NovelToon NovelToon
Pembalasan Dendam Sangkara

Pembalasan Dendam Sangkara

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: apriana inut

Sangkara, seorang pemuda yang menjadi TKI di sebuah negara. Harus menelan pil pahit ketika pulang kembali ke tanah air. Semua anggota keluarganya telah tiada. Di mulai dari abah, emak dan adek perempuannya, semuanya meninggal dengan sebab yang sampai saat ini belum Sangkara ketahu.

Sakit, sedih, sudah jelas itu yang dirasakan oleh Sangkara. Dia selalu menyalahkan dirinya yang tidak pulang tepat waktu. Malah pergi ke negara lain, hanya untuk mengupgrade diri.

"Kara, jangan salahkan dirimu terus? Hmm, sebenarnya ada yang tahu penyebab kematian keluarga kamu. Cuma, selalu di tutupin dan di bungkam oleh seseroang!"

"Siapa? Kasih tahu aku! Aku akan menuntut balas atas semuanya!" seru Sangkara dengan mata mengkilat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apriana inut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

Indra masih ingat jelas siapa Intan. Gadis yang dulu mencoba dan memaksa mendekatinya. Walau sudah di tolak beberapa kali pun, tetap saja memaksa. Bahkan gadis itu tidak segan-segan menyakiti kekasihnya. Dan gadis itu pula yang menjadi pelopor atau pencetus Rara di bully atau di rundung oleh teman-teman sekolahnya.

“Ndra, kamu kenal dengan mbak ini?”

Indra melirik sinis, “hanya sekedar kenal. Gak terlalu akrab. Seingat aku dia satu sekolah dengan cewek aku dulu. Heeem, dia juga bukan siswi yang baik. Sering merundung siswa lain!” jawab Indra blak-blakan. Bahkan jawaban Indra di dengar jelas oleh Intan yang masih berada di atas ranjang puskesmas.

“Ndra, itu masa lalu! Maakan aku, tapi sekarang aku sudah berubah. Tolong aku, Ndra. Aku takut! Aku di culik sama orang yang gak di kenal. Aku di gantung di pohon itu, aku takuuut…!!!”

Indra menarik napas panjang. Dia harus professional sebagai seorang aparat negara. Dia pun kembali mendekati Intan. “Baik, bu Intan. Kami butuh penjelasan serta keterangan dari anda. Saya harap anda bisa menyampaikan semuanya secara terperinci!” ucap Indra dengan mengeluarkan buku untuk mencatat informasi yang di berikan oleh Intan.

Merasa Indra yang tidak welcome kepadanya, Intan pun bersikap sopan dan formal. Dia tidak mau di cap lagi sebagai cewek nakal. Dia pun menceritakan semuanya yang dia alami. Berawal dari pulang kerja hingga tiba-tiba di culik dan di bius oleh seseorang. Lalu ketika sadar dirinya terikat di atas pohon. Belum lagi dirinya mendengar suara tembakan yang berada sangat dekat dengan dirinya.

“Bagaimana ciri-ciri orang yang menculik anda? Apakah anda sempat melihat wajahnya?” tanya Indra.

“Heemm, samar-samar, pak. Dia laki-laki, kayaknya tampan. Soalnya saya sempat menarik masker yang dia pakai!”

“Ciri-ciri spesifiknya apakah ada? Soalnya jika hanya laki-laki dan tampan, banyak laki-laki tampan.”

Kepala Intan menggeleng, “hanya itu yang saya tahu. Yang lainnya saya gak ingat.”

“Hanya itu saja? Apakah pelakunya bicara sesuatu kepada anda?”

Intan terdiam sejenak, dia berusaha untuk mengingat apa yang terjadi padanya. “Ada pak! Dia bilang ‘Ini belum seberapa. Dan kamu akan merasakan lebih dari ini. Siap-siap saja!’ Ya, pak. Itu katanya kepada saya. Itu termasuk ancaman kan pak? Tolong saya, pak. Saya sangat takut!”

Indra menatap rekan-rekannya. Dia menganggukkan kepalanya ketika rekannya berniat ingin mengambil alih dalam mewawancari Intan. Indra memberikan bukunya dan mundur ke belakang. Selagi rekannya menggantikan perannya, dia pun berencana untuk mencari informasi dengan menanyakan warga sekitar.

Namun, tidak banyak yang dia dapat dari warga mengenai Intan. Malah yang dia dapat permasalahan lain yang terjadi di desa itu. Dia mendapat anduan berupa hewan ternak yang mati mendadak, sawah yang rusak dan juga penemuan manekin yang menyerupai mayat.

Dahi Indra mengernyit, dia merasa yang terjadi pada desa itu adalah ulah seseorang yang juga merupakan warga desa itu sendiri. Indra tiba-tiba terdiam, dia teringat dengan Sangkara. Kakak dari kekasihnya yang telah tiada.

‘Apa mungkin ini ulah mas Kara? Aku harus cari tahu!’ batin Indra.

Mata Indra menatap liar sekeliling puskesmas. Namun, dia tidak menemukan keberadaan Sangkara. Membuatnya semakin yakin, jika kekacauan yang terjadi pada desa itu adalah ulah Sangkara.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sangakara dan dokter kembali jalan bersama setelah membeli makan. Mereka langsung akrab seperti dua saudara yang sudah lama tidak bertemu. Baik Sangkara maupun dokter muda yang bernama Adit itu tampak nyaman dan tampak saling terbuka satu sama lain. Mereka mengobrol banyak, bukan hanya tentang masalah yang baru saja terjadi. Melainkan segala hal yang sedikit bersifat pribadi.

“Jadi, setelah ini kamu mau mancing?”

Kepal Sangkara mengangguk, “menghabiskan waktu luang, dok! Kalau dokter mau ikutan, boleh kok!”

“Mau, tapi sayangnya saya harus berkerja. Bagaimana kalau saya nyusul saja nanti sore? Kamu sampai jam berapa mancingnya?”

“Heeemmm… Sepertinya sampai malam, dok!”

“Malam? Tidak takut?”

Bahu Sangkara mengedik, “apa yang saya takutkan? Hantu? Kayaknya hantu terpesona deh dengan kegantengan saya!” balas Sangkara dengan nada bercanda.

“Percaya saya!” timpal dokter Adit.

Tanpa terasa dua laki-laki yang terpaut usia beberapa tahun telah kembali tiba di puskesmas. Mereka yang mengira puskesmas telah sepi, malah tambah ramai. Bahkan aparat kepolisian semakin bertambah banyak. Mereka tidak hanya mengurus masalah wanita yang di temukan di bukit, tetapi juga kasus-kasus lain yang diaduin oleh warga desa.

“Makin rame ya dok! Kalau gitu saya pulang duluan ya dok? Pusing liat rame kayak gini! Kayak orang mau demo aja!” pamit Sangkara. “Oh ya, dok! Kalau mau nyusul, silakan nyusul. Lokasi saya mancing tidak akan pindah-pindah!”

“Oke, Kara! Kamu hati-hati!”

Sangkara menganggukkan kepala serta melambaikan tangannya berjalan menjauh dari puskesmas. Dia berjalan dengan hati senang. Kekecauan dan keheboan di desanya membuat dirinya sangat-sangat senang. Ini belum seberapa, ini hanya kekecauan saja. Belum menjurus kearah pribadi.

“Thank you, bro. Malam ini target selanjutnya adalah kepala desa. Buat dia ketakutan setengah mati! Jika perlu sampai dia tidak bisa tidur nyenyak!” ucap Sangkara pada seseorang yang tengah dia hubungi.

Setelah mendapatkan sahutan dari orang itu. Sangkara menyimpan ponselnya dan menghapus riwayat panggilan.

“Saatnya mancing!” seru Sangkara dengan semangat.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Malam yang dingin setelah hujan turun deras. Suasana desa tampak sunyi dan mencengkam. Seseorang yang berpakain putih, keluar dari salah satu rumah. Dia mengendap-endap berjalan menuju rumah kepada desa.

Tok… Tok… Tok…

Jendela kamar kepala desa di ketuk dari luar.

“Pak Yadi, tolong saya pak? Anak dan suami saya di bunuh orang! Tolong saya pak!!!” lirih orang yang mengetuk pintuk jendela tersebut.

Kepala desa yang tertidur nyenyak, dibangunkan oleh sang istri. Tubuhnya diguncang hebat, membuatnya harus terbangun.

“Ada apa, bu?”

“Pak, itu pak! Ada yang mengetuk jendela kita!” tunjuk istri kepala desa kearah jendela.

“Mana? Gak ada kok! Ibu salah dengar!”

“Gak, pak! Ibu beneran dengar!”

Tok… Tok… Tok…

“Pak Kades, pak Yadi! Tolong, pak! Tolong saya! Saya tidak tenang! Saya rindu anak saya pak? Kara mana pak? Kenapa dia tidak pulang-pulang.”

“Hei! Kamu siapa? Jangan nakut-nakuti saya!” seru pak kades.

“Saya Lilis, pak. Istrinya Dadang. Pak, mengapa kematian saya di tutupin. Siapa yang sudah bunuh saya, pak? Tolong tangkap, pak…”

“Gak mungkin! Kamu pasti orang kan? Kamu sengaja nakuti saya kan?”

Pak kades  yang tidak percaya dengan apa yang dia dengar, memberanikan diri membuka jendela. Dia berharap jika yang berada d luar jendela kamarnya itu adalah warga. Namun, ketika jendela terbuka, pintu kamar pak kades juga terbuka. Dari dua sisi itu dia melihat seseorang berpakaian putih lusuh dengan wajah yang rusak.

“Pak Yadi… Tolong… Sakiiiit…!”

Aaaaaaaarrrkkhhhh…

1
Nurhartiningsih
waduh...jangan2 dokter Adit bagian dari mrk..
Pelita: Hmm, mungkin kali ya kak...? Tunggu aja bab berikutnya...

Hmm... Mungkin kali ya kak? Jawabannya tunggu di bab selanjutnya...😁
total 1 replies
Taufik Ukiseno
Karya yang keren.
Semangat untuk authornya... 💪💪
Taufik Ukiseno
😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!