Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pada akhirnya harus pergi
Leon tidak menyangka David mendekati Anna di belakangnya. Tangannya terkepal erat, ingin sekali menonjok muka sahabatnya itu.
"Benarkah kau yang mengirimnya?" Anna bertanya lagi karena Leon tidak menjawab.
Terpaksa Leon mengangguk agar Anna tidak banyak bertanya padanya.
"Terima kasih."
Tunggu dulu, 'Kak David', panggilan itu semakin membuat Leon geram. Ia dan David juga seumuran, tapi kenapa Anna memanggil namanya dengan lantang dan tidak sopan?
"Sudah berapa kali David datang ke sana?" Leon tetap santai dan pandai menyembunyikan kekesalannya.
"Beberapa kali dalam seminggu ini. Ternyata dia cukup baik, meski dulu tidak pernah menyapaku."
"Kau senang?" Anna tidak sadar wajah kesal Leon.
"Hem... Tentu saja. Siapa yang tidak senang orang perhatian dengan kita?"
Keesokan harinya, Leon pergi ke lokasi bazar saat jam makan siang. Dia ingin melihat apakah David memang benar-benar datang ke sana. Dan benar saja, David ada di sana sedang duduk makan siang bersama Anna.
"Sepertinya perusahaanmu akan segera bangkrut Pak David." Leon menarik kursi di samping Anna. Meja tempat mereka makan cukup kecil, sebuah meja bundar yang hanya dapat menampung beberapa barang. Anna terkejut atas kedatangannya.
"Kenapa kau kemari?" tanya Anna.
"Memangnya kenapa. Tidak boleh? Aku suamimu, sepertinya tidak heran kalau aku datang ke sini. Bukan seperti seseorang yang bukan siapa-siapa." Hari ini Leon tidak terkendali. Ia begitu menggebu-gebu, ingin membuktikan pada David bahwa tidak semudah itu mengambil Anna darinya.
David tersenyum cerah meski mendapat sindiran keras itu. "Apakah aku yang kau maksud?" David terkekeh. "Sepertinya kau salah tanggap. Aku adalah salah satu penyumbang dana dalam acara ini. Tentu saja aku harus memantau untuk memastikan uang yang kusumbang diperlakukan dengan baik."
Leon kena skakmat oleh David. "Leon, siapa pun bisa datang kemari, asalkan tidak mengganggu acara dan tentu dapat memberikan sumbangan." Anna menengahi perang dingin kedua pria tampan itu.
David tersenyum puas melihat Leon. "Sebentar, aku harus memeriksa ke sana." Anna pergi.
"Kau terlalu terburu-buru David. Aku tidak suka caramu." serang Leon begitu Anna meninggalkan mereka.
"Aku rasa ini cara yang benar. Aku hanya ingin Anna merasakan keberadaanku dan menganggap aku peduli padanya. Dan ketika kau akhirnya membuangnya, dia akan datang dengan sendirinya ke pelukanku."
Leon menghentak meja, "Tidak bisa begitu. Selama Anna masih menjadi istriku, siapa pun tidak boleh mendekatinya."
"Kenapa? Kau menyukainya?" balas David.
"Kau bercanda? Itu tidak akan pernah terjadi. Aku hanya tidak ingin media melihat dan menimbulkan gosip murahan yang akan berdampak pada perusahaan." jawab Leon tegas.
David menyandarkan punggungnya di kursi, "Tenang saja man, aku pastikan tidak ada media yang berani menyiarkan gosip murahan itu. Biarkan saja aku dan Anna, selebihnya serahkan padaku."
Leon tidak berdaya melawan David. Meski Anna istrinya, dia tidak memiliki alasan menahan Anna di sisinya. Anna hanyalah pengganti sementara, setelah itu pergi.
Setelah acara hari ini selesai, Anna pulang bersama Leon. Ini pertama kalinya Anna satu mobil dengan Leon. "Hubunganmu dengan David cukup dekat?" Leon membuka suara sambil mengendalikan setir mobil.
"Tidak terlalu. Dia memang ramah dan baik dan aku menghargai kebaikannya."
"Setahuku David tidak ramah dengan siapa pun. Ini pertama kalinya aku melihatnya akrab dengan wanita." ucap Leon.
"Begitu ya, tapi sepertinya tidak begitu."
"Anna, dengarkan baik-baik. Aku tidak peduli kau dekat dengan laki-laki mana pun. Tapi selama kau menyandang nama keluargaku, kau tidak akan menerima laki-laki lain. Mengerti?" tegas Leon.
Kening Anna mengerut, "Aku tahu hal itu. Tapi kenapa mengatakan hal itu? Aku tidak dekat dengan laki-laki lain?"
"Hanya mengingatkan saja agar kau tidak lupa." Leon sedikit tenang karena telah berhasil mendoktrin Anna. Dengan begitu gadis itu akan menjaga jarak dari David.
"Oh ya, bagaimana dengan Kak Laura? Sudah ketemu?" tanya Anna. Gadis itu sudah tidak sabar pergi dari keluarga ini. Terlalu banyak aturan yang harus dia turuti, membuatnya tidak leluasa. Biasanya dalam beberapa bulan ia akan pergi ke luar daerah atau bahkan luar negara yang mengalami kelaparan massal untuk mengabdikan diri.
"Kalau sudah ketemu, mana mungkin kau masih bersamaku." Leon menjawab dengan dingin.
Anna kecewa, "Apakah tidak bisa dipercepat pencariannya? Aku lelah memerankan drama ini." gerutu Anna.
Leon tiba-tiba menepikan mobil. "Kenapa berhenti?"
Pria itu menatapnya dengan tajam, "Kenapa kau begitu ingin cerai dariku?" suaranya terdengar berat.
"Pertanyaanmu aneh. Memangnya siapa yang betah menjalani hubungan palsu ini?"
"Apa susahnya menjalaninya? Harusnya kau senang menjadi nyonya di rumahku. Apapun yang kau minta akan dituruti, tidak seperti keluargamu yang tidak pernah menganggapmu."
Wajah Anna berkerut, "Kenapa tiba-tiba membahas itu? Ya, aku memang tidak dianggap di rumah itu, tapi menjalani kehidupan bersama orang seperti kalian membuatku tersiksa." Mata Anna mulai berkaca-kaca.
"Kenapa?"
Leon menatap Anna intens, mengapa gadis itu tersiksa bersama mereka. Bukankah akhir-akhir ini dia sudah bersikap baik padanya? Diana dan Baron juga tidak membatasi interaksi dengannya. Anna bahkan sudah seperti putri di rumahnya.
"Kau tanya kenapa? Meskipun kalian baik padaku, pada akhirnya aku akan meninggalkan kalian. Rasanya lebih sakit ketika aku nyaman bersama kalian tapi harus pergi ketika Kak Laura kembali. Lebih baik aku tinggal di rumah ayahku, meski tidak pernah dihargai."
Air mata gadis itu membasahi pipinya. Anna takut rasa nyamannya akan menyiksanya di kemudian hari. Lebih baik diakhiri secepatnya sebelum ia terbiasa dengan kebaikan keluarga Winston.
"Jadi kumohon, carilah Kak Laura secepatnya." pintanya sambil berurai air mata.
Leon diam seribu bahasa, kini ia mengerti perasaan Anna. Untuk apa Anna menjalani pernikahan ini kalau ujungnya ia akan digantikan.
Setelah perbincangan mereka terakhir kali keduanya tidak pernah bertemu lagi. Anna sibuk seperti biasa mengurus bazar sementara Leon pergi entah kemana.
Hari ini adalah puncak acara tersebut, dimana orang-orang penting yang ikut berkontribusi akan hadir di sana, begitu juga beberapa media akan diundang untuk menyorot acara tersebut.
Anna menyapa investor yang duduk di stan yang disediakan khusus untuk mereka. David juga ada di sana. "Nona Winston, apakah Pak Leon tidak hadir mendukung Anda hari ini?" tanya seorang wartawan laki-laki yang kebetulan cukup akrab dengan para investor.
"Leon sedang sibuk dengan perusahaan, mana ada waktu untuk menghadiri acara kecil seperti ini." Anna tahu wartawan itu menginginkan jawaban kontroversi untuk dijadikan berita panas di media.
"Bukankah Anda adalah istrinya. Harusnya dia yang menemanimu, bukan sahabatnya, Pak David." pria itu melontarkan pertanyaan menyudutkan membuat Anna gerah.
"Apakah kau tidak punya telinga? Dia sudah bilang aku sedang sibuk." sebuah suara memecah perbincangan itu. Seorang pria berambut klimis muncul di sana dengan gagah.
Pria itu merangkul Anna, "Tapi sesibuk apapun, aku tetap meluangkan waktu untuk acara istriku."
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️