NovelToon NovelToon
She Is Mine

She Is Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / CEO
Popularitas:981
Nilai: 5
Nama Author: ArumSF

Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.

Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.

Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.

“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana

“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel

Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?

Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?

Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingin bertemu Kak Ana

“Kak Arfan tidak bekerja?, mengapa kakak ada di sini?” tanya Anira yang seakan mengalihkan topik.

Arfan mendekat, ia duduk dengan posisi berjongkok dan menatap ke arah Anira yang sedang duduk di kursi. Tatapan Arfan terlihat khawatir, sebagai orang yang paling dekat dengan Anira selain Exsel dan kakeknya, Arfanlah orang yang dekat dengan Anira.

“Jangan mencoba untuk mengalihkan topik Anira. Aku sedang bertanya, jadi kamu seharusnya menjawab pertanyaan aku ini!” tekan Arfan sedikit tegas.

Arfan kini memasang ekspresi serius karena ia merasa khawatir. Selama ini belum pernah Arfan melihat Anira terlihat sedih, kecuali saat kematian kakeknya. Jadi wajar bila Arfan merasa khawatir.

“Kak ..., Kakak bisa janjikan nggak akan kasih tahu tentang apa yang akan kita bahas saat ini. Anira tidak mau jika sampai kak Exsel tahu tentang apa yang akan kita bahas saat ini.” Tatapan Anira kini tak kalah serius saat menatap Arfan, hingga mau tak mau Arfan langsung menjawab dengan anggukan cepat.

“Anira kangen ..., Anira kangen banget sama Kak Ana, bisakah Kakak membuat janji dengan Kak Ana, Anira ingin bertemu dengan kak Ana,” pinta Anira yang terlihat memohon.

Suara helaan nafas keluar dari bibir Arfan, bukan Arfan tak ingin mempertemukan Anira dengan Berliana. Hanya saja, Exsel seakan tidak suka jika Anira sampai bertemu dengan Berliana.

Entahlah..., Arfan tidak mengetahui alasanya dengan jelas.

“Anira, Kakak sudah menganggap kamu seperti adik Kakak sendiri. Kakak juga benar-benar sayang sama kamu. Hanya saja, Kakak benar-benar tidak bisa mempertemukan kamu dengan Berliana. Maaf,” sesal Arfan yang tidak bisa membantu Anira lebih.

Arfan hendak pergi karena tidak sanggup untuk terus melihat wajah memelas Anira yang tidak bisa ia tolak. Tapi begitu hendak melangkah, Anira sudah lebih dulu berada dihadapannya.

Menghadang dirinya agar tidak bisa pergi sebelum menyetujui permintaan dari Anira.

“Anira, tolong jangan keras kepala seperti ini. Kakak hanya ingin kamu mengerti dan paham dengan posisi Kakak saat ini.”

“Kakak mohon Anira...,” lirih Arfan. Rasanya Arfan frustasi. Ia bingung antara harus mengikuti keinginan Anira atau kukuh pada perintah Exsel.

“Kalau memang begitu, Anira akan benar-benar mengurung diri dan nggak mau makan. Dan ini adalah salah Kakak yang tidak mau mewujudkan keinginan Anira.” Setelahnya, Anira langsung menutup buku yang sedang ia pegang dan membawanya ke kamarnya tanpa mematikan televisi yang sedang menayangkan berita tentang Berliana.

Melihat itu, Arfan hanya bisa menghela nafas berat.

“Kenapa harus melarang Anira agar tidak bertemu seseorang yang sangat ingin Anda temui, bukankah Anda juga mencintainya?” tanya Arfan yang seolah bertanya langsung pada Exsel. Arfan tahu jika ia tidak berani bertanya langsung pada Exsel yang rautnya langsung berubah begitu mendengar nama Berliana.

...*****...

Di tempat Berliana.

Berliana yang kini sedang berada di lokasi syuting itu, ia terlihat fokus membaca naskah dan dialog yang harus ia perankan nanti. Meskipun sadar jika kini Sinta sedang mondar-mandir seakan khawatir akan sesuatu hal, tapi wajah fokus Berliana seolah menegaskan jika dirinya tidak peduli. Lebih tepatnya, Berliana tidak terlalu memikirkan masalahnya saat ini.

“Sialan!,” maki Sinta sambil melihat ponselnya.

Sinta yang sedang berusaha menghubungi kekasihnya itu, ia mendadak kesal karena lelaki itu justru terus mematikan panggilannya.

Entah sudah berapa puluh kali Sinta berusaha menelepon kekasihnya, tapi nyatanya lelaki yang menjadi kekasihnya itu seakan tidak ingin bertemu dengannya.

Mendengar suara kesal dari Sinta, Berliana menghela nafas panjang. Ia meletakan naskah yang dipegangnya di atas meja lalu menatap Sinta yang masih mondar-mandir.

“Jangan terlalu memikirkan laki-laki seperti dia,” kata Berliana yang langsung membuat langkah Sinta terhenti.

Berbalik dan menatap Berliana dengan pandangan tidak mengertinya. Sinta langsung mendekat ke arah Berliana yang juga menatapnya.

“Maksud kamu apa?” tanya Sinta tidak paham.

“Aku tidak suka dengan lelaki itu,” kata Berliana singkat.

Sinta yang mendengar itu langsung menoleh ke kanan dan kiri. Jika ada yang mendengar ucapan Berliana mungkin akan membuat orang lain salah paham dan berfikir yang tidak-tidak. Itu akan semakin mempersulit masalah mereka saat ini.

“Kamu ini, biasakan ngomong itu yang jelas!. Jangan membuat kata-kata ambigu yang justru akan membuat orang lain salahpaham. Tidak bisakah kamu berbicara dengan benar?” Dengan sedikit mengomel, Sinta menatap Berliana sedikit tajam. Jangan sampai masalah ini terus berlarut-larut. Sinta berharap agar masalah ini segera selesai.

Jika Berliana orang yang berbicara banyak dan terbuka mungkin ia akan langsung mengatakan pada Sinta jika kekasihnya itu adalah lelaki yang Brengsek. Berliana sudah menganggap Sinta seperti saudaranya sendiri, walau acuh tapi sebenarnya Berliana sangat peduli pada Sinta.

“Tidak. Memang seperti inilah aku,” kata Berliana seakan mengatakan jika dirinya terbiasa dengan berkata singkat, hingga Berliana sendiri merasa akan sulit baginya untuk merubah kebiasaannya itu.

“Ya tapi tolong, jangan terlalu acuh akan situasi. Cobalah serius untuk menghadapi masalah ini!” tekan Sinta.

Berliana hanya menghela nafas panjang, ia lalu menatap Sinta dengan pandangan acuhnya seperti biasa.

“Sekalipun aku serius menghadapi masalah ini. Justru orang itu akan merasa senang karena berhasil membuat aku terpancing.” Berliana seakan tahu jika ada dalang dibalik semua ini. Hingga Sinta yang mendengarnya langsung menatap dengan tatapan penasaran.

“Siapa?, kamu tahu siapa orang itu?” tanya Sinta penasaran.

“Entahlah, aku tidak tahu pasti. Tapi jika benar dia orang yang sama, aku tidak akan pernah diam saja jika sampai dia menyakiti orang-orang yang sangat aku sayangi.” Kini wajah Berliana terlihat serius dan sungguh-sungguh.

Untuk sejenak Sinta sedikit tertegun dengan ekspresi Berliana yang terlihat sungguh-sungguh. Biasanya wajah itu selalu menampilkan ekspresi datar dan tidak peduli. Tapi untuk pertama kalinya Sinta melihat wajah serius dan sungguh-sungguh dari Berliana.

...*****...

Arfan yang kini memasuki ruangan Exsel. Ia beberapa kali terlihat menghela nafas. Sesekali Arfan akan mengusap wajahnya karena merasa sedikit frustasi.

“Kenapa?” tanya Exsel yang ternyata sadar dengan raut wajah frustasi Arfan.

“Tidak apa-apa,” jawab Arfan langsung.

Exsel yang mendengar itu hanya memilih untuk fokus pada aktivitas saat ini. Ia dengan fokus membaca dokumen yang harus ia tandatangani.

“Em....” Arfan hendak bertanya, tapi ia kembali kehilangan kata-kata saat melihat ekspresi serius Exsel.

Akhirnya Arfan memilih untuk mengerjakan tugasnya dan menunggu Exsel menyelesaikan pekerjaannya. Begitu selesai, Arfan dengan ragu-ragu menatap Exsel.

Seperti yang telah diduga, wajah Exsel selalu dingin dan membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa terintimidasi dengan tatapannya.

“Apakah ..., anda telah melihat berita tentang Nona Berliana?”

Sudah Arfan duga, jika kini wajah dihadapannya langsung berubah seketika itu juga.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!