Kisah tentang kita, merupakan kisah yang memuat cerita sehari-hari ketiga pemuda desa bernama Parto, Seno dan Beni.
Cerita kegabutan mereka karena status jomblo yang masih melekat pada ketiganya, selalu menjadi bahan ejekan saat mereka berkumpul.
Selalu saja ada hal absurd yang mereka lakukan saat bertemu.
Keseruan apa yang mereka ciptakan saat bersama?
Bagaimana cara mereka menemukan sang pemilik hati?
Temukan jawabannya di sini😆
❤️KARYA INI DI CIPTAKAN OLEH DFE DAN DI MOHON DENGAN SANGAT UNTUK TIDAK PLAGIAT! MARI BERKARYA BERSAMA, TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mogok
Sepertinya semesta memang tidak mengijinkan Parto untuk pergi ke rumah Pak Agus dulu. Ayam.. motor kesayangannya yang baru tadi pagi di elus-elus, di isi bahan bakar full tank, tiba-tiba ngambek enggak mau jalan. Parto anak bengkel pasti tahu cara membujuk ayamnya agar mau jalan sexy lagi. Baginya si ayam yang menderu dengan kepulan asap saat melaju itu sexy.
Memperbaiki ayam yang lagi merajuk di pinggir jalan saat kendaraan lain berlalu-lalang membuat tensi Parto naik. Dia putuskan untuk mengajak ayamnya berteduh di bawah pohon saja, daripada jadi tontonan orang di pinggir jalan.
Dia keluarkan hpnya, menghubungi Beni dan Seno. Lho mereka enggak kerja? Ko santuy banget hidup mereka. Ya santuy lah.. kan mereka ikut jalan cerita yang nulis aja. Mau apa, protes? Anggap saja ini hari minggu atau emang mereka lagi libur, kalender di sini kebetulan pas merah semua. Lho kenapa gitu? eeeee maaf, ini cerita Parto mau di lanjut apa stop aja karena kelamaan sesi tanya jawabnya?!
Ini Seno sama Beni kalau lagi di butuhin kok ya bareng-bareng sibuknya. Nomer yang anda tuju sedang sibuk, sibuk ngopo? jam segini sibuk pasti masih manjangin iler.
Parto punya ide lain, agar Seno bisa di hubungi dan enggak pura-pura hibernasi. Dia kirim pesan untuk Indah.
Parto: Ndah..
Indah: Dalem, piye Mas?
Parto: Tumben cepet bales pesanku Ndah, main hape mulu kamu ya?
Indah: Enggak kok.. Ini tadi temenmu abis telepon, ya kebetulan pas dia matiin telepon mas wa. Piye ndang?
Temenku? Wah ancen kurang sak ons kui Seno, pantes aja dari tadi nomernya sibuk terus. Ternyata sibuk mepet adikku.
Parto: Ndah.. Tolong kamu bilang ke Seno, suruh mapak (nyamperin) aku! Gpl!
Indah: Mapak dimana kasih info yang jelas,
Parto: Di pertigaan jalan menuju rumah Pak Agus. Ndang!
Indah: Wokeh.
Ancen kampret ke menungso siji, kek gitu maunya aku restuin dia sama Indah? Sampai Onta arab punya kantung buat gendong anaknya kek kangguru, ora bakal restuku turun buat dia.
Parto kesal, sambil menunggu dua teman absurdnya dia masih mencoba menyalakan si ayam.
"Yam kamu kenapa to? Ngambek sama Indah ya kamu gara-gara tadi pagi di kata-katain"
"Belajar gila To? kok ngomong sendiri." Kaget, Parto langsung menoleh ke arah suara tersebut berasal.
Entah dari mana datangnya Beni, Parto yang lagi nelangsa karena ayamnya enggak mau jalan, sampai kaget karena kehadirannya.
"Astaghfirullah.. Setan ancen kowe, muncul dari mana kamu Ben tiba-tiba ada di sini. Ngagetin orang aja."
"Kamu masih punya jantung emang kok bisa kaget? Kamu wa tadi aku udah di sekitar sini, abis nganter Mbak Lulu belanja di pasar."
"Iya masih lah. Mok kiro aku sejenis ubur-ubur opo cacing, yang enggak punya jantung? Sak penakmu sangger ngomong (seenaknya saja kalau ngomong)."
"Trus nyuruh aku kesini buat apa?" Tanya Beni sambil menyelipkan sebatang rokok di mulutnya.
"Kamu kok udut (merokok) lagi to Ben, dulu katanya mau stop. No smok smok"
"Smoking To, 'ing' nya jangan di tinggal. Aku dengernya beda lho kalau enggak ada 'ing' nya. Udut lagi ya karena pengen aja. Lanang ora udut mending nggo rok wae (Lelaki enggak ngerokok mending pake rok aja) To"
Beni berucap sambil menghembuskan asap putih ke udara. Dia masih duduk di atas motornya tanpa menawari Parto untuk ikut merokok juga. Dia tahu Parto bukan penikmat batang tembakau seperti dirinya.
"Kamu kalau ngomong enggak di saring dulu, asal gambleh aja. Aku lanang enggak ngerokok, dan enggak sudi pakai rok. Tadi aku minta kamu kesini buat bantuin aku benerin ayam. Dia ngambek enggak mau jalan. Piye iki jal (gimana ini cuba)."
"Kalau kamu enggak cocok pakai rok To, pakai daster aja. Lebih pantes hahaha. Dan asal kamu tahu ya To, mau kamu ngerokok atau enggak kalau kumpulmu sama orang yang hobi udutan ya sama aja kamu kena racunnya. Kamu termasuk perokok pasif namanya To, meski enggak ikut ngemut batangnya tapi ikut menikmati asapnya yang masuk ke paru-parumu sama aja bikin paru-parumu keropos,"
Parto melongo mendengar penuturan Beni.
"Ngemut batang.. Njir lah Ben omonganmu kok bikin separuh otakku mikir ke arah yang enggak seharusnya."
"Emang kamu mikir apa? Itu motormu gusinya udah di ganti?" Tanya Beni yang turun dari motornya dan ikut memperhatikan ayamnya Parto.
"Ben.. Mbok ya kalau bego jangan di borong sendiri. Kesian sekali kamu ini, baru di putusin kok saraf otakmu ikut putus semua. Sejak kapan motor punya gusi? kamu kira ini gerandong apa, asal aja kalo ngomong!"
"Lha kamu aja namain motormu sak senengmu dewe, masa aku enggak boleh ngasih panggilan kesayangan juga buat onderdilnya ayammu itu. Busi sama gusi kan hampir mirip, anggap saja mereka saudara beda bapak lain emak. Gitu aja kok di permasalahin." Jawab Beni sambil membuang puntung rokok yang tinggal ujungnya.
"Orang kalau abis putus cinta apa semua kayak kamu ya Ben? Miris aku liatnya.. Terserah kamu lah mau namain apa, gusi, busi, basi juga terserah. Sak bahagiamu aja, tadi tak kira mau kamu telen juga itu puntung rokokmu Ben, enggak sayang apa kamu buang gitu?"
Beni tertawa mendengar ucapan Parto.
"Kalau kamu eman ambil aja To, tu masih anget bekas bibirku lagi hahaha"
Ora waras tenan arek iki.
"Ben.."
"Opo? Jangan bilang kamu mau ngomong sayang To, aku merinding lho ini"
"Ben.. kalau ayamku udah nyala ayo ke pegadaian"
"Ngapain?"
"Kita tebus akal sehatmu yang kamu gadaiin di sana"
Beni hanya tertawa mendengar perkataan Parto. Beni berdiri dan mencoba menyalakan motor Parto dan ajaibnya itu motor langsung nyala. Parto sampai melongo, dari tadi dia coba tapi si ayam enggan hidup.
"Motor enggak apa-apa kok kamu bilang mogok, To.. To.. kalau kangen ya bilang aja. Enggak perlu cari alasan motor mogok segala. Ini panas banget kek gini kok ya teganya kamu ngerjain aku, abis dua batang rokok lho To aku nemenin kamu di sini,"
"Tadi beneran lah.. Ayam enggak mau jalan, kan niatnya aku mau ke tempat Pak Agus ini. Malah ayam ngambek di sini. Heran lho tadi aku genjot bolak-balik anteng aja, enggak mau nyala dia. Giliran kamu yang nyoba sekali masa langsung idup,"
"Motormu aja mulai sepet sama kamu To, aku enggak mau nerusin kata-kataku takut hati mungilmu merasa terjolimi nanti hahaha"
"Yawes lah, aku mau lanjutin aja perjalanan suciku ke rumah Pak Agus.. Suwun yo Ben"
"Lho.. Udah kek gitu aja? Oalah tau gitu enggak tak bantu genjot motormu tadi!"
Beni hanya melihat Parto yang menjauh dari tempatnya berdiri. Saat akan ikut pergi dari pertigaan jalan itu, Seno malah datang dengan motor gambrengnya.