Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
akhirnya resmi
Kejahilan Yura yang tanpa henti ternyata membuat waktu berjalan cepat tanpa terasa. Soojin dan Eunhee kini sudah selesai bersiap—gaun putih Soojin jatuh anggun hingga menyentuh lantai, sementara riasan wajahnya membuatnya tampak seperti seorang dewi yang turun dari kayangan. Eunhee berdiri di sisinya, masih menggenggam tangan kiri Soojin, memastikan sahabatnya tidak gemetar.
“KK, aku tetap di sini ya,” ujar Yura tiba-tiba, menggandeng tangan kanan Soojin dengan senyum cerah.
“Nanti keluarnya bareng kakak ipar sama kak Eunhee. Biar kelihatan kompak.”
Soojin menoleh, sempat terkejut, lalu tersenyum kecil meski ada gugup di matanya. “Hm… kamu ini ada-ada aja.”
“Jangan bikin rusuh.” Jaewon yang sejak tadi berdiri di dekat pintu akhirnya bersuara, suaranya dalam dan tegas. Ia memberi tatapan singkat ke arah Yura sebelum berbalik dan berlalu pergi, meninggalkan aroma cologne maskulin yang samar.
Eunhee mendesah pelan. “Ya ampun, kok makin deg-degan sih lihat dia jalan pergi gitu aja…” gumamnya dalam hati, tapi buru-buru ia tepis perasaan itu. Hari ini bukan tentang dia. Ini hari Soojin.
Aula pernikahan sudah dipenuhi tamu undangan. Musik lembut dari alunan biola dan piano mengisi ruangan yang berhias bunga lili putih dan mawar merah muda. Lampu gantung kristal berkilauan, menambah kemewahan suasana. Saat pintu besar aula terbuka, semua kepala menoleh.
“Waaah…” bisik beberapa tamu.
“Cantik sekali pengantinnya.”
“Aku nggak nyangka Hyunwoo akhirnya menikah, dan lihatlah siapa istrinya…”
Soojin melangkah perlahan diapit oleh Eunhee dan Yura. Degup jantungnya kencang, seolah setiap langkah mendekat ke altar adalah langkah menuju dunia baru yang asing.
“Baru semalam aku bertemu dengannya… dan sekarang, aku berdiri di sini, mengenakan gaun pengantin.”
“Apa aku terlalu gegabah? Apa aku akan menyesal?”
Keraguan menari dalam hatinya, membuat langkahnya sempat goyah. Namun ketika matanya menatap lurus ke depan ke arah Hyunwoo yang berdiri tegap dengan setelan jas hitamnya, menunggu di altar dengan wajah tenang keraguan itu perlahan reda.
Hyunwoo menatapnya, bukan dengan senyum lebar, tapi dengan sorot mata yang tenang dan pasti. Sorot mata itu seperti mengatakan: “Aku di sini. Aku akan menanggung ini bersamamu.”
Soojin menghirup napas panjang, lalu tersenyum samar. “Baiklah… aku akan mencoba. Aku akan jalani pernikahan ini, meski kilat, meski penuh misteri.”
Upacara berlangsung khidmat. Pendeta berdiri di antara keduanya, memulai rangkaian janji suci.
“Apakah Kang Hyunwoo bersedia menerima Han Soojin sebagai istri sah, dalam suka dan duka, sehat dan sakit, hingga maut memisahkan?”
Hyunwoo menatap Soojin, lalu menjawab tegas, “Ya, saya bersedia.”
Giliran Soojin. “Apakah Han Soojin bersedia menerima Kang Hyunwoo sebagai suami sah, dalam suka dan duka, sehat dan sakit, hingga maut memisahkan?”
Soojin sempat terdiam sepersekian detik. Tangannya yang digenggam Hyunwoo terasa hangat, menyalurkan keyakinan aneh yang membuat bibirnya akhirnya bergetar, mengucapkan, “Ya, saya bersedia.”
“Dengan ini, kalian remi sebagai suami dan istri.”
Tepuk tangan meriah memenuhi aula. Beberapa tamu bersorak pelan, sebagian mengabadikan momen dengan ponsel mereka.
Eunhee meneteskan air mata haru, sementara Yura berseru lantang, “Hidup kakak ipar! Hidupkkk!!” membuat tamu di barisan belakang tertawa kecil.
Hyunwoo dan Soojin saling menundukkan kepala, lalu bertukar cincin pernikahan.
Namun tepat ketika suasana penuh kebahagiaan itu mengalun, pintu aula kembali terbuka. Suara langkah sepatu hak tinggi bergema di lantai marmer, membuat sebagian tamu menoleh dengan rasa penasaran.
Sosok seorang wanita melangkah masuk—gaun hitam elegan membalut tubuhnya, rambut panjangnya bergelombang jatuh di bahu, wajahnya pucat namun cantik dengan senyum tipis yang misterius.
Beberapa tamu berbisik terkejut.
“Bukankah itu…?”
“Tidak mungkin… kabarnya dia sudah meninggal di luar negeri, bertahun-tahun lalu…”
Soojin menoleh spontan, bingung. Eunhee ikut terdiam, matanya membelalak. Yura bahkan sampai ternganga.
Hyunwoo yang berdiri di altar, baru saja menggenggam tangan Soojin, mendadak kaku. Sorot matanya berubah dingin, wajahnya tegang.
Wanita itu tersenyum tipis, melangkah mantap ke arah altar sambil menatap lurus ke Hyunwoo.
“Sudah lama sekali, Hyunwoo-ssi…” ucapnya dengan suara lembut, namun mengandung sesuatu yang membuat udara di aula mendadak mencekam.
Bersambung........
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣