Rahwana Bataragunadi, menyamar menjadi Office Boy di kantornya sendiri untuk menguak berbagai penyimpangan yang terjadi.
Pemuda itu mengalami banyak hal, dari mulai kasus korupsi, sampai yang berhubungan dengan hal-hal gaib.
Dalam perjalanannya, ia ditemani entitas misterius yang bernama Sita. Wanita astral yang sulit dikendalikan oleh Rahwana itu selalu membantunya di saat butuh bantuan.
Masalahnya, Rahwana tahu Sita bukan manusia. Tapi semakin hari ia malah semakin jatuh cinta pada Sita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Catatan 11 : Komputer
Saat berhadapan dengan fenomena gaib di depan matanya sendiri, manusia yang berada dalam realita dihadapkan dalam dua pilihan. Yang satunya memutuskan untuk percaya, yang lain memutuskan untuk menjadikan kejadian itu sebagai suatu kebohongan.
Yang memutuskan untuk percaya terhadap fenomena itu, terbagi lagi ke dalam beberapa bagian. Ada yang akhirnya penasaran, ada yang semakin memperdalam keimanannya terhadap Tuhan Sang Pencipta, ada yang malah menyembah si entitas tak kasat mata karena ketakutan, ada yang tiba-tiba menjadi pakar dunia lain dan menyebut teori-teori mereka sendiri, dan banyak hal lain.
Rahwana, walau pun ia diberi kemampuan dapat melihat entitas dari dimensi berbeda, hal itu dianggapnya bukan merupakan suatu keistimewaan, malah sebagai suatu kesialan. Entah bagaimana ia berpikir, semakin banyak manusia yang dapat melihat bangsa jin, berarti gerbang pemisah antara dua dunia semakin tipis. Dan itu sebagai pertanda bahwa Kiamat Besar dari Illahi semakin dekat.
Sampai sekarang ia bahkan tidak dapat memahami sistem kerja dunia sana, selalu ada kejutan di setiap pertemuan. Dan lagi-lagi, Rahwana berusaha sesedikit mungkin ikut campur.
Bertemu dengan makhluk tak kasat mata akan membuat tubuhnya seringkali kelelahan. Kenapa begitu? Penjelasan gampangnya, saat bertemu dengan entitas dengan perilaku, aturan, dan sifat yang sangat berbeda dari kebiasaan normal, manusia cenderung berpikir lebih keras untuk mencerna yang terjadi. Karena menurut teori,otak hanya sekitar tiga persen dari berat tubuh kita, tetapi menggunakan 20 persen dari energi tubuh.
Apa yang terjadi kalau ia menggunakan tenaga lebih dari 20 persen karena berpikir dengan keras ‘kenapa bisa begini dan begitu’? Bisa jadi menyita seluruh energi tubuh. Otak manusia tidak pernah non aktif. Bahkan saat manusia tidur, otak masih terjaga setengah bagiannya untuk mengatur aktivitas napas, detak jantung, korteks frontal yang berfungsi untuk berpikir, menyadari dirinya, dan mengenali lingkungan tetap aktif.
Banyak orang meminum obat agar bisa tidur, tapi tidak ada obat untuk bisa bangun. Mungkin mulai sekarang, sebelum tidur kita bisa menambahkan doa supaya otak kita tetap aktif bahkan pada saat tidur supaya bisa mengatur tubuh kita agar bisa bangun kembali esok paginya dan diberi kesempatan untuk bertobat dan beribadah lebih banyak.
Kembali lagi ke masalah Rahwana,
Saat ini pemuda itu sangat lelah, ia dihadapkan dalam suatu kondisi yang menurutnya aneh. Dan bukan ia saja yang berpikiran sama. Semua orang di sana merasa sangat aneh.
Masalahnya, sebanyak lebih dari 20 orang, itu berarti jumlah karyawan satu ruangan, melihat fenomena itu. Bahkan banyak dari mereka yang tidak peka, menjadi dapat melihat.
Saat Rahwana memasuki ruangan, mereka menatap pemuda itu dengan tegang. Sayup-sayup lantunan dangdut khas Karawang mengalun dari speaker.
Suara musik itu terdengar dari komputer Pak Yanto. Musik dangdut khas karawang yang biasa diputarnya.
Rahwana menatap semua orang di sana, satu persatu. Beberapa berwajah tegang, hanya menatap ke atas meja Almarhum dalam diam.
Namun, Rahwana tidak melihat entitas. Kecuali...
"Wah,cursornya gerak sendiri, tuh!" kata Fransita.
Iya, dia satu-satunya astral di sini. Tumben.
Rahwana maju ke depan,duduk di meja Pak Yanto dan memperhatikan kalau tanda panahnya memang berjalan sendiri, seakan-akan komputer itu sedang di gunakan oleh seseorang.
Cursor itu mengklik pekerjaan Pak Yanto, membukanya satu persatu, mengetik proposal, mendownload email dari customer, seperti pekerjaan Pak Yanto sehari-hari.
"Sudah berapa lama ini terjadi?" tanya Rahwana.
"S-s-sekitaraaaaan 5 menit, sebelum l-l-lo dateng, astaga ia mengklik sendiri!!" Jeri dan Samuel, sesama marketing, loncat ke belakang dengan ketakutan saat cursor itu mengklik dokumen.
Lalu kekhawatiran melanda Rahwana. Ia mengambil mouse di dekatnya,
Lalu memeriksa semua port yang terbuka dengan pergi ke Start, Control Panel, dan Windows Firewall.
Kemudian ia klik 'Allow program or feature through Windows Firewall' di sisi kiri kotak. Ini akan membuka kotak lain dan Rahwana akan melihat daftar program dengan kotak centang di sebelahnya.
Program yang dicentang berarti 'terbuka', sedangkan yang tidak dicentang atau tidak terdaftar berarti 'ditutup'. Tinggal memeriksa daftar program tersebut dan lihat apakah ada program asing yang mirip dengan program VNC, remote control, dan sebagainya.
"Woooowww..." gumam Rahwana mousenya beradu cepat-cepatan dengan cursor yang mencegahnya melakukan berbagai aktivitas.
Dan saat itu Rahwana menemukannya, sebuah program asing. Pemuda itu menghentikannya dengan menghapus centang kotak.
"Sekarang tinggal melakukan pelacakan," gumam Rahwana. Ia melihat sebagian besar data dari komputer Pak Yanto dikirim ke beberapa email.
Dan saat itu Pak Rey datang.
Ia tertegun melihat semua orang berkumpul di satu area. "Ada apa ini?" tanyanya kebingungan.
"Komputernya Pak Yanto gerak sendiri Pak," jawab salah satu karyawan.
Dan Pak Rey melihat 'Boss' nya ada di depan meja, sedang mengutak atik komputer Pak Yanto.
Rahwana menoleh ke arah Pak Rey dan memicingkan mata dengan sinis. Seakan berujar 'apa sih yang kamu lakukan selama ini?!'
Pak Rey kebingungan dan ia berdiri dengan salah tingkah. "Kenapa Wan?" tanyanya.
Rahwana pun tersenyum, "Kayaknya ada kesalahan sistem di komputer Pak Yanto,"
"Tapi kenapa bisa pas banget ada dangdutannya dia?!" tanya Samuel.
"Udah pasti dateng arwahnya!" seru Jeri panik.
"Mungkin karena musik itu memang distel otomatis di jam ini, jadinya nyala sendiri," kata Rahwana.
"Maksudnya apa?" tanya Pak Rey masih kebingungan.
Rahwana mencabut semua kabel komputer Pak Yanto, dan mengangkatnya. "Saya bawa dulu ya ke divisi IT untuk diperbaiki," kata pemuda itu.
Karena semuanya dalam keadaan ketakutan, jadi otomatis mengangguk.
"Kamu menghadap Mas Trevor nanti siang," bisik Rahwana saat melewati Pak Rey.
Pak Rey langsung tegang.
"Loh.. Kamu..." Ia menunjuk Fransita yang terlihat sedang mengikuti Rahwana keluar dari ruangan. Fransita melambaikan tangan Kepada Pak Rey sambil terkekeh.
*
*
"Hey, tadi ada apa?! Aku kok nggak ngeliat ada astral berkeliaran, tapi ada keanehan yang terjadi?!" tanya Fransita.
"Henpon gue mana ya," gumam Rahwana sambil menoleh ke kanan dan kirinya.
Fransita reflek merogoh kantong celana Rahwana untuk mengambil ponsel pemuda itu.
"Asu! Nggak usah grap-grap gitu!" Seru Rahwana.
"Lah! Gimana caranya aku bisa ambil henpon kamu?!"
"Aku kan cuma tanya hapeku dimana, nggak nyuruh ambilin!"
"Nggak kepegang kok!"
"Ya tapi terasa!"
Fransita berdehem. Rahwana masih menatapnya dengan cemberut.
"Mau ke lantai berapa nih?!"
"Lantai 7,"
"Lantai keramat?!"
"Sourcenya dari situ, bambangwati,"
Fransita tidak mengerti kalimat Rahwana, tapi wanita itu membantunya menekan tombol turun, dan pintu lift pun terbuka. "Silahkan masuk Kanjeng Gustiiii," cibir Fransita.
Rahwana masuk ke lift sambil tetap cemberut.
*
*
"Ini entitas yang mana, kok aku nggak lihat tadi?" Fransita berjalan mengikuti langkah Rahwana.
"Ini bukan astral, ini manusia,"
"Wah! Maksud kamu... Hacker?!"
"Hm,"
"Di lantai tujuh hanya ada divisi Treasury, IT ada di lantai 8,"
"Iya, sambungan kabel internet gedung lama dan gedung baru ternyata beda. Tidak dilepas saat pembangunan. Jadi gedung ini memiliki beberapa kabel optik,"
"Aku nggak ngerti," ujar Fransita.
"Ngertinya apa?"
"Ngerti kalau kamu lagi galau,"
"Gara-gara siapa?"
"Siapa?"
"Ck!" Decak Rahwana sambil keluar dari lift.
Barulah saat lift terbuka, Rahwana tidak langsung keluar. Banyak orang lalu lalang di depannya.Tapi...
"Mbak OG, anterin ke rumahnya dong," sahut Rahwana.
"Yaaaaa," terdengar suara merintih.
Dan ruangan di depan mereka langsung berubah gelap.
Sangat gelap
Bagaikan tidak ada satupun cahaya yang bisa masuk.
Rahwana melangkahkan kaki, namun lengannya ditarik Fransita.
"Kamu serius mau masuk?! Itu dimensi lain!"
"Iya, tapi masih berhubungan dengan realita. Cuma gelap aja," sahut Rahwana.
"Kamu bisa celaka di sana!" sahut Fransita.
"Aaaku jagain koookkk, hihihihi," Mbak OG muncul dengan wajah sebenarnya, mode seram, dan seringai di rahangnya yang copot.
"Mana bisa aku percaya kamu!" dengus Fransita sambil memeluk lengan Rahwana. Antara dia berusaha melindungi Rahwana, atau dia sendiri yang takut.
Dan mereka pun melangkahkan kaki ke dalam ruangan gelap itu.
Rahwana melangkah dengan tegas seakan sudah kenal sudut-sudutnya. Lalu ia pun berhenti.
"Bisa nggak, nggak usah gesek-gesekin dada kamu?!"
"Ini ukurannya udah oversize, otomatis terjadi,"
"Ya lepasin aku,"
"Nggak mau," Fransita lebih erat memeluk lengan Rahwana.
"Kamu sesama setan kok takut sih,"
"Aku bukan setan! Aku masih bisa bernapas, masih bisa flu, masih bisa pusing! Hanya..."
"Apa?"
"Udah jalan aja, lanjut..." gumam Fransita sambil menggoyang-goyangkan lengan Rahwana.
"Kemarin kupegang marah, sekarang malah gesek-gesek," gerutu Rahwana. Dia masih marah dengan Fransita karena sudah memata-matainya sepanjang hari selama ini.
"Itu bukan pegang, udah mode remas!"gerutu Fransita, "Dan aku nggak jadi maafin kamu ya, kamu ternyata nyebelin!"
"Duh bawel nih. Tinggal, loh,"
"Jangaaaaann..." Fransita bergumam dengan gigi merapat.
*
*
Catatan Author :
Dear Pembaca,
Telah berpulang ke Rahmatulloh, teman Readers kita yang bernama Theresia Setyowati, pada tanggal 15 Agustus 2022. Kiranya dapat dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya atas kesalahan Almarhumah, Al Fatihah untuk alam kuburnya dan ucapan istighfar untuk menutupi kekhilafannya saat di dunia.
Semoga Almarhumah dapat diberikan tempat terbaik di sisiNya.
Jeng Thesa, dirimu sudah mendampingiku sejak aku baru merintis karier di dunia Author. Dukungan yang kamu berikan selalu membuatku semangat. Dulu kita pernah ngobrol, "Kalau Aku pensiun, enaknya leyeh-leyeh ya Busui? Kan anak-anak sudah punya keluarga sendiri," sambil dirimu mengirimkan foto pemandangan pegunungan Swiss. Aku hanya meng- Aamiin -ni waktu itu. Dan saat ini kuharap engkau sudah bisa menikmati pemandangan itu.
Love you, Jeng Thesa.
Terima kasih, Para Pembaca.