Nasya Andira, sejak kecelakaan yang membuat kedua orang tua nya meninggal. Nasya terpaksa harus hidup seorang diri, beruntung ia bertemu dengan Olin. Wanita paruh baya yang begitu baik hati dan memberikannya pekerjaan.
Berawal menjadi seorang pelayan di sebuah warung makan mie milik Olin. Nasya memilih untuk pergi ke Jakarta mengadu nasib agar bisa berkuliah dengan bekerja di rumah menantu Olin untuk menjaga kedua cucunya.
Adnan Bimantara, seorang laki laki dewasa. Berstatus dia dengan dua anak. Menerima Nasya bekerja dengan nya karena sudah lelah mengurus kedua anaknya yang begitu nakal dan sering membuat ulah. Adnan berharap bahwa setelah mempekerjakan Nasya, maka pekerjaan nya mengurus kedua anaknya akan berkurang. Namun, nyatanya kini malah dirinya merasa memiliki tiga orang anak.
Bagaimana kisah Nasya menghadapi dua tuyul yang selalu membuat ulah untuk para pekerja nya. Berhasilkah Nasya membuat dua anak itu takluk padanya? Atau malah sang duda yang akan takluk padanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengen nangis
...~Happy Reading~...
“Baru satu hari tanpa Olin, kenapa bisa seperti ini. Bagaimana kalau satu minggu, satu bulan atau bahkan satu tahun. Aku pengen nangis,” rengek Nasya dalam hati nya menjerit, namun ia masih berusaha untuk kuat dan sabar menghadapi sikap Ryana yang ternyata Sangat berbanding terbalik dari Ryan.
Meskipun Ryan laki-laki dan terlihat lebih banyak diam. Namun, ia begitu anteng dan menerima orang baru, atau istilah nya Ryan begitu welcome. Sementara Ryana, ia sangat manja, arogan namun juga cengeng.
“Ryana, maafin kak Nasya ya, kakak mengaku salah. Maafin kak Nasya ya,” ucap Nasya berusaha membujuk Ryana yang berada di balik selimut.
“Kak Nasya nakal hiks hiks hiks.”
“Iya, kakak nakal. Maafin kakak ya,” ujar Nasya mengalah, dan akhirnya Ryana mau memaafkan nya.
Setelah berhenti menangis, Nasya mengajak Ryana untuk mandi sore, karena ini sudah waktu nya untuk mandi. Selain itu juga wajah Ryana begitu kusut karena habis menangis.
Ketika makan malam tiba, Ryana terus mengadu kepada ayah nya tentang bagaimana sikap Nasya padanya yang sudah begitu jahat karena membiarkan Olin pergi dari rumah. Padahal, Olin pergi juga setelah pamit kepada ayah nya, namun tetap saja menurut Ryana, Nasya lah yang salah.
Sementara itu, Nasya yang mendengar curhatan Ryana kepada ayah nya, hanya bisa menghela nafas nya dengan sedikit kasar sembari menundukkan kepala. Selama makan malam, Nasya juga ikut menemani di meja makan, namun ia tidak ikut makan. Meskipun Olin atau Adnan sudah menawarkan nya agar ikut makan, namun entah mengapa Nasya manish begitu sulit untuk ikut makan. Ia lebih suka makan di belakang bersama dengan mbok Yem.
“Jadi kamu maunya gimana?” tanya Adnan setelah mendengarkan cerita dari sang putri.
“Ya gak gimana gimana, kan Ryana hanya cerita sama Daddy,” jawab Ryana lalu kembali mengunyah makanan nya.
“Ryana itu nakal. Pokoknya, Ryan gak mau kalau sampai kak Nasya juga pergi dari sini gara gara Ryana! Ryan udah sayang sama kak Nasya.” Tekan Ryan menatap saudara kembar nya dengan kesal.
“Ryana kan gak minta Daddy buat mecat kak Nasya juga!” balas Ryana tak kalah kesal.
“Tapi kalau cara kamu seperti itu, kak Nasya juga kan pergi kembali ke rumah di kampung nya sama Olin.” Seru Ryan semakin menatap kesal pada Ryana.
“Daddy!” rengek Ryana memanyunkan bibir nya lalu meremas kedua tangan nya, ia hendak menangis namun Adnan segera mengangkat tubuh putri nya dan mendudukkan nya di atas pangkuan nya.
“Si manja mulai beraksi. Lama lama Ryan males sama Ryana! Pokok nya, Ryan mau kamar sendiri, titik!” ketus Ryan, lalu ia segera meninggalkan meja makan seraya menggandeng tangan Nasya yang sejak tadi memang duduk di sebelah nya.
“Ryan!” panggil Adnan, namun tetap saja anak itu tidak mau mendengar dan tetap melangkahkan kaki menaiki tangga menuju kamar nya.
“Astaga, ya Tuhan. Sampai kapan ini berakhir,” gumam Adnan dalam hati, sudah sangat frustasi menghadapi kedua anak nya yang selalu berbeda pendapat.
Sementara itu, Nasya yang nampak kebingungan hanya bisa pasrah ketika di ajak memasuki sebuah kamar yang berada di sebelah kamar Ryan dan Ryana. Kamar itu tak kalah besar dari kamar sebelum nya, hanya saja di sana Cuma ada satu tempat tidur.
“Kak Nasya bantuin Ryan berkemas ya, Ryan mau bobo disini, gak mau sama Ryana. Males!” katanya lalu ia menjatuhkan diri di atas tempat tidur begitu saja.
cerita tidak ber-liku2....