TERKURUNG OBSESI SANG DOSEN
Bab 1 : Dia kembali
•••
Kehidupan Sanaya Sastra berubah seratus delapan puluh derajat.
Awalnya, ia hanya berniat menolong sahabatnya, Calla, dari cengkeraman seorang dosen muda yang terobsesi padanya.
Namun, niat baik itu justru berbalik menghancurkan dirinya sendiri.
Kini, dosen itu, Ilham Adinata mengejar Sanaya alias Naya tanpa henti. Bahkan sampai memaksa pernikahan yang tak pernah ia inginkan… hingga meninggalkan benih di rahimnya.
Namun, sekarang ia bisa bernafas lega. Sebab, Ilham sudah berada di penjara. Dan semua karna bantuan Calla dan Kaif.
Naya kini sedang berdiri di depan cermin, memandang perutnya yang mulai membuncit. Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung.
“Aku bahkan gak pernah menginginkan semua ini…” bisiknya lirih.
Lalu, ia mengelus perut tersebut yang usianya mungkin sekitaran masih 3 bulan kurang lebih. Dengan penuh kasih sayang ia mengelusnya perlahan.
"Tenang, sayang... Ini bukan salah kamu, bagaimana pun kamu tetap anak ibu." lirihnya sembari menyeka airmata.
Tak ingin berlama-lama berdiam diri di dalam rumah kos kecilnya, Naya segera memakai jilbab pashmina jumbonya dan mengambil tas selempang dan mengenakannya. Meski, dalam keadaan hamil ia tetap memaksakan untuk kuliah. Bagaimana pun pendidikan nya harus tetap berjalan.
Bukan di kampus yang lama, melainkan ia sudah pindah ke kampus yang baru atas rekomendasi Calla dan suami sahabatnya itu, Kaif.
•••
Semenjak Calla melahirkan dan cuti kuliah. Maya menjalani rutinitas ke kampus hanya sendirian. Sebagi orang yang introvert, ia termasuk tidak banyak memiliki teman. Mungkin hanya sebagian kecil yang ia kenal jelas.
Ibunya berada di Desa bersama dengan kedua adiknya yang masih kecil. Hanya ia seorang yang merantau dan kuliah di Ibukota Jakarta ini.
Naya kembali menulis apa yang diterangkan oleh Dosen didalam kelas. Bahkan, sesekali ia sempat mengacungkan jari telunjuknya untuk bertanya suatu hal.
Tekad Naya saat ini hanya satu.
'Sukses dan membahagiakan orang-orang yang ia sayangi. Termasuk, ibu dan adiknya yang masih kecil di desa'
Jam kampus pun berakhir. Naya kini sedang berdiri di tepi pagar balkon kampus di lantai dua sedang menikmati roti isi kacang Hijau dan sekotak susu segar.
"Semoga kamu kenyang ya, sayang..." lirih Maya berbicara pada perutnya.
Ia menatap matahari sore yang begitu cerah menyinari kulit wajahnya.
"Ibu berharap semoga orang itu tidak kembali lagi. Semoga dia dipenjara lebih lama, kalau bisa selamanya saja." lirih Naya.
Ya Allah, kabulkan doaku yang ini.
Hingga sebuah panggilan telepon membiarkan lamunan Naya. Sebuah panggilan dari nomor asing.
"Halo, assalamualaikum." ucap Naya.
" Wa'alaikumsalam."
Suara itu begitu santai dan tegas. Mata Naya sontak terbuka lebar.
"Apa kabar istriku? I'm back, Sanaya Sastra." suara barintone, datar dan dingin terdengar jelas.
Ponsel Maya langsung terjatuh di lantai.
Suara itu!
Suara itu!
Ia kenal suara itu.
Suara dingin dan berat.
Suara dari seorang pria yang tidak ingin ia temui lagi.
Ilham Adinata.
Dosen gila itu telah kembali.
"Enggak, nggak! Pasti aku salah dengar. Itu gak mungkin dia, 'kan?!" Naya jadi panik sendiri, ia merasa kepalanya jadi sakit sebelah.
Flashback pov
Naya sedang asik meminum kopi di hadapannya didalam sebuah kantin. Didepannya ada seorang gadis seusianya yaitu Calla, sahabat dekatnya.
Meski, masih berusia 20 tahun. Tetapi, Calla sudah menikah. Kini, ia sedang curhat mengenai pertengkarannya dengan sang suami, Kaif.
"Kesel deh! Kenapa sih dia cuek banget sama aku?! Awas aja nanti aku bakalan cuekin balik."omel Calla terus mengomel dengan memakan hamburger di tangannya dengan lahap.
Naya terkekeh mendengarnya.
Tiba-tiba seorang pria dengan dengan kacamata yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Ilham Adinata, dosen muda, tampan, berkharisma dan tentunya tubuhnya tinggi. Dosen idola di kampus tersebut.
Pria tersebut tepat duduk di sebelah Calla.
"Boleh saya gabung?" tanyanya berusaha formal, namun langsung duduk saja sebelum mendapatkan persetujuan dari Calla dan Naya.
Memang saat ini situasi didalam kantin begitu padat dan sesak sekali. Hanya sedikit kursi yang tersisa.
Calla merasa risih dengan apa yang dilakukan oleh Dosen tersebut. Jarak duduk mereka begitu dekat sekali, bahkan Naya yang melihat hal itu juga tidak suka.
Beberapa bulan berlalu...
"Dosen itu bener-bener sakit jiwa, Nay.Dia sampai bilang suka sama aku!" curhat Calla.
"Trus, gimana? Apa tanggapan Kaif?" tanya Naya yang juga shock mendengar hal itu. Mereka sedang berjalan melewati koridor kampus. Kebetulan Calla kini sedang hamil.
Tiba-tiba, Maya mendapatkan sebuah panggilan telepon di ponselnya. "Sebentar ya, Ibu aku nelpon." ujar Maya mulai mengangkat telepon.
Belum sampai 5 menit ia menelpon, ia menoleh ke samping. Calla menghilang.
Gadis itu tidak ada di sebelahnya.
"Kemana Calla?" tanya Naya mulai panik.
"Calla!" panggil Naya, mengira jika sahabatnya itu sedang mengerjai dirinya.
Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Calla di sekitaran koridor kampus yang baru dilewati beberapa mahasiswi saja.
"Permisi, kalian ada lihat Calla nggak?" tanya Naya pada teman sekelasnya.
"Gak ada tuh." jawab mereka.
Naya makin panik, pikirannya jadi negatif.
Ia mencoba menghubungi nomor ponsel Calla. Tapi, tidak aktif.
'Ya Allah, Calla kamu kemana sih? Kok tiba-tiba aja menghilang.' Pikir Naya.
Di dalam kelas, Naya juga begitu gelisah sekali. Ia sudah tidak fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang Dosen. Ia pikir mungkin saja Calla akan kembali ke kelas. Namun, tidak.
"Bu!" Naya mulai mengangkat tangan.
"Ada apa Naya?" tanya sang Dosen wanita paruh baya tersebut.
"Bu, saya ijin pulang ya. Kepala saya pusing banget, Bu." bohong Naya.
"Kamu sakit, Naya? Baiklah, kamu boleh pulang." ujar sang Dosen.
"Makasih, Bu." balas Naya langsung merapikan buku dan alat tulisnya kedalam tas ransel miliknya.
"Tumben kamu gak enak badan, Nay? Biasanya kalau sakit juga pasti dipaksain, 'kan?" heran seorang teman sekelas yang duduk di depan Naya.
Naya berusaha memasang wajah lesunya, "tau nih, hari ini aku kayak aneh aja." elak Naya lagi.
•••
Naya keluar dari kelas dengan menentang tas ransel kecilnya, berjalan melewati koridor kelas yang masih sibuk dengan aktifitas kelas. Bukannya, pulang. Naya malah pergi menuju ruang Dosen.
Pikirannya hanya satu.
Mungkin saja jika Calla diculik oleh Ilham. Mengingat sifat dan kelakuan Dosen tersebut yang begitu nekat dan aneh.
Ruang Dosen
Ia hanya menatap papan nama tersebut yang terpampang di depan pintu masuk ruang Dosen. Bukannya masuk, ia memilih untuk mengintip dari arah jendela dengan sedikit berjinjit karna jendela yang lumayan tinggi.
Ia mencari sosok Ilham.
Jika Ilham tidak ada disini, berarti Calla diculik pria itu.
Ketemu.
Namun, Naya tidak menyangka jika Dosen idola tersebut sedang menatap dirinya tajam di balik kacamata tersebut.
Deg!
Naya langsung bersembunyi dibawah jendela. Bisa-bisanya ia bertemu pandang dengan dosen gila itu.
Dosen gila, panggilan dari Calla untuk Dosen itu. Kini, Naya juga ikut-ikutan.
'Dia lihat aku, nggak ya?' batin Naya yang kini mulai gelisah.
Tanpa basa-basi, ia langsung pergi. Meninggalkan ruangan Dosen tersebut dengan jantung yang terus berpacu dengan cepatnya.
Baru beberapa belas meter ia melangkah, sebuah suara memanggil dirinya.
"Sanaya!"
Naya kenal dengan suara itu.
"Pura-pura nggak denger, Naya. Pura-pura nggak dengar aja..." gumam Naya berjalan dengan cepat sembari mengangkat sedikit rok hitam panjangnya.
Naya langsung pergi menuju parkiran motor. Seketika ia berhenti, ia lupa jika sepeda motornya ada di rumah Calla. Dan ia berangkat dengan Calla tadi pagi diantar oleh supir pribadi Calla.
'kok aku bisa lupa sih?!' Naya merutuki kepikunan nya.
"Mau kemana, Sanaya?" tanya Ilham menahan tas ransel milik Naya.
Naya langsung berbalik ke belakang.
Kaget!
Bisa-bisanya Ilham berdiri di belakangnya.
Kapan pria itu mengejarnya hingga kesini?
'Bersikap normal, Naya.' batin Naya berusaha untuk tetap tenang.
"Saya mau pulang, Pak. Ada apa ya, Pak?" tanya Naya pura-pura tidak tau apapun.
"Dari tadi saya panggilan kamu, kenapa kamu gak noleh?"
Naya nyengir, "oh ya, maaf Pak. Saya gak denger, saya mau pulang, kepala saya mendadak sakit."
Wajah pria itu nampak datar, namun tatapannya begitu tajam sekali. Naya sedikit takut menatapnya.
'Serem, bisa-bisanya Calla di obsesiin sama Dosen gila kayak gini.' batin Naya membuang muka.
"Apa yang kamu pikirkan, Naya?" tanya Ilham begitu datar menatap Naya angkuh dari balik kacamata miliknya. Pria tersebut kini malah duduk diatas salah satu motor matic di area parkiran motor tersebut.
"Gak ada apa-apa kok, Pak." jawab Naya begitu canggung.
"...kalau gitu saya mau pulang du—"
"Kamu nyari Calla, 'kan?"
Kata yang keluar dari mulut Ilham langsung membuat Naya menoleh ke arah pria tersebut. Ilham tersenyum miring sembari membetulkan kacamatanya yang sedikit melorot di hidung mancungnya.
Wajah Naya sontak terkejut sekali.
"Jadi Pak Ilham yang nyulik, Calla?" tanya Naya.
Ilham seketika langsung berdiri, tubuhnya yang besar sepenuhnya menutupi tubuh Naya yang kecil.
"Lantas kau mau apa anak kecil?" Ilham mencondongkan tubuhnya menatap lekat wajah Naya yang kini nampak panik.
••• TO BE CONTINUE •••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Annisa Henna
ikhlas download novel toon demi Na-iL 🤭🤣
2025-09-22
1