Setelah di selingkuhi oleh sang suami, Jeselyn Angelina bersumpah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga mantan suaminya. Namun malam naas terjadi dimana ia di perkosa oleh mantan kakak iparnya yang sudah memiliki istri, membuatnya hamil di luar nikah.
Apakah Jesi mau menjadi orang ketiga di antara hubungan mantan kakak ipar dan istrinya?
Atau Jesi harus berjuang membesarkan anaknya sendiri? Ikuti dan dukung kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MASA MASA NGIDAM
Di sebuah rumah sakit terbesar di kota tempat tinggal Jesi. Nampak Jesi sedang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan. Kondisinya benar benar drop, hingga ia harus di pasang infus dan oksigen.
Ceklek...
Pintu ruangan terbuka,
" Bagaimana kondisi Jesi bu?" Tanya Andra yang baru datang bersama Raya. Ia menatap Jesi yang sedang tidur. Mungkin efek obat yang ia minum tadi membuatnya mengantuk.
Pak Vandi dan bu Laras saling melempar pandangan tanpa menjawab pertanyaan Andra. Mereka takut karena ada Raya di sini. Mereka khawatir Raya akan menyalahkan Jesi atau malah menyakiti Jesi.
" Tidak apa bu, Raya sudah tahu semuanya." Ujar Andra seolah tahu kegelisahan mereka. Mereka pun bisa bernafas lega.
" Kondisinya tidak baik nak Andra. Kata dokter Jesi kurang asupan gizi, kandungannya juga lemah. Mungkin karena Jesi banyak pikiran atau memang bawaan bayi seperti ini, ibu tidak tahu. Yang jelas Jesi harus bedrest total selama beberapa hari di sini mengingat mualnya yang tidak kunjung hilang." Jelas bu Laras.
" Sekali lagi maafkan saya, karena saya kondisi Jesi jadi seperti ini." Ucap Andra merasa bersalah.
" Tidak apa apa nak, semua sudah terjadi. Tinggal bagaimana kita menjaga Jesi nanti. Ayo silahkan duduk!" Ucap pak Vandi.
" Terima kasih."
Bu Laras dan pak Vandi duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Sedangkan Andra dan Raya masih berdiri di samping ranjang menatap wajah Jesi yang nampak begitu pucat.
" Lihat lah!" Andra menunjuk Jesi. " Karena perbuatanku, gadis seceria Jesi terbaring tak berdaya dengan wajah pucat pasi seperti ini. Aku semakin merasa bersalah dengannya." Imbuh Andra.
" Aku sudah memberikan ijin padamu untuk menikahinya, lalu kamu mau apa lagi dariku?" Sahut Raya cuek.
" Aku hanya ingin kamu tahu kalau aku menikahi Jesi hanya untuk bertanggung jawab kepadanya. Bukan karena aku mau berpaling darimu. Jesi juga tidak ada niat untuk merebutku darimu. Jadi kamu jangan khawatir!" Ujar Andra.
" Aku harap kamu bisa menepati janjimu." Ucap Raya.
Raya dan Andra menghampiri kedua orang tua Jesi di sofa.
" Bapak, ibu, sekali lagi maafkan saya. Karena saya, Jesi harus mengalami kondisi semacam ini." Ucap Andra.
" Mau gimana lagi nak Andra, semuanya sudah terjadi. Bapak juga tidak bisa menghilangkan bayi itu." Sahut pak Vandi. " Ba.. Bagaimana dengan... " Pak Vandi menghentikan ucapannya, ia melirik Raya.
" Saya sudah memberitahu Raya, dan Raya mengijinkan saya menikahi Jesi." Sahut Andra.
" Benarkah itu nak Raya?" Tanya bu Laras menatap Raya.
" Iya." Sahut Raya singkat.
" Alhamdulillah, dengan begini kami bisa tenang. Kami tidak harus menanggung malu dan hinaan dari para tetangga karena Jesi hamil di luar nikah. Meskipun pastinya hal ini tetap akan menjadi bahan omongan, setidaknya Jesi ada suami." Ujar pak Vandi.
" Aku mengijinkan Andra menikah dengan Jesi, tapi aku tidak mengijinkan Andra membawanya pulang ke rumah kami." Ucap Raya.
" Tidak apa nak Raya, biarkan Jesi tinggal di sini bersama kami supaya kami bisa merawatnya selama kehamilannya." Ujar bu Laras.
" Itu terserah kalian, buat Jesi mengerti kalau dia hanya istri kedua. Dia tidak berhak menuntut apapun dari Andra, baik itu uangnya atau pun waktunya. Karena meskipun Andra menikahi Jesi, dia tetap milikku seorang." Kedua orang tua Jesi nampak bingung. " Tapi tenang saja, kalau masalah uang bulanan, pasti akan aku kasih. Aku tidak akan membiarkan Jesi dan calon bayinya kelaparan." Imbuh Raya dengan sombongnya.
Pak Vandi dan bu Laras kembali saking melempar pandang. Hal ini membuat Andra tidak enak hati.
" Ah maafkan omongan Raya, pak, bu. Dia tidak bermaksud menyinggung kalian. Dia hanya sedang kesal karena terkejut dengan masalah ini." Ujar Andra tak enak hati.
" Oh begitu, ya sudah tidak apa apa. Kami bisa memakluminya." Sahut pak Vandi.
" Engh!!" Jesi membuka matanya. Pak Vandi dan yang lainnya segera mendekatinya.
" Kamu sudah bangun nak? Apa kamu butuh sesuatu?" Tanya bu Laras.
Laras menatap Andra dan Raya. Ada kegelisahan dalam hatinya. Ia takut Raya membencinya.
" Mbak.. Mbak Raya. Aku minta maaf!" Ucap Jesi.
" Aku tahu kamu juga korban di sini. Andra akan bertanggung jawab padamu, tapi aku harap kamu tidak akan menuntut apa apa darinya. Jangan memanfaatkan kondisi ini untuk merebutnya dariku." Ucap Raya.
Jesi menatap Andra, Andra menganggukkan kepala.
" Iya mbak, terima kasih." Ucap Jesi. Ia tidak mau berdebat dengan seseorang yang ia hormati selama ini.
" Kamu mau minum?" Tawar bu Laras.
" Iya bu." Sahut Jesi.
Jesi merubah posisinya, ia duduk bersandar pada tumpukan bantal di bantu oleh ibunya. Sebenarnya Andra ingin sekali membantunya, namun ia harus jaga sikap di depan Raya.
" Minumlah sayang!" Bu Laras membantu Jesi minum air putih menggunakan sedotan. Begitu air itu masuk ke dalam perut Jesi, tiba tiba Jesi kembali mual.
" Huek... " Jesi membekap mulutnya sendiri. Bu Laras langsung mengambil ember kecil untuk Jesi muntah.
" Biar aku saja bu." Tanpa sadar Andra merebut ember tersebut. Tidak pantas bagi seorang ibu untuk melayani anaknya. Andra merasa ini menjadi tanggung jawabnya.
Huek... Huek...
Tanpa berpikir panjang, Jesi memuntahkan isi perutnya pada ember yang di pegang Andra.
" Apa selalu begini kalau di isi makanan atau minuman?"
Jesi menganggukkan kepalanya. Tangan kanan Andra memegang ember sedangkan tangan kirinya memijat tengkuk Jesi.
" Hah, ya Tuhan." Jesi menghela nafasnya pelan. Ia mengusap mulutnya menggunakan tisu.
Raya bergidik ngeri melihat penderitaan Jesi. " Inilah sebabnya aku nggak mau hamil dulu. Selain nanti badanku melar, aku juga akan tersiksa dengan yang namanya masa masa ngidam seperti ini. Hah beruntung aku selalu mengkonsumsi pil penunda kehamilan. Kalau tidak, bisa bisa aku mati tersiksa seperti Jesi." Batin Raya.
" Huek."
Jesi kembali mengalami mual. Ia membekap mulutnya menahan mual di dalam perutnya. Melihat itu, Andra merasa iba. Tanpa sadar tangannya terulur mengelus perut Jesi.
" Anak papa sayang, tolong jangan sulitkan mama kamu ya."
Jesi dan yang lain tercengang melihat sikap Andra. Andra tidak tahu jika tindakannya sedang di amati oleh yang lain.
" Jangan nakal ya sayang! Kasihan mama kamu, mama kamu tidak bisa makan apa apa kalau kamu nakal begini. Papa ada di sini, jadi jangan nakal lagi ya. Jadi anak yang patuh sama papa dan mama. Kalau mama muntah seperti ini terus, gimana kamu sama mama bisa sehat hmm? Jadi, jangan nakal lagi. Jaga mama kamu, kamu anak yang kuat."
Raya terbakar api cemburu, ia langsung mendekati Andra dan..
Plak...
" Jauhkan tanganmu." Tepis Raya.
Andra tersadar dari perbuatannya, " Ah maafkan aku! Aku tidak bisa mengendalikan diriku melihat Jesi menderita begini." Ucap Andra. Ia menatap Jesi, " Mas minta maaf dek, karena mas kamu jadi seperti ini." Ucap Andra tulus.
" Tidak apa mas, bukan kah kata dokter hal ini wajar di alami wanita hamil muda sepertiku? Mas tidak perlu khawatir atau pun merasa bersalah seperti ini. Aku baik baik saja mas." Ujar Jesi.
" Sekarang aku sudah tidak mual lagi." Imbuhnya membuat semuanya terkejut.
" Mualmu hilang hanya karena di sentuh oleh Andra, Jesi?" Tanya Raya menatap Jesi.
" Tidak tahu mbak, tapi setelah di sentuh mas Andra mualnya mendadak hilang." Sahut Jesi sedikit takut membuat Raya cemburu.
" Mungkin ini karena anak dalam kandungan kalian mendengarkan nasehat ayahnya. Inilah yang di namakan ikatan batin. Seorang anak bisa tahu apa yang sedang di bicarakan maupun yang di alami orang tuanya." Ujar pak Vandi.
Raya mendadak menjadi kesal, " Ayo mas kita pulang!" Raya langsung keluar begitu saja.
" Maaf nak Andra, sepertinya kami salah bicara." Ucap pak Vandi.
" Tidak apa pak, saya akan membujuknya." Sahut Andra. " Saya permisi dulu, maafkan sikap Raya ya pak, bu." Ucap Andra.
" Seharusnya kami yang minta maaf karena tanpa sengaja kami tidak menjaga perasaan Raya." Ujar bu Laras.
" Tidak apa bu, saya permisi."
Andra segera menyusul Raya, tiba tiba ponsel di dalam sakunya berdering.
" Arvan." Andra segera mengangkat panggilan dari asistennya.
" Halo, bagaimana?" Tanya Andra.
" Saya sudah mengumpulkan bukti buktinya bos."
" Tunggu aku menikah dengan Jesi dulu. Setelah itu aku sendiri yang akan membuka kedoknya. Kamu persiapkan saja pernikahan untuk kami berdua untuk satu minggu lagi." Titah Andra.
" Siap bos." Sambungan telepon terputus. Andra tersenyum smirk. " Maafkan aku adikku, kalau aku harus menghancurkanmu."
TBC...
💪💪❤️❤️
*munafik
saat novel suami selingkuh kau laknat habis habis tapi saat novel istri selingkuh kau bela dan kau benarkan
ini lah dari dulu aku bilang semua orang bisa berkarya saat wanita baik2 berkarya mereka akan buat novel suami atau istri selingkuh dan mereka akan melaknat perselingkuhan itu
saat wanita murahan tukang selingkuh buat novel mereka akan membuat novel perselingkuhan dan mereka akan membela perselingkuhan itu
dan saat wanita munafik dan murahan tukang selingkuh buat novel, saat mereka buat novel suami selingkuh dia akan laknat tapi saat mereka buat novel istri selingkuh dia akan bela dan benarkan dan jelas cerminan diri nya sendiri
jadi jelaskan author dari novel mu kau termasuk yang mana
aku bukan jijik baca novel mu tapi aku jijik dengan pola pikir munafik mu dalam membuat novel