TRANSMIGRASI KE ZAMAN KUNO

Di istana.

Malam ini, permaisuri tampak duduk dengan gelisah. Pikirannya terus tertuju pada Arela. Entah kenapa, tatapan arela waktu itu sangat berbeda. Hatinya menjadi gunda ketika memikirkan itu.

"ada apa istri ku..? mengapa kamu terlihat melamun sejak tadi ?" tanya sang kaisar ketika iya berhenti menyelesaikan tugas membacanya di dalam ruang kamar itu.

mendengar suara sang suami, sang permaisuri pun langsung menoleh.

"suamiku.. kau sudah selesai.." gumamnya. kaisar pun mendudukkan tubuhnya di samping sang istri. kemudian menggenggam tangan istrinya seraya berharap, istrinya mau membagi beban berat yang sedang dirasakannya.

"katakanlah..? apa yang sedang kamu pikirkan istriku ?" tanyanya lagi. permaisuri tampak menghela nafasnya.

"aku sedang memikirkan Putri kita. arela. hatiku menjadi bimbang ketika mengingatnya. tetapannya waktu itu, seperti menyiratkan sebuah perpisahan yang begitu jauh. memikirkan itu, hatiku menjadi sesak dan perasaanku terasa tidak nyaman." ucap permaisuri sambil memegangi dadanya.

mendengar itu, perlahan kaisar Orion ini melepas genggaman tangannya di tangan istrinya. dia menghela nafas, dan mencoba berpikir sejenak.

"jangan terlalu memikirkannya istri ku. kita menghukum dan mengasingkannya di istana dingin bukan karena benci. tapi perbuatannya yang begitu nakal dan keras kepala. dan aku berharap, setelah ia selesai keluar dari pengurangan itu, dia bisa merubah dan lebih sayang kepada saudara angkatnya." tutur sang kaisar. permaisuri ikut melawan sejenak.

"bagaimana kalau seandainya, apa yang dikatakannya waktu itu benar adanya suamiku ? di mana, yang selalu mengganggunya itu adalah Marissa. dia bukan semena-mena, dan bukan orang yang pertama mencari masalah. ? bagaimana itu suamiku ? selama ini kita tidak pernah mendengarkan penjelasan kedua belah pihak. dan tak pernah menyelidiki kejadian sebenarnya. itulah yang selalu membuat ku menjadi kepikiran.." tutur permaisuri lagi sukses membuat perasaan kaisar menjadi khawatir.

ada perasaan cemas di dalam hatinya ketika mendengar penuturan istrinya. ada juga perasaan tak menentu yang tampak sedang bolak-balik sedari tadi.

"kalau dipikir-pikir yang mulia. kita selalu mentok dan membela Marissa. sementara untuk arela, kita tak pernah ada untuknya dan selalu menyalahkannya. kalau dipikir-pikir lagi, dan kalau kita berada di posisinya, pasti dia akan menganggap kita tidak menyayanginya, dan terlalu pilih kasih. aku takut pikiran itu tertanam di kepalanya, dan akan membenci kita." tutur permaisuri lagi. tak terasa air mata permaisuri menetes. sejak tadi ia memang menahan tangisnya, agar tidak keluar.

mendengar itu, perasaan kaisar kembali dilanda kecemasan. benar apa yang dikatakan oleh istrinya.

"kalau begitu.. kita bebaskan saja dia dari hukumannya." tutur sang kaisar. permaisuri terdiam.

"tapi peraturan tetaplah peraturan. hukuman telah dijatuhkan dan seseorang harus menjalaninya. kalau kita membebaskan arela sekarang, pandangan rakyat kepada kita akan berubah. biarkan saja seperti itu, tapi yang mulia, Saya harap pintu itu jangan disegel. agar saya bisa masuk ke dalamnya untuk melihat keadaannya." tutur permaisuri.

mendengar itu, kaisar berpikir sejenak. orang yang menjalani hukuman di istana dingin tak pernah ada yang bertahan dan selamat. apalagi, makanan dari istana kadang diberikan, kadang tidak diberikan. dan, orang yang dimasukkan di dalam istana dingin juga, tidak diperkenankan untuk jenguk oleh keluarganya.

itu adalah hukuman, bagi mereka yang melakukan kesalahan. dan ini masih terbilang cukup ringan.

"tidak perlu istriku. utus aja para pelayan istana untuk mengirimkan makanan ke istana dingin itu. seperti yang telah kamu katakan tadi, hukuman tetaplah hukuman. dan peraturan yang telah ditetapkan tidak bisa dilanggar." permaisuri dan kaisar pun menundukkan kepala mereka. jujur mereka sedikit menyesali hal ini. bagaimana kalau nanti apa yang dikatakan oleh permaisurinya terjadi.

arela tidak bersalah, dan Arema melakukan itu hanyalah sebuah bentuk pembelaan terhadap dirinya. tapi sayangnya, selama ini mereka tak mau mendengarkan penjelasan arela hanya karena mereka ingin menjaga perasaan anak angkat mereka.

menurut mereka, arela adalah anak kandung mereka dan sudah pasti dia tidak akan merasakan perasaan ditinggal atau disisihkan oleh siapapun. apalagi semua kebutuhannya di dalam istana dipenuhi. bahkan arela tidak merasa kekurangan sama sekali. sementara Marissa, Dia adalah anak yang mereka adopsi dari seorang keluarga pejuang yang telah gugur di medan perang demi mempertahankan negeri ini. dan mereka berpikir untuk menjaga perasaannya agar dia merasa nyaman tinggal di sini.

tapi sepertinya, langkah mereka cukup keliru. mereka tak bisa berlaku adil. seharusnya, sebagai seorang kaisar pemimpin negeri ini dan juga sebagai seorang ayah, dia mampu memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk membela diri dan menjelaskan apa yang terjadi.

dan kalau ternyata masih belum ada jalan keluar atau titik temu atas masalah mereka, kaisar bisa mengutus orang-orangnya untuk menyelidiki ini. sehingga, salah satu anak perempuannya tak akan merasa ketidakadilan.

tak hanya kaisar dan permaisuri yang tampak memikirkan arela. ternyata, ketiga pangeran juga merasakan hal yang sama. tiba-tiba mereka merasa rindu dengan arela, rindu dengan adik perempuan kandung mereka satu-satunya. tapi sayang, adik perempuan mereka itu sedang menjalani hukuman atas perbuatannya.

"kalau saja kamu tidak nakal dan bandel, dan kalau saja kamu tidak selalu mengganggu anak angkat ayah, pasti kamu tidak akan dihukum di istana dingin. Hah!!" gumam pangeran mahkota yang bernama Felix.

"sabarlah. semua pasti akan berlalu. kamu bertahanlah di istana dingin. kakak yakin, Kamu pasti bisa melewatinya." gumam Felix dengan yakin. tapi di sudut hatinya yang lain, ada perasaan cemas, khawatir dan takut. dia takut adiknya setelah keluar dari hukuman akan merasa asing dengan mereka. dia takut kalau adiknya di sana hidup menderita.

"kenapa aku begitu khawatir dan cemas sekarang? pikiranku sangat tidak menentu. aku takut apa yang aku rasakan ini beneran terjadi. tidak tidak, pokoknya setelah arela keluar dari hukuman, aku akan menemaninya. aku sadar, selama ini aku sudah jauh darinya. bahkan aku, aku tidak lagi mementingkannya. pasti dia merasa, aku tidak menyayanginya lagi." Felix berkata begitu, entah mengapa pikiran seperti itu terlintas di kepalanya.

tanya dirinya, kedua adiknya pun merasakan hal yang sama. tapi mereka tidak seheboh dia. walaupun mereka tahu kalau mereka sudah cukup jauh dari arela, tapi mereka berpikir ini pantas untuknya.

dia terlalu nakal dan terlalu suka membuat keributan di istana dan mengganggu adik angkat mereka. dan mereka berharap, setelah hukuman ini arela berubah. dia tidak lagi mengganggu saudara angkat mereka. mencari masalah dengannya, dan terus bertengkar dengan adik angkat mereka.

tapi hal yang tidak mereka ketahui adalah, bahwa pemilik asli tubuh ini telah jauh dan pergi ke alam yang berbeda dari mereka. sementara yang mengisi tubuh itu bukanlah lagi jiwa adik mereka, melainkan jiwa yang berbeda yang hanya ingin memiliki kebebasan tanpa ada keterikatan apapun.