Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11
...Ada seseorang laki-laki sederhana, yang mampu membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya pada dirinya. Akan tetapi dia justru malah mengajarkan diriku titik tertinggi dalam mencintai dirinya....
...Yaitu mengikhlaskan dan merelakan dirinya untuk selama-lamanya....
...Lalu kembali berpikir bahwa Momen Jatuh Cinta paling menyenangkan itu adalah ketika orang tersebut tidak memiliki pasangan ataupun sedang tidak dekat dengan siapa-siapa dan benar-benar sendirian....
...Dan di dalam dirinya benar-benar tak ada siapa pun itu dan itu Murni dalam dirinya....
...──────⊹⊱✫⊰⊹──────...
Rehan tersenyum saat menatap Emily yang antusias menikmati pemandangan yang ada di hadapannya.
"Kakkk sini... " ucap Emily dengan menatap Rehan yang terlihat memperhatikan dirinya.
Rehan pun melangkahkan kakinya mendekati Emily yang masih bermain pasir menatap indahnya pantai yang terbentang.
"Sebahagia ini perasaan ku saat menatap seseorang yang di cintai terlihat antusias seperti ini. Emily, kamu benar-benar bahagia atau kamu hanya terlihat bahagia akan tetapi menyembunyikan luka mu.? " batin Rehan dengan menatap Emily.
Rehan yang melihat Emily sibuk bermain air hanya tersenyum, ia mencari tempat teduh untuk duduk menunggu Emily yang masih terlihat bahagia memainkan air yang terkadang pasang surut menghampiri dirinya. Tak juga lupa terlihat beberapa makanan ringan yang ia pesan beberapa menit yang lalu dan juga kopi yang menjadi favorit Emily.
Emily yang telah puas dengan pemandangan yang ada di hadapannya ia pun melangkahkan kakinya mendekati Rehan yang terlihat fokus pada ponselnya.
Rehan mendongakkan kepalanya menatap Emily yang melangkahkan kakinya mendekati dirinya.
"Sudah.? "tanya Rehan melihat Emily lalu menyodorkan gelas kopi pada Emily yang saat ini ada di sampingnya.
Emily pun meraih gelas yang di berikan oleh Rehan. Ia terlihat. menganggukkan kepalanya dengan senyuman di sudut bibirnya. Lalu menyeruput kopi yang di berikan oleh Rehan.
"Terimakasih banyak kak... " ucap Emily dengan melihat Rehan.
"Untuk.? "tanya Rehan dengan mengerutkan keningnya.
"Sungguh aku benar-benar bahagia semua seakan hilang, aku seakan kembali pada masa-masa bahagia seperti dulu. " ucap Emily dengan wajah yang terlihat lebih bahagia.
"Syukurlah jika kamu merasa seperti itu, karna melihat kamu sebelumnya seakan tak ada semangat untuk lebih maju. Kamu benar-benar seakan seperti tak ada keinginan tuk maju, hati dan perasaan kamu masih sibuk memikirkan suami kamu yang tidak berguna itu. " ucap Rehan dengan wajah yang terlihat santai.
sedangkan Emily yang mendengarkan ucapan Rehan tersenyum, ia tahu dengan maksud ucapan Rehan untuk dirinya. Semua yang di katakan Rehan memang fakta dan benar-benar nyata.
Rehan yang melihat perubahan raut wajah Emily merasa seakan bersalah.
"Emily maaf, sungguh bukan begitu maksud ku. " ucap Rehan dengan wajah yang terlihat merasa bersalah. saat melihat Emily yang terlihat diam.
Emily tersenyum saat melihat Rehan, ia tahu dengan apa yang di maksud oleh Rehan.
"Tak masalah, semua itu memang benar. Aku lah yang terlalu bodoh memikirkan mereka, sedangkan aku sendiri mengabaikan hati dan perasaan ku. " ucap Emily dengan tersenyum melihat Rehan.
"Kamu bertahan karna sibuk berpikir bahwa mereka akan berubah dan akan seperti dulu. Akan tetapi kenyatanya tak sama dengan apa yang kamu bayangkan, kamu hanya menambah lukisan baru, luka yang sama pada tempat yang beda. " ucap Rehan dengan menatap Emily dengan wajah yang terlihat serius.
Emily yang mendengarkan ucapan Rehan hanya terdiam dengan memikirkan apa yang di katakan oleh Rehan. Semua ucapan yang di dengarnya adalah kebenarannya. ia terlalu berpikir bahwa kebahagiaan itu akan ia dapatkan kembali akan tetapi nyatanya kebahagiaan itu hanya angan-angan belaka yang tak akan pernah menjadi nyata.