NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11: Garis Batas yang Terkoyak

Jantung Ayana berdentum keras, menggema di gendang telinganya. Dorongannya pada Arfan refleks, penuh kepanikan. Mata mereka saling beradu, memantulkan ketakutan yang sama.

Bayangan itu berhenti. Suara langkah kaki berhenti tepat di ambang pintu tangga darurat. Nafas Ayana tertahan di tenggorokan, menunggu siapa yang akan muncul dari balik bayangan itu, seolah setiap detik adalah vonis.

Lalu, muncul sosok Vina. Senyum tipis, dingin, terlukis di bibirnya. Matanya menyapu Ayana dan Arfan, berhenti sejenak pada bibir Ayana yang masih sedikit bengkak dan acak-acakan. Lalu, pandangannya beralih ke kemeja Arfan yang sedikit kusut.

"Wah, Tuan Arfan dan Nona Ayana. Kebetulan sekali," sapa Vina, suaranya terdengar terlalu manis, menusuk ke ulu hati Ayana. "Sedang berdiskusi serius di tempat tersembunyi seperti ini? Saya tidak tahu tangga darurat bisa jadi spot meeting yang inspiratif."

Ayana merasakan pipinya memanas. Otaknya kalut mencari alasan. Tapi Arfan, dengan ketenangan luar biasa, segera maju selangkah, menutupi Ayana sedikit dari pandangan Vina.

"Vina," sapa Arfan datar, tanpa sedikit pun kerutan di wajahnya. "Ada apa? Kami memang sedang membicarakan proposal proyek baru yang Ayana kerjakan. Butuh privasi agar tidak mengganggu karyawan lain." Nada suaranya tegas, meyakinkan, membuat Ayana nyaris percaya kebohongannya sendiri.

"Oh, ya?" Vina mengangkat satu alisnya, tatapannya penuh selidik. "Sampai-sampai kemeja Tuan Arfan kusut begitu? Dan pipi Nona Ayana memerah seperti tomat matang." Sindirannya telak.

Arfan tertawa kecil, memaksakan diri. "Memang saya baru saja menjelaskan beberapa detail teknis yang cukup intens. Proposalnya memang rumit. Biasalah, diskusi di tempat sempit kadang membuat suasana jadi gerah, bukan?"

Dia melirik Ayana, memberinya isyarat tak terlihat untuk ikut bermain. Ayana tergagap, berusaha menguasai diri. "B-benar, Bu Vina. Banyak poin yang harus kami klarifikasi. Maaf jika terlihat... kurang profesional."

Vina tidak melepaskan tatapannya. "Saya hargai dedikasi kalian. Tapi lain kali, gunakan ruang rapat, Tuan Arfan. Atau setidaknya, kantor." Ada penekanan pada kata 'kantor' yang membuat Ayana bergidik.

"Tentu, lain kali akan kami perhatikan," Arfan mengangguk santai, seolah tidak ada yang terjadi. "Ada hal lain yang ingin Anda sampaikan, Vina? Kami sedang terburu-buru, ada jadwal meeting lain."

Vina tersenyum lagi, senyum yang tak sampai ke matanya. "Tidak, Tuan Arfan. Saya hanya lewat. Silakan lanjutkan 'diskusi' kalian. Tapi, jangan terlalu lama. Nanti dikira main petak umpet." Ia berbalik, melangkah pergi, meninggalkan Ayana dan Arfan dalam keheningan yang menyesakkan.

Begitu punggung Vina menghilang, Ayana langsung ambruk, bersandar ke dinding, napasnya tersengal. "Argh! Itu tadi nyaris saja!" bisiknya, suaranya bergetar.

Arfan menoleh, ekspresinya berubah serius. Dia mendekat, menangkup wajah Ayana dengan kedua tangannya. "Kau baik-baik saja?"

Ayana menepis tangan Arfan, perasaannya campur aduk antara lega, marah, dan takut. "Baik-baik saja?! Bagaimana bisa aku baik-baik saja? Vina jelas mencurigai kita!" Dia menyisir rambutnya dengan frustrasi. "Ini tidak bisa diteruskan, Arfan. Ini gila!"

"Gila?" Arfan menatapnya tajam. "Atau kau takut? Takut pada apa yang kau rasakan?"

"Aku takut pada konsekuensinya!" Ayana membalas, suaranya meninggi. "Aku punya anak, Arfan! Aku punya reputasi yang harus kujaga! Kita berdua punya posisi di perusahaan ini! Kalau Vina sampai tahu... tamat kita!"

Arfan menghela napas, sorot matanya melunak. "Aku tahu. Aku mengerti ketakutanmu. Tapi apa yang terjadi barusan... itu bukan sesuatu yang bisa kita pungkiri, Ayana."

"Justru itu yang harus kita pungkiri!" Ayana mendesak. "Kita harus bersikap seolah tidak ada apa-apa. Seolah itu tidak pernah terjadi. Kita tidak boleh membuat kesalahan lagi."

Keheningan mencekam menyelimuti mereka. Arfan menatap Ayana, ekspresinya sulit dibaca. Ada gairah yang belum sepenuhnya padam di matanya, bercampur dengan kekecewaan dan sesuatu yang Ayana tak bisa mengerti.

"Baiklah," kata Arfan akhirnya, suaranya berat. "Jika itu maumu. Tapi ketahuilah, Ayana, ada beberapa hal yang lebih sulit untuk dilupakan daripada untuk dilakukan." Dia kemudian berbalik, melangkah menuruni tangga tanpa menoleh lagi.

Ayana terdiam, membiarkan punggungnya meluncur ke bawah dinding, duduk di anak tangga dingin. Kepala Ayana pening. Rasa ciuman Arfan masih membakar bibirnya, bertolak belakang dengan dinginnya kekecewaan yang kini memenuhi dadanya.

Sepanjang hari itu, Ayana seperti robot. Dia bergerak, bekerja, tersenyum pada rekan kerja, tapi pikirannya terus berputar pada kejadian pagi itu. Vina. Tatapan mata Vina yang menuduh. Dan kata-kata Arfan. "Ada beberapa hal yang lebih sulit untuk dilupakan daripada untuk dilakukan."

Benarkah? Haruskah ia melupakan gairah yang meledak-ledak itu? Melupakan sensasi sentuhan Arfan, bau maskulinnya, ciumannya yang menghanyutkan? Jujur saja, ia tidak yakin bisa.

Ketika jam kantor usai, Ayana buru-buru membereskan mejanya, ingin segera pulang dan mengubur diri dalam kesibukan mengurus anak. Ia ingin lari dari bayang-bayang Arfan, dari rasa bersalah dan gairah yang masih berdenyut dalam dirinya.

Namun, di lift, ia bertemu lagi dengan Vina. Kali ini Vina tidak sendirian. Ia bersama dua orang staf senior lainnya, sedang membahas proyek baru dengan nada ceria. Ayana mencoba menyelinap ke sudut, berharap tidak diperhatikan.

"Ah, Nona Ayana!" Vina memanggilnya, senyum lebarnya terlalu palsu. "Pas sekali. Saya baru saja ingin mencari Anda. Besok pagi, kita ada meeting penting dengan perwakilan dari PT. Griya Sentosa. Proyek pengembangan lahan di pusat kota."

Ayana mengernyit. "Tapi, bukankah proyek itu... biasanya diurus oleh tim Pak Budi?"

"Memang," Vina mengangguk. "Tapi Tuan Arfan secara khusus meminta Anda untuk ikut serta. Katanya, wawasan Anda sebagai arsitek muda sangat dibutuhkan. Kebetulan sekali ya, Arfan sepertinya begitu 'tertarik' dengan masukan Anda." Lagi-lagi, penekanan kata 'tertarik' itu.

Jantung Ayana mencelos. Ini jebakan. Vina pasti sengaja mengatakannya di depan staf lain agar gosip cepat menyebar. Dan Arfan... mengapa ia justru menarik Ayana semakin dekat ke dalam pusaran ini, setelah percakapan mereka di tangga darurat?

"Ah, begitu ya?" Ayana berusaha tersenyum, meski kaku. "Baiklah, Bu Vina. Saya akan siapkan materi." Ia merasa seperti ikan yang tersangkut kail, ditarik paksa ke tengah laut lepas.

"Bagus. Dan pastikan Anda datang pagi, Ayana. Karena Tuan Arfan juga akan hadir di meeting tersebut. Bahkan beliau yang akan memimpinnya." Vina memutar matanya, seolah ini adalah formalitas yang menjengkelkan. "Dia juga meminta Anda untuk menemaninya meninjau lokasi proyek besok sore, setelah meeting. Katanya, untuk 'persiapan lebih lanjut'."

Kepala Ayana serasa dihantam godam. Meninjau lokasi? Berdua saja dengan Arfan? Setelah apa yang terjadi? Ini jelas bukan permintaan profesional. Ini adalah kesempatan yang sengaja diciptakan Arfan, atau mungkin jebakan Vina yang memaksa mereka berdua lebih terekspos.

Ayana menelan ludah. Wajah Vina yang puas terlihat samar di balik keramaian lift. Ayana tahu, Vina pasti sedang menikmati ekspresi terkejut dan panik Ayana. Ia tidak bisa menolak. Penolakan akan membuat Vina semakin curiga, dan Ayana tidak punya alasan yang kuat.

Ia terjebak. Antara profesi yang ia cintai, bahaya skandal yang mengintai, dan desiran aneh yang masih belum mau pergi setiap kali nama Arfan disebut. Besok sore, ia harus menghabiskan waktu berdua dengan Arfan di lokasi proyek yang sepi.

Ia tahu ini akan jadi ujian terberat. Bisakah ia menjaga batas yang kini terasa makin tipis, ataukah ia akan semakin terjerat dalam ‘dosa manis’ yang Arfan tawarkan?

Apa yang akan terjadi di lokasi proyek itu? Apakah Arfan akan kembali memancing gairah terlarang mereka, atau Ayana akan berhasil menarik garis tegas yang tak bisa dilewati lagi? Hanya waktu yang akan menjawab. Dan Ayana, tak yakin ia siap menghadapi jawabannya.

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!