Felisberta Divya Deolinda gadis pemalas dan putri kesayangan keluarganya, Naumi sebagai seorang sahabat selalu membantu dia dalam pelajaran. Sampai suatu hari terjadi kecelakan dan membuat Feli koma, saat terbangun dia terkejut mendapatkan dirinya ada di dalam novel yang selalu dibacanya berjudul ‘Bos Mafia Muda’. Pemeran utama wanita di novel itu bernama Shanaya, dalam cerita Shanaya berakhir menyedihkan. Feli menjadi Shanaya dan menjadi istri dari Bos Mafia Muda itu yang bernama Shankara Pramudya Anggara. Di usia yang masih muda Shankara bisa menaklukkan semua Mafia yang ada di Negaranya, sosok laki-laki itu ditakuti semua orang tidak ada siapa pun yang berani menentang maupun melawannya karena itu Shankara Pramudya Anggara dikenal sebagai Bos dari semua Mafia yang ada di Negaranya atau di sebut Bos Mafia Muda. Alur ceritanya berubah seiring waktu setelah Feli menjalankan kehidupannya bersama Shankara.
@KaryaSB026
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Kita bahas lagi nanti tunggu aku di bawah !”
“Baik Bos,” posisi Dika dan Raymond menutup mata mereka.
“Pakai bajumu !” Shankara melihat kearah lain sembari memberikan baju untuk Feli.
“Oh okey.”
Shankara membelakangi Feli “Kenapa dia lama sekali ?” berbalik melihat Feli.
“Perbannya lepas,” ternyata Feli sedang memperbaiki perekat di balutan lukanya itu.
Shankara membawa perban baru dan juga obat olesnya “Kenapa bisa basah seperti ini ? bagaimana caramu mandi ?”
“Seperti orang lain layaknya wanita,” jawab Feli sambil tersenyum kecil.
“Lukanya tidak boleh kena air.”
“Aku tau itu.”
“Lalu ?”
“Hehe …”
“Selesai.”
“Tunggu disini jangan kemana-mana !” sekarang giliran Shankara yang pergi mandi. Sembari menunggu Shankara, Feli melanjutkan gambar yang tertunda.
Beberapa menit kemudian Shankara turun bersama Feli, di bawah mereka bertiga sudah menunggu cukup lama.
“Dasar keras kepala,” celetuk Shankara saat membantu Feli menuruni tangga.
“Aku memiliki kontribusi besar,” Feli membalasnya dengan ketus.
Sebelumnya Shankara meminta Feli istirahat dikamar dan tidak ikut campur masalah tadi. Tapi Feli terus kekeh ingin ikut sampai akhirnya Shankara yang mengalah dan mengikuti kemauannya Feli.
“Dika sudah kamu pastikan apa yang tadi dikatakan adalah kebenaran ?”
“100 % Bos, ini ponsel yang mereka gunakan untuk melakukan panggilan.”
“Annya apa kamu nyaman ?” tanya Raymond.
“Loh dia baru saja memberiku perhatian ?”
“Annya Annya hey Annya ?” Raymond memanggil berkali-kali.
“Oh iya sudah nyaman,” Raymond menyimpan bantal kecil di bawa kaki Feli yang terluka.
“Raymond jangan macam-macam !” Nina memberi peringatan.
“Dia Nyonya Bos yang artinya gue harus jaga dia melebihi Bos Shankara.”
“Hey nada bicara loe ke gue gak selembut ke Annya ?”
“Loe juga gituh sama Dika.”
“HEEEYyyy …” mau marah tapi yang dikatakan Raymond adalah kebenaran.
“Awas aja loe kalau sampai punya niat buruk !” ancam Nina.
“Trik apa yang dia mainkan ?”
“Orang itu dengan sengaja membuat kita tidak bisa menemukan pelaku sebenarnya dengan cara menyimpan dua bukti.”
“Bagaimana menurutmu ?”
Feli sempat loading “Oh tentang itu …”
“Kita harus menyelidikinya sampai ke akar.”
“Hemn …”
“Ceritanya berubah seiringnya aku menghentikan setiap kejadian yang akan merugikan dia.”
“Selidiki sampai tuntas !”
“Baik Bos.”
“Nina apa kamu sudah membawakan apa yang aku minta ?”
“Ada Bos,” memberikan jinjingan berwarna hitam dengan pita merah.
“Di tempat nanti udaranya cukup dingin,” ternyata jinjingan itu berisi mantel dengan bulu-bulu berwarna putih di sepanjang sisi leher.
“Ditempat nanti maksudnya apa ?”
“Kita harus pergi menemui seseorang di pulau ini,” menggandeng tangan Feli.
“Pantas saja dia memberiku gaun merah untuk dipakai ternyata karena ini,” keluh Feli dalam hati.
“Waw dekorasinya indah sekali,” meja makan dengan 7 kursi dihiasi begitu indah.
Kerlap kerlip lampu kecil beserta lampion mengelilingi tempat itu, dalam hati Feli bertanya-tanya “Siapa yang akan di temui oleh Shankara sampai menyiapkan ini semua ?”
“Wah wah wah sepertinya kami terlambat,” sepasang orang yang tidak di kenal datang bersama Raymond.
“Senang bertemu denganmu Bos,” Shankara dan orang itu berjabat tangan.
“Oh ini …” pandangannya mengarah ke Feli.
“Dia istriku,” jawab Shankara duduk di samping Feli.
“Istri ? ah kenapa Bos tidak mengundang kami ke pernikahanmu. Jika aku tau Bos Shan menikah mungkin kita akan membawakan hadiah terbesar.”
“Selamat Bos,” menuangkan anggur.
“Selamat juga untukmu,” melihat istrinya sedang hamil besar.
“Aku tidak menyangka pertemuan kali ini mendapatkan kabar gembira,” dia menggeser kan kursi untuk istrinya yang lagi hamil.
“Silahkan Tuan Rahel,” Raymond membantu menggeser kursi untuknya.
“Rahel ?” Feli mengingat tentang Rahel di dalam novel.
Rahel adalah pedagang senjata terbesar di pulau barak, keahliannya dalam membuat senjata sangat hebat berbagai senjata bisa dibuatnya dengan kualitas tinggi. Mereka sudah lama memiliki kerja sama dalam perdagangan senjata, karena kerja sama yang panjang dan baik mengikat persaudaraan antara Shankara dan Rahel sampai sekarang.
“Tebakanku benar kan sayang kalau yang disampingnya itu pasti bukan sembarangan wanita karena selama ini tidak pernah ada wanita yang dibawanya ketika menemui ku.”
“Kamu benar, salam kenal Nona saya Lita istrinya Rahel.”
“Salam kenal, Shanaya.”
“Selain cantik nampaknya Shanaya orang yang lembut pantas saja Bos Shan terpincut,” Lita tertawa kecil.
“Orang yang lembut ? mustahil,” Shankara tidak terima Shanaya di katakan orang yang lembut karena dia tidak pernah melihat sisi itu.
“Dia pasti ganas di ranjang yah ?” bisik Rahel.
“Ohok ohok …”
“Ah Bos Shan pelan-pelan minumnya,” Rahel niat bercanda malah serasa mengantarkan nyawanya.
“Jangan makan terlalu banyak,” bisik Nina.
“Kenapa ?”
“Aku menyiapkan makanan lain khusus hanya untukmu.”
“Apa itu ?” mata Feli berbinar.
“Lihat saja nanti !”
“Okey.”
Setelah selesai makan Shankara, Rahel, Raymond dan Dika membahas pekerjaan sedangkan Nina dan Feli diam-diam pergi ke belakang rumah. Kepergian mereka disadari Lita istrinya Rahel, dia mengikuti mereka pergi.
“Wah semua ini kamu siapkan untukku ?”
“Hemn, aku tidak tau seperti apa hootpot itu tapi mendengar cerita dari Annya aku berusaha membuatnya sama persis.”
“Kamu terbaik Nina terima kasih banyak,” memeluk Nina.
“Ayo kita makan,” Nina meminta Feli duduk.
“Selain ingin menjaganya aku selalu ingin membuatmu bahagia,” Nina berlinang air mata.
“Ada apa ?’
“Cabe itu membuat mataku perih.”
“Serahkan masalah itu padaku, biar aku yang memasaknya !”
“Hacih …”
“Ada orang lain ?”
“Siapapun itu keluarlah sebelum aku yang mencari mu !”
“Oh itu maaf aku tidak berniat apapun,” Lita kelua dari persembunyiannya.
“Kak Lita membuntuti kami ?”
“Sungguh maaf silahkan kalian lanjutkan.”
“Tunggu,” menahan Lita pergi.
“Karena Kak Lita sudah disini kenapa tidak ikut bergabung saja dengan kami.”
“Apa boleh ?”
“Tentu boleh,” jawab Nina tersenyum.
“Apa tidak masalah Ibu hamil memakannya ?” Nina berbisik.
“Aman.”
“Ini semua apa namanya ?”
“Hootpod, makanan yang dimakan hangat-hangat sambil kita memasaknya.”
“Eh Nina suka pedas tidak ?”
“Aku tidak masalah.”
“Kalau Kak Lita ?”
“Aku tidak bisa makan banyak pedas tapi tidak apa-apa.”
“Tidak boleh begitu Kak. Baiklah kalau begitu kita buat dua wadah, satu wadah pedas dan satu lagi tidak.”
“Nyonya begitu telaten,” puji Lita.
“Panggil namaku saja biar lebih akrab.”
“Boleh aku memanggilmu Annya ?”
“Tentu saja.”
“Sopnya sudah selesai sekarang tinggal memotong beberapa sayuran,” Feli memotong kubis, jamur dan jagung.
“Annya airnya sudah mendidih.”
“Masukan semuanya,” lanjut Feli memasukan seafood dan beberapa daging irisan kedalamnya.
“Sudah jadi.”
“Silahkan kalian mencobanya,” memberikan masing-masing daging sapi iris yang sudah matang.
“Bagaimana ?” Feli tidak sabar mendengar rasanya dari mereka berdua.
Ekspresi mereka berdua sudah mewakili “Emn ini enak,” mengambil lagi dair panci.
“Haha kalau begitu silahkan nikmati.”
“Seandainya Naumi ada pasti dia akan memarahiku,” Feli mengingat dulu ketika memakan hootpot bersama Naumi. Naumi memarahinya habis-habisan bagaimana tidak selesai memakan hootpod Feli sakit perut sampai masuk rumah sakit dari sana Naumi tidak pernah mengijinkan lagi Feli untuk memakan hoopot meski tidak pedas.
“Lebih enak lagi ditambah ini,” mencampurkan mie ke dalamnya.
“Luar biasa teknik memasak seperti ini bisa membuat semua bahan yang dimasak jauh lebih enak.”
“Tambah lagi, ini cobalah, dan yang ini …” Feli mengambil beberapa seapood untuk Lita dan Nina.
Tanpa disadari ke bulan asap masuk kedalam vila dan menyebabkan alarm tanda kebakaran berbunyi. Shankara dan yang lainnya bergegas mencari sumber kebakaran, setibanya di sumber asap Shankara ingin marah tapi melihat tawa ceria Feli memadamkan api amarahnya.
“Loh kalian kenapa ?” Nina dan Lita langsung membeku melihat Shankara di belakang Feli.
Nina memberi kode untuk melihat kebelakang tapi Feli masih tidak mengerti maksud dari Nina.
“Kalian ini kenapa sih ?” berbalik.
“Hehe …” melahap semua daging di sumpit miliknya.
“Kalian sedang apa ? alarm kebakaran baru saja berbunyi,” bisik Rahel pada istrinya.
“Sayang bantu Annya sepertinya Bos Shan akan memarahi dia.”
“Kamu tenang saja.”
“Apa yang kamu lakukan ??”
“Mencoba teknik masak baru,” menyuruh Shankara duduk.
“Haah ?”
“Annya baru saja menekan Bos Shan duduk ?”
“Baru pertama kali nya aku melihat ada orang seberani itu, memperlakukan seorang Bos Mafia besar di negaranya seperti itu.”
“Ini namanya hootpod,” Feli menyuapi Shankara untuk mencobanya.
Semua orang dibuat deg-degan menyaksikan nya “Bagaimana rasanya ?”
“Tidak buruk,” meraih tangan Feli menyumpit irisan daging lalu di masukan ke mulutnya.
“Pyuh syukur lah,” Nina dan Lita bisa bernapas lega.
“Kenapa kalian berdiri ? cicipi,” Feli memberi isyarat untuk makan bersama.
“Perutku sudah tidak bisa menampung lagi tapi rasanya hootpod ini sangat lezat,” Raymond mengelus-elus perutnya yang sudah seperti ikan buntal.
“Dari mana asal teknik memasak jenis ini ?” Dika masih melanjutkan makan.
“Ini semua ide Annya.”
“Tapi Nina yang menyiapkannya.”
“Luar biasa, Nyonya Muda harus membuka rumah makan untuk mengenalkan makanan ini. Aku yakin rumah makan nya pasti penuh setiap hari, orang yang tidak memiliki selera makan tidak akan berhenti makan setelah memakan hootpod ini.”
“Lain kali jika membuat kekacauan lagi aku tidak akan memaafkan mu.”
“Ini yang terakhir,” Feli menuangkan air minum.
Melihat semuanya aman anak buah Shankara kembali berjaga di tempatnya semula dan pelayan vila kembali melakukan pekerjaannya.
“Dari mana Bos Shan mendapatkan istri seperti Nyonya Shanaya ?” bisik Rahel.
“Dia berasal dari Wilayah Timur,” jawab Dika berbisik kembali.
“Jodoh memang tidak akan kemana hahaha …”
“Dia memiliki banyak hal yang tidak ketahui semua orang, siapa sebenarnya dia ?” diam-diam Shankara memperhatikan Feli.
“Nina ?”
“Ah iya ada apa ?”
“Cabe yang tadi dimana ?”
“Tadi aku menyimpannya disini nah ini dia,” memberikannya pada Feli.
“Kurang pedah gak afdol,” menuangkan cabe ke mangkok miliknya.
“Makan pedas terlalu banyak tidak baik,” Shankara mengambil cabe itu.
“Hey berikan itu padaku,” bukannya takut dengan tatapan kejam Shankara Feli malah menatap balik.
“Duduk !!!”
“Kenapa tidak boleh,” kembali duduk dengan kesal.
“Kalian lanjutkan saja !” menarik tangan Feli.
“Kenapa dengan dia bukannya sudah tidak marah ?”
“Menurut kalian hukuman apa yang akan di berikan Bos Shan ?”
“Entahlah.”
“Rahel, kalian mau menginap ?”
“Sepertinya begitu.”
“Nina tolong siapkan kamar!”
“Baik.”
“Semoga Bos tidak melakukan hal kasar padanya,” Raymond mengkhawatirkan Nina.
“Tidak akan kasar mungkin lebih kejam,” sela Dika.
“Sama aja woy dasar Dika.”
“Kenapa kamu tersenyum begitu ?” tanya istrinya.
“Bukan apa-apa,” Rahel menyembunyikan tawa kecil. Rahel menebak apa yang akan di lakukan Shankara terhadap istrinya itu pasti tidak jauh dari hubungan suami istri .
Dikamar Shankara menarik Feli masuk lalu mengunci pintu, dalam hati Feli ketakutan melihat Shankara.
“Dia tidak akan membunuhku kan ?”
“Ganti bajumu !”
“Hah ?”
“Bajumu kotor terkena banyak minyak, pergi ganti bajunya !”
“Oh iya.”
Detak jantung Feli berdetak sangat kencang dan tubuhnya gemetar “Jangan-jangan dia mau …” membayangkan Shankara memaksa nya melakukan hubungan badan.
“Duduk disini !” nada pelan menepuk ranjang.
“Hari ini sangat melelahkan biarkan aku istirahat sebentar.”
“Apa yang terjadi hemn ?”
“Hanya lelah.”
“Aku curiga jangan-jangan dia anak kecil yang berkedok mafia.”
“Siapa kamu sebenarnya ?’
“Aku Shanaya.”
“Tidak Shanaya yang asli berbeda.”
“Maksud kamu ?”
“Aku sudah mencari semua informasi tentang kamu dari semua informasi itu berlainan dengan dirimu yang sekarang. Shanaya yang penakut menjadi Shanaya yang pemberani, dari lemah menjadi kuat, dari pemalu mejadi percaya diri, kemampuan yang dimiliki Shanaya tidak sebanyak yang kamu miliki.”
“Bagaimana ini ? harus kah aku berkata jujur ?” Feli bingung.
“Tidak mau mengatakannya ?
“Bukan begitu, Aku hanya tidak mau menjadi diriku yang dulu. Sebisa mungkin memperbaiki kesalahan, jika waktu memberiku kesempatan aku harus memanfaatkannya dengan baik bukan?”
“Apa mungkin kamu terlahir kembali ?”
“Bisa dibilang seperti itu.”
“Pantas saja kamu mengetahui banyak hal yang tidak di ketahui orang lain.”
“Apa dia mengerti atau ?” Feli bengong.
“Kalian dengar sesuatu ?”
“Tidak,” ternyata Dika, Raymond dan Rahel menguping dibalik pintu kamar Shankara.
“Bos sepertinya memperlakukan istrinya itu dengan lembut,” gaya Rahel memperagakan.
“Tidak terjadi apapun sama mereka,” Dika berjalan ke tangga.
“Menurutmu ?” melirik Raymond.
“Gue gak yakin,” mendahului Dika.
Bukan hanya mereka berdua Nina dan Lita pun ikut menguping dari tembok samping.
“Hah gagal sudah,” Nina berkeluh lemas.
“Sabar nanti juga ada waktunya.”
“Sebaiknya kita tidur wanita hamil jangan sampai tidur kemalaman nanti kelelahan,” ajak Nina membantu Lita berdiri.
“Kamu tau orang-orang seperti mereka membutuhkan sosok seperti Annya.”
“Hah kenapa ?”
“Mereka orang yang kasar, hati mereka sudah membeku. Seorang pria yang kasar memerlukan wanita yang penuh semangat dan lembut. Suamiku juga begitu, dia berkata kasar ke setiap orang tetapi setelah menikah denganku tidak ada sedikitpun kata-kata itu keluar dari mulutnya. Pria seperti mereka berhak mendapatkan orang yang tepat. Pasti mereka bisa menemukannya, entah itu datang sendiri ataupun mencarinya. Aku kira Bos Shankara tidak akan pernah memiliki pasangan apalagi berstatus istri, tapi siapa sangka takdir mengirim Annya untuknya.”
“Kamu benar Annya bisa dengan mudah memenangkan hati Bos dan juga memenangkan hati kita.”
“Apa dia punya semacam pelet ?”
“Pelet ?” tanya polos Nina.
“Hahaha iya semacam penarik agar dekat dengannya.”
“Lita benar, orang yang didekatnya selalu dibuat nyaman.”