DIRIKU Bukan IBU Tiri Yang Kejam

"Dia... dia sudah memisahkan makanan untuk ku" Zevan bergumam pelan tak percaya dengan ucapan Sherina yang di dengar nya saat ini.

FLASHBACK ON.

"Apa yang kau lakukan? kau jangan memakan makanan ku" teriak marah Sherina karna Alina dengan diam-diam memakan makanan yang telah dia simpan untuk diri nya sendiri.

"Aku lapar.. " Alina yang tak tau apa-apa hanya bisa mengatakan hal itu saja.

Bruukk, Sherina mendorong tubuh kurus Alina dengan kasar, tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Aaargh... Kakak... sakit hiks.. hiks.. " Alina menangis terisak kesakitan.

"Apa yang kau lakukan wanita kejam?? mengapa kau menyakiti Adik ku?" Zevan berteriak marah tak terima pada perlakuan Sherina terhadap Alina.

"Mau apa kau? kau berani padaku" sherina berkacak pinggang menantang Zevan.

"Aku tak takut padamu wanita kejam" Zevan menantang balik Sherina.

Sreet..

Plak

Plak

Pipi kanan kiri Zevan di tampar oleh Sherina berulang kali, hingga cap lima jari tercetak dengan jelas di pipi tirus Zevan.

"Jangan pernah melawan ku, jangan pernah mengganggu makanan ku.. karna aku tak sudi berbagi makanan dengan kalian" sherina memperingati Zevan dan lain nya agar mereka tak berani lagi mengambil makanan nya.

FLASHBACK OFF.

"Apakah benar dia telah berubah?" Zevan mundur beberapa langkah karna tak percaya dengan apa yang di lihat serta dengan yang dia dengar.

Sherina sang ibu tiri yang kejam, bisa berubah hanya dengan satu hari.

"Tidak.. ini tidak mungkin.. aku yakin, dia.. dia pasti sedang berpura-pura baik" Zevan tetap meragukan perubahan Sherina karna menurut Zevan perubahan Sherina sangat mustahil.

………………………………………

Malam pun semakin larut dan Zevan merasakan perut nya semakin lapar, namun gengsinya terlalu tinggi hingga sekuat tenaga Zevan menahan rasa lapar nya.

Alena terus mengingat kakak nya yang belum makan, belum lagi malam. semakin larut,pasti kakak nya kesakitan karna menahan lapar, maka secara diam-diam Alena memberikan makanan itu kepada Zevan.

Alena tau kakak nya begitu keras kepala, maka dari itu Alena berinisiatif membawa kan makanan tersebut untuk kakak nya.

Awal nya Zevan menolak.. namun karna rasa lapar nya sudah tak bisa di abaikan lagi, Zevan pun memakan makanan yang sengaja di pisahkan oleh Sherina.

Tes

Tes

Tes.. tiba-tiba saja air mata Zevan berderai, makanan yang saat ini di kunyah nya serasa sangan begitu sulit untuk di telan.

"Kakak.. ada apa? Alena khawatir pada kakak nya yang tiba-tiba menangis.

"Kakak kalah.. Kakak kalah" hanya dua kata itu yang di ucapkan oleh Zevan.

"Kakak kenapa? apa maksud ucapan Kakak?" Alina tak mengerti dengan ucapan Zevan.

"Kamu benar Alena.. dia telah berubah dan Kakak mengaku kalah" Zevan sebenarnya melihat perubahan Sherina, namun karna hatinya selalu sering di sakiti makanya sangat sulit untuk Zevan percaya pada Sherina.

"Benarkah itu?? benarkah kalau Kakak mengaku kalah? Alena begitu bersemangat mendengar ucapan Zevan.

"Yah kamu benar.. Kakak kalah" Zevan mengakui kesalahan nya.

"Kalau begitu Kakak juga akan memanggil nya dengan sebutan Ibu!!" aneh kan kalau Zevan masih memanggil Sherina wanita jahat, begitu lah pikir Alena.

"Kamu lihat saja besok Alena" Zevan tak ingin mengatakan nya sekarang.

"Kakak mulai merahasiakan sesuatu padaku" Alena menggembungkan pipinya yang kurus.

"Jangan bertingkah seperti anak kecil" ledek zevan pada Alena, padahal kan Alena memang masih kecil wkwkwk.

……………………………………

"Sistem apa poin ku masih banyak?" Sherina ingin tau jumlah poin nya.

"Banyak Tuan, karna anda melakukan beberapa misi rahasia" Sistem menjawab cepat pertanyaan Sherina.

"Seberapa banyak? apakah bisa di uangkan?" Sherina tak mempunyai uang di dunia novel ini, dan Sherina dalam novel juga tak memilikinya karna dia sering menghambur-hamburkan uang itu, jika saat dia memiliki nya.

"Bisa Tuan.. dan itu akan menjadi banyak, apa Tuan ingin menukar nya menjadi uang sekarang?" tentu saja pertanyaan sistem membuat Sherina bahagia.

"Ya sekarang, sekarang juga" Sherina tak ingin menyia-nyiakan tawaran sistem.

"Senang bisa melayani anda.. dan ini uang anda Tuan" setelah sistem mengatakan itu setumpuk koin emas yang menggunung.

"Waw.... banyak sekali(⸝⸝⸝ᵒ̴̶̷ᴗᵒ̴̶̷ꕤ)" Sherina menatap penuh nafsu pada tumpukan koin emas itu.

"Sistem bisakah uangnya jangan koin emas semua, dan bisa kan semua di simpan di ruang sistem saja?" kalau di simpan dalam kamar nya yang terdapat banyak bolong di mana-mana itu sangat berbahaya.

"Bisa Tuan" setelah terdengar suara itu, semua uang nya hilang dari pandangan Sherina.

"Kerja bagus Sistem.. kalau begitu sekarang aku akan tidur.. besok aku ingin ke pasar aku ingin berbelanja pakaian untuk anak-anak tiriku" Sherina sudah mempunyai banyak rencana di otak kecil nya.

…………………………………………………

Cit.. Cit.. Cit... suara-suara burung yang berkicau di pagi hari terus bersahutan, mereka seakan memanggil Sherina untuk segera bangun dari tidur nya.

"Ibu.. Ibu.. apakah kamu sudah bangun?" terdengar suara kecil Alina yang memanggil Sherina.

"Huuuaaaammm... jam berapa ini??" Sherina nampak masih mengantuk karna semalam dia susah untuk tidur, Sherina belum terbiasa berada di sini, apalagi tempat tidur nya juga begitu keras.

"Ibu... Ibu.. " Alina terus memanggil tanpa henti.

"Iya.. Ibu sudah bangun" Sherina bangun dan menghampiri Alina yang menunggu nya di balik tirai di depan kamar nya.

"Apa Alina mengganggu Ibu?" sebenarnya Alina masih merasa takut pada Sherina.

"Mengganggu karna apa? Alina tidak mengganggu karna Ibu juga memang sudah bangun, jadi.. ada apa Alina memanggil Ibu?" Sherina tak ingin membuat Alina takut.

"Apa Ibu akan memasak? Alina mau menemani Ibu memasak lagi" dengan mata yang penuh binar harapan, Alina mengatakan tujuan nya.

"Uuuhhh... rajin nya anak Ibu.. ini Ibu baru mau masak, kalau begitu Alina ikuti Ibu" Sherina begitu gemas pada tingkah anak tiri bungsu nya itu.

Sherina dan Alina asyik memasak di dapur, di susul Alena Zivan juga Zovan, mereka membagi tugas dengan baik, Zivan mengambil air di aliran sungai, Alina dan Alena membantu membersihkan bahan makanan sementara Zovan membantu menyalakan api.

"I Ibu... bo bolehkan aku ikut bergabung?" Zevan menghampiri Sherina dan berbicara dengan ragu.

"Tentu" Sherina tersenyum manis, akhirnya Zevan kini tak membenci nya lagi.

Melihat senyum manis yang di berikan Sherina padanya, kegelisahan Zevan menghilang seketika.

"Jadi.. apa yang harus ku lakukan?" Zevan bertanya tak seragu tadi, kini Zevan tampak semangat.

"Bantu Ibu mengambil kayu bakar, setelah itu kamu susul Zivan.. kasian dia kalau tidak di bantu" walau bagaimanapun Zivan masih kecil pasti dia kelelahan mengambil air sendirian dengan jarak lumayan jauh.

"Baik Ibu" Zevan mengerjakan tugas nya dengan cepat, setelah selesai mengambil kayu bakar Zevan bergegas menyusul Zivan.

Dengan kekompakan mereka bekerja, acara memasak pun berjalan dengan begitu cepat.

"Selesai... ayo sekarang kita makan, tapi sebelum itu kalian cuci tangan terlebih dahulu" Sherina akan membiasakan agar mereka menjaga kebersihan, harusnya mereka mandi berhubung air sangat sulit di dapatkan, mereka hanya bisa mencuci wajah saja.

Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya👋👋👋