketika ingin tidur maupun bangun tidur... Hanya dengan pill itu aku pasti bisa tenang.”

“Hei, kau sama saja tidak memakan obat, tapi memakan racun perlahan...” kata Tora membuat Leandra terdiam, lalu Tora juga terdiam melihat sikap leandra yang membisu sebentar.

Hal itu membuatnya tidak buru-buru keluar, bahkan malah membuatnya menyenderkan bahunya ke dinding sebelum keluar, sambil menyilang tangan.

“Apa kau akan menangis?” dia seperti menunggu ekspresi Leandra, tapi Leandra hanya mengepal tangan sambil menundukkan wajah, dia tampak sudah sangat kesal dengan sikap Tora itu.

Kemudian Tora mengatakan sesuatu. “Jika aku tidak melakukan ini, kau pasti sudah mati, apa kau tidak memikirkan orang terdekatmu?” tatapnya.

Tapi di saat itu juga Leandra menjawab dengan suram. “Tidak, sama sekali…”

Seketika suasana terdiam, hal itu membuat Tora kembali berdiri tegap. "Kau gadis yang rapi, seharusnya kau memiliki seseorang yang merawatmu, dan kau harus khawatir akan mereka karena mereka mencemaskan kondisimu--

"Aku tak peduli! Apa urusan mu!" Leandra berteriak menyela sambil membuang wajah, tapi sekilas tatapan nya melirik ke arah Tora seolah ia mengeluarkan semua kebencian soal apa yang mereka bahas saat ini.

Hal itu membuat Tora terdiam, tapi ia memutuskan mengakhiri. "Intinya aku akan mengambil ini,” dia keluar lewat balkon dan memegang tiang pipa. “Baiklah, sampai jumpa...” tatapnya, lalu dia naik ke atas membuat Leandra yang masih terdiam menjadi tersadar dari aura suramnya, tapi wajahnya menjadi kembali kesal melihat nya pergi ke atas.

“Sialan!! Aku akan memukul mu!! Jangan kamu kemari lagi!!” teriaknya.

Tapi ada yang membuka pintu kamar nya. “Kenapa teriak-teriak seperti itu di pagi hari,” rupanya Paman nya yang masuk melihat Leandra ada di balkon.

Seketika Leandra terkejut menoleh ketika tahu ada orang. “Akh... Pa-paman?!” dia panik.

“Kenapa kau begitu terkejut? Apa kau bicara pada seseorang? Biar ketebak, memerankan peran novel yang kau buat lagi?" tatap Paman nya.

"Ah, ehehemm... Em.... Yah, begitulah..." Leandra mencoba menyembunyikan sesuatu meskipun dia sudah kelihatan panik.

"Baiklah, selagi kau tidak gila.... Dan kenapa kau tidak cepat bersiap?” tatap Paman nya dengan menyilang tangan.

“A-aku... Tunggu, bersiap untuk apa...?”

“Ini hari minggu, kita ke gereja,” tatapnya.

“O... Oh... Yah... Haha... Benar... I... Itu benar...” Leandra masih tampak panik membuat Paman nya terdiam bingung, lalu ia memutuskan kembali memegang pintu. “Cepatlah bersiap dan panggil Nenek mu nanti,” lalu menutup pintu membuat Leandra menghela napas panjang.

Tapi ia terkejut melihat kaos hitam dan jaket milik Tora yang ada di lantai.

“Akh... Kenapa bisa ada di sini...” dia langsung mengambil itu. “Astaga, bahkan jaket nya sangat berat... Dan baunya!” ia terkejut, aroma nya lebih bau dari kemarin, mungkin karena ini waktunya mencuci.

“Apa dia sengaja meninggalkan nya, tidak mungkin aku letakan di sini, jika di sini, minimal harus wangi...” ia khawatir, hingga akhirnya meletakan baju itu di ember untuk nanti di cuci sementara dia bersiap pergi.

Setelah rapi, dia terlihat memakai baju khas nya itu, jeans panjang dan kemeja wanita putih. “Hm... Hm...” ia tampak tersenyum senang kemudian berjalan keluar dari apartemen nya dan mengetuk pintu apartemen Nenek nya. “Nenek, ini waktunya beribadah,” dia membuka pintunya.

“Baiklah, apa Paman mu sudah menunggu di mobil?”

“Ya, ayo Nenek,” Leandra menuntun nya.

Setelah sampai di gereja, Leandra bertemu dengan seorang biarawati. “Leandra,” dia sudah mengenal Leandra lalu Leandra mendekat. “Ah halo sister Nana,” tatapnya.

“Apa kabar kamu hari ini? Apakah sudah terbiasa tinggal di distrik ini?” tatap Biarawati itu yang di panggil Nana.

“Hm... Aku tidak yakin, malahan aku ingin pulang ke kota... Intinya aku tak mau di sini lagi, banyak sekali yang terjadi dan itu membuat ku kesal, bahkan aku tak di berikan uang tambahan sama orang tua ku...” tatap Leandra dengan wajah kesal.

“Awh, jangan khawatir, tinggal di sini itu modal nya dikit dari pada di kota yang besar, gaya hidup yang tinggi dan apapun itu tentu saja lebih mahal.”

“Eh, itu karena kamu yang merasa begitu... Aku bahkan harus bekerja setiap hari jadi penunggu bayi... Jika aku tidak bekerja sambilan begitu, dari mana aku bisa membeli cemilan selain makanan yang di buat Nenek secara membosankan,” Leandra menatap.

Mendengar itu membuat Nana terkejut, tapi ia juga berwajah curiga. "(Bukankah.... Leandra dari keluarga.... Yang lebih besar? Kenapa dia harus bekerja?)"

"Sister?" Leandra menatap bingung pada Nana yang terdiam membuat Nana tersadar.

“Jangan khawatir, kamu pasti bisa terbiasa...” kata Nana lalu Leandra mengangguk sambil menghela napas pasrah, tapi secara kebetulan Leandra melihat kalung liontin yang di pakai Nana.

“Eh, kalung itu?”

“Ah ini, Holy Mary, Mother of God, dia mewakili peran sebagai ibu,” Nana menunjukkan patung bergambar sama di kalung yang ia pakai, patung yang berdiri di depan kursi semua orang.

“. . . Menurutku itu indah.... Pemahat nya sangat alami dalam menekankan antara ikatan ibu dan anak... kasih sayang orang tua yang bahkan tiada duanya dan sang anak akan merasa aman dan sangat terlindungi,” tatap Leandra.

“Ya, itu indah...” Nana menambah. Tapi Nana terkejut baru sadar dan menatap Leandra. “Maafkan aku,” dia panik.

“Tidak, itu baik-baik saja, sesama manusia harus menghormati kan,” tatap Leandra.

“Iya, um... Kenapa kamu tak pernah duduk di barisan sana, kau hanya menunggu Nenek dan Paman mu saja setiap kali kalian kemari,” tatap nya.

“Yah, itu karena ini bukan kepercayaan ku, aku hanya sebatas menghormati Nenek dan Paman ku yang berbeda kepercayaan...”

“Kenapa kamu tidak mengikuti mereka saja?” tatap Nana.

Lalu Leandra terdiam sebentar dan membalas. “Entahlah, aku masih buta kepercayaan...”

Setelah khotbah dari gereja, Leandra tampak bermain ponsel nya sambil bersandar di pintu gereja.

Kemudian melihat semua orang pergi melewatinya yang artinya, khotbah sudah selesai.

“Leandra...” panggil Paman nya bersama Nenek nya.

“Mari pulang,” tambah Nenek nya lalu Leandra mengangguk dan berjalan mengikuti mereka.

Tapi tiba-tiba ponsel nya berbunyi. “Eh, apa ini?” ia bingung lalu melihat nomor tidak di kenal.

“Ada apa?” Paman nya menatap ikut melihat.

“Ada yang menghubungi ku, tapi aku tak tahu,”

“Angkat saja, mungkin orang yang belum kamu tandai.”

“Hm.... Baiklah...” Leandra mengangkat panggilan itu. “Halo?”

Lalu muncul suara dari panggilan ponsel itu. “Leandra, ini aku Jouris.”

“Eh, kenapa menghubungi ku? Eh tunggu! Kenapa kamu menghubungi ku, sialan!” Leandra langsung kesal. Karena bagaimanapun juga, ia kesal pada sikap Jouris saat itu apalagi terus menuduh ketika di bank.

Bahkan ketika dia mengatakan itu, membuat Paman nya menatap nya dan menyilang tangan dengan senyum kecil.

Lalu Leandra menatap. “Apa? Paman ingin bilang bersikap lah dewasa?! Aku justru sudah bersikap dewasa, dari pada aku hanya takut seperti anak kecil...” ia juga menatap kesal pada Paman nya dan Paman nya hanya bisa menggeleng sambil tertawa kecil.

“Oh ayolah, aku tak tahu kau akan marah sampai segitunya.... Lupakan itu, gadis.... Bisa aku minta tolong padamu sekarang?” tanya Jouris.

“Tidak mau!” Leandra langsung menyela.

“Aku ingin meminta tolong padamu, membawa buku-buku yang mau di buang,” kata Jouris.

“Buku!?” Leandra langsung senang. "Dimana, dimana tempat mu, aku akan datang!”

“Aku akan kirimkan lokasinya, kau ada dimana sekarang?”

“Aku di gereja.”

“Oh, religius sekali, rumah ku dekat dengan gereja, kemarilah...”

“Ya, ya baiklah, aku segera kesana,” Leandra langsung menyetujuinya.

Lalu ia menatap ke Paman nya. “Paman, aku ingin pergi ke rumah seseorang, jangan khawatir, aku akan pulang cepat...” tatap Leandra.

“Yah, aku hanya ingin bilang hati-hati saja... Kau sebagai perempuan harus menjaga dirimu sendiri,” tatap Paman nya.

“Ye, yah, terserah itu, aku pergi dulu...” Leandra berjalan pergi.

“Tidak mau di antar?!”

“Tidak! Antar saja Nenek... Sampai jumpa!” Leandra berlari pergi membuat Paman nya kembali menggeleng dengan senyum kecil. “Gadis itu, benar-benar sudah terbiasa, sepertinya...”

1
⃟☘︎𝐉α𝐉Λ𝐍𝐆"ᴴᶦᵃᵗ"🐉⃝Λ𝐋𝐒𖤍
ini ceritanya hampir persis sama komik bl yang pernah aku baca, bedanya karakter utamanya di ganti jadi cewek ya di sini. covernya pun, itu si singa kan, si ketua.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!