Mengkisahkan Miko yang terjebak lingkaran setan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Romi Bangun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ALIBI
Tidak semua kejatuhan diawali oleh kekalahan.
Sebagian dimulai dari keyakinan bahwa ada orang lain yang bisa menanggung risikonya.
Dan aku menyebut keyakinan itu sebagai... solusi.
-
Waktu berjalan cepat. Tiba-tiba sudah malam. Aku masih duduk bersandar memegang ponsel.
Begitu juga dengan Hendra dan temannya. Mereka masih asik sendiri. Kadang ada obrolan singkat, kadang aku ikut bicara.
Mungkin mereka sambil scroll sosmed.
Aku pun melanjutkan langkah pembalasan. Sekedar mencoba mengambil kembali kalah ku yang tadi.
"Balik modal aja cukup lah..." batinku.
Deposit Rp100.000 via QRIS telah berhasil
Bola roulette berputar pelan. Kadang tepat, kadang salah. Namun entah kenapa hitunganku kebanyakan meleset.
Saldo habis tanpa perlawanan sengit.
Aku berpindah ke room roulette lain.
Deposit Rp200.000 via QRIS telah berhasil
Lagi. Aku mencoba lagi. Kini hasilnya sedikit berbeda, aku banyak tepat sasaran. Tapi bet nya kecil, menangnya juga kecil.
Kali ini bet naik drastis. Aku memasang lima puluh ribu pada beberapa angka.
Sayangnya kurang tepat. Aku kalah lagi. Saldo habis lagi.
"Di rekening masih banyak..." batinku.
Aku beralih ke slot lagi. Kali ini dari game yang berbeda. Harapannya algoritma bisa membaca gerik mainku.
Deposit Rp500.000 via QRIS telah berhasil
Namun tak berjalan lama, hanya lima menit saldonya lenyap.
"Kayaknya bet gue terlalu gede..." batinku.
Aku beralih ke game lain.
Deposit lagi. Kalah lagi.
Pindah game lagi. Deposit lagi.
Kalah lagi.
Deposit menjadi refleks. Pindah game terasa seperti strategi.
Kemudian aku beralih ke game andalanku, Dragon Ways. Deposit kali ini harus lebih besar agar peluang menang juga besar.
Deposit Rp1.200.000 via QRIS telah berhasil
Aku memasang bet besar. Ku tekan tombol spin perlahan. Saldo naik turun tanpa arah, namun cenderung turun.
Sepuluh menit berlalu tanpa sepengatahuan Hendra dan temannya.
Dan saat yang paling ditunggu tiba.
SCATTER 10X Spin Gratis
Mata ku berbinar, hatiku berdebar.
"Nah, bet dua puluh ribu nih... pasti menang gede." batinku bersorak.
Putaran demi putaran berlangsung cepat.
Kamu menang Rp230.287 di SCATTER 10X
"Bajingan..." batinku.
"...masak isinya cuma segitu? Bet gede loh ini?.."
Mulutku tidak bersuara. Namun batinku berteriak dari dalam. Hanya aku yang mendengarnya.
Sesekali Hendra menatap dan tersenyum.
Aku juga mengalihkan dengan menanyakan sesuatu, juga dengan senyuman.
Aku masih bermain.
Diam-diam.
Bukan lagi dengan gegabah seperti dulu. Tidak terburu-buru. Tidak panik.
Aku menyebutnya lebih "dewasa".
Padahal cuma lebih licik.
Dan saldo habis lagi. Aku pun membuka rekening.
"Lah... tinggal empat jutaan.."
Artinya, hasil menang ku malam itu lenyap. Hanya menyisakan sisa gaji terakhir ku.
Aku menatapnya lama.
"Aman lah.." gumamku.
"Ini gak boleh disentuh."
Dan untuk sekali ini… aku benar-benar berhenti.
Bukan karena sadar. Tapi karena takut.
Aku duduk diam cukup lama.
Rasa panas di dada belum hilang, tapi tanganku menolak menyentuh saldo itu.
Lalu pikiranku mencari jalan lain.
Jalan yang lebih aman. Atau setidaknya terasa begitu.
Aku membuka WhatsApp.
Mencari nama lain.. bukan Hendra apalagi Yudha.
Teman lain. Yang jarang nongkrong. Yang tidak tau polaku.
Yang seratus ribunya tidak akan terasa seperti dosa besar.
"Bro, ada seratus gak?" tanyaku membuka chat.
"Buat nutup bentar, nanti gue ganti."
Kata-kata itu sudah terlalu familiar.
Padahal aku masih punya uang. Banyak.
Tapi rasanya berbeda.
Uang sendiri terasa terlalu nyata untuk dikorbankan.
Uang orang lain… terasa seperti peluang.
Ya, kesempatan ku masih banyak.
Tak menunggu waktu lama sampai dia membalas chat ku. Dan sesuai dugaan, dia punya.
Deposit Rp100.000 via QRIS telah berhasil
Kali ini berbeda. Kalau kalah tinggal bayar pake sisa gajiku tadi. Kalau menang bisa ku bayar dari hasil Jackpot.
Dadaku langsung terasa ringan.
Bukan karena nominalnya kecil. Tapi karena risikonya terasa berpindah tangan.
Aku kembali ke permainan.
Roulette kali ini terasa ramah.
Aku masuk ke room roulette sebentar. Mengamati angka atau nomor yang keluar. Tapi aku merasa kurang yakin.
Kemudian jariku menggeser layar dan beralih ke slot.
Slot seperti membuka pintu. Aku merasa yakin.
Tatanan simbolnya seakan memberi kode bahwa inilah waktunya.
Putaran demi putaran berjalan halus.
Tidak rakus. Tidak brutal.
Dan entah bagaimana, saldo itu naik.
Dua juta.
Menang Super Luar Biasa Rp2.376.900
Aku bangkit berdiri. Beranjak dari tempatku duduk dan menghampiri Hendra.
Temannya mengamati. Hendra nampak bingung.
Wajahku memang terlihat seperti menahan senyum.
"Nih bro... masih gacor," ucapku sambil menunjukan layar ponsel.
"Widih..."
"Loh, lanjut beneran toh,"
"Buset mas, beneran itu?"
Aku mengangguk. Tenang. Seolah ini hal biasa.
Mereka tersenyum. Hendra tertawa heran. Aku juga begitu.
Di dalam dadaku, ada rasa puas yang aneh.
Bukan puas karena uang.
Tapi karena pengakuan.
Karena sekali lagi aku terlihat benar. Terlihat jago. Terlihat menang.
Padahal kenyataannya… empat juta semalam sudah habis.
Seratus ribu bukan milikku.
Dan yang ku pegang sekarang hanyalah sisa dari kesalahan yang lebih besar.
Tapi malam itu, aku tidak menghitung rugi.
Yang penting malam ini ramai. Dan aku berhasil meninggalkan jejak di hati kedua teman Hendra.
"Pada mau main nggak? Nih gue bagi seratus per orang.." aku menawarkan sembari membuka mobile banking.
Hendra tertawa setuju. Dia kemudian masuk ke situs dan langsung menyodorkan QRIS.
Salah satu teman Hendra juga begitu. Tapi satunya menolak.
Tidak masalah, itu hak nya. Lagipula mungkin dia bukan pemain berat, dan masih takut.
Beda seperti diriku yang sudah paham algoritma.
Tak lupa aku membayar hutangku tadi.
Sekarang aku bebas dari hutang lagi.
Puas.
Aku menang lagi.
Walau kecil, cuma dua juta. Tapi angka itu cukup untuk menutup mata dari kenyataan.
Lagipula hidupku masih aman, syaratnya hanya kontrol nafsu.
Aku pun beranjak pamit pulang. Meninggalkan mereka yang sedang bermain.
Di perjalanan, aku mampir ke ATM untuk menukar tunai.
Dua juta aku amankan ke bentuk tunai. Ini cukup. Masih bisa beli rokok enak, makan, dan lain-lain.
Di rekening juga masih ada empat jutaan. Sah-sah saja jika aku ingin mencoba kecil lagi.
Meski hari ini bukan hari yang produktif lagi, aku tetap bangga.
Besok aku akan bangun pagi, kemudian lanjut mencari kerja. Tak lupa aku mampir ke tempat fotocopy untuk print berkas.
Di tengah jalan, aku mulai berandai kecil. Memikirkan strategi main yang aman. Banyak rencana terpikirkan.
"Main seminggu sekali, deponya seratus.."
"..atau sehari sekali tapi depo lima puluh.."
Setidaknya, aku belum benar-benar melakukannya. Hanya sekedar rencana atau strategi kecil dari otakku.
Sepulangnya di kos, aku langsung berbaring dan tidur.
Aku tertidur bukan karena lelah. Tapi karena tidak ingin menghitung lagi.