NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masa Lalu zergan

Setelah sarapan usai, Herman kembali masuk ke ruang baca sambil membawa koran dan segelas teh hangat. Sementara itu, Marlina merapikan gendongan kecil yang sejak tadi ia pakai untuk menggendong Princess. Wajahnya tampak teduh, meski gurat lelah di bawah mata tidak bisa sepenuhnya disembunyikan.

“Juwita,” panggil Marlina lembut.

“Iya, Bu?”

“Temani aku ke taman belakang, ya. Sekalian Princess berjemur. Udara pagi bagus untuknya.”

Sejenak Juwita tercekat. Boneka itu bukan bayi sungguhan, tapi Marlina mengucapkannya dengan keyakinan penuh. Meski hatinya terasa aneh, Juwita menuruti saja. Ia membantu Marlina mendorong stroller kecil menuju halaman belakang.

Begitu pintu kaca terbuka, udara pagi menyapa wajah mereka. Taman rumah itu luas, dengan hamparan rumput hijau yang baru dipangkas. Ada kolam kecil di sisi timur, lengkap dengan ikan koi berwarna oranye dan putih yang berenang tenang. Di beberapa sudut, bunga mawar mulai mekar, harum lembut menebar di udara.

“Cantik sekali tamannya, Bu,” ucap Juwita sambil tersenyum canggung.

Marlina menoleh, mengangguk. “Dulu sebelum semua ini terjadi, aku dan suamiku sering bepergian ke luar negeri. Kami jarang betah di rumah. Tapi sejak kecelakaan itu, dunia kami hanya berputar di sini. Menemani anakku menemani cucu yang sebenarnya sudah tiada.”

Juwita terdiam. Kata-kata itu membuat hatinya mencelos. Ia hanya bisa menunduk, mengikuti Marlina yang perlahan duduk di bangku taman.

Marlina membuka gendongan, lalu mengelus kepala boneka bayi itu penuh kasih sayang. “Nak Juwita, aku ingin kau tahu sesuatu. Mungkin ini akan membuatmu mengerti, kenapa aku dan suamiku seperti menuruti semua delusi anakku.”

Juwita mengangguk pelan, menatap Marlina dengan penuh perhatian.

“Zergan itu pria yang terlalu mencintai. Ia dulu terkenal humoris, suka menolong siapa saja. Tapi pada satu wanita bernama Indira, ia menaruh seluruh hidupnya. Bahkan, kau tahu? Ia pernah mengancam akan bunuh diri jika Indira tak mau menikah dengannya.”

Juwita terkejut, matanya membesar. Ia tidak menyangka Zergan yang dingin itu ternyata dulu punya sisi nekat seperti itu.

Marlina tersenyum getir. “Indira akhirnya menyerah. Mereka menikah. Dan selama pernikahan, anakku benar-benar memanjakannya. Apa pun keinginan Indira, ia turuti. Saat Indira hamil, cintanya makin membuncah. Aku sering melihat bagaimana dia menyiapkan kamar bayi sendiri, menempelkan wallpaper dengan tangannya, membeli baju-baju mungil sambil tersenyum.”

Mata Marlina berkaca. Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan.

“Tapi rupanya Indira punya perjanjian dengan kekasih lamanya. Ia hanya berniat melahirkan anak untuk Zergan, lalu kembali ke pria itu. Dan tepat sebulan setelah Princess lahir Indira pergi.”

Suasana taman hening. Hanya suara burung kecil yang bersahut-sahutan di cabang pohon mangga.

“Anakku kalap. Dia mengejar Indira dengan mobil. Tapi, malang kecelakaan itu merenggut Princess. Bayi kecil itu meninggal, sementara Zergan koma sebulan penuh. Saat ia sadar, dia menolak kenyataan. Dia tidak bisa menerima bahwa anaknya sudah tiada. Kami sudah membawa psikolog, bahkan ustaz dan pendeta untuk mendoakan. Tapi tak ada yang berhasil. Ia hanya mengamuk, menangis, menjerit mencari anaknya.”

Air mata Marlina akhirnya jatuh. Ia memeluk boneka di gendongannya erat-erat. “Jadi kami memesan boneka ini. Satu-satunya cara menenangkan Zergan. Dalam pekerjaannya dia tetap normal, cerdas, kuat. Tapi di sisi keluarga dia masih terjebak masa lalu.”

Juwita tidak sanggup berkata apa-apa. Ia merasakan sesak di dadanya, seperti ikut menanggung beban yang begitu berat. Ia menatap boneka yang seolah tidur damai, dan dalam hati berbisik.

“Tuan luka hatimu dalam sekali. Sampai kapan kau akan hidup dalam bayangan ini?”

Marlina menatap Juwita, suaranya parau. “Nak, kau gadis yang sederhana, tapi hatimu lembut. Itu sebabnya aku izinkan kau ada di rumah ini. Aku berharap mungkin dengan kehadiranmu, lambat laun hatinya bisa sembuh. Tidak untuk melupakan Princess, tapi untuk berdamai dengan kenyataan.”

Juwita menggigit bibirnya, menahan air mata. Ia lalu meraih tangan Marlina, menggenggamnya hangat. “Saya akan berusaha, Bu. Saya janji, saya akan menjaga Princess sebaik-baiknya. Dan kalau bisa, membantu Tuan Zergan menemukan sedikit kebahagiaan lagi.”

Marlina tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Itu saja sudah lebih dari cukup, Nak. Lebih dari cukup.”

Mereka terdiam di taman, hanya ditemani angin sepoi-sepoi dan aroma bunga mawar. Tapi di dalam hati Juwita, timbul tekad baru bahwa mungkin, ia bisa menjadi bagian dari penyembuhan luka Zergan meski ia sendiri belum tahu bagaimana caranya.

Gedung menjulang setinggi puluhan lantai itu berdiri megah di pusat kota. Plakat besar bertuliskan TANUBRATA TOWER terpasang elegan di bagian depan, lambang kejayaan perusahaan keluarga yang kini menjadi salah satu konglomerasi besar di negeri ini. Bisnis mereka mencakup properti, ekspor-impor, hingga teknologi. Semua orang di dunia bisnis mengenal nama Tanubrata Grup.

Pagi itu, mobil hitam mewah berhenti tepat di depan lobi. Dari dalam, Zergan keluar dengan langkah tenang namun berwibawa. Jas hitam yang membungkus tubuh tingginya tampak jatuh rapi, kemeja putih bersih, dasi biru tua sederhana tanpa motif. Aura dingin dan tegas terpancar jelas dari wajahnya yang tampan. Hidung mancung, rahang tegas, dan sorot mata yang seperti menembus siapa pun yang menatapnya.

“Selamat pagi, Tuan Zergan.”

Karyawan di lobi langsung memberi salam penuh hormat. Ada yang menunduk, ada yang buru-buru merapikan jas karena tak mau terlihat berantakan di hadapan CEO muda itu.

Zergan hanya mengangguk tipis, melangkah lurus ke arah lift khusus eksekutif. Sepatu kulitnya berkilau, suaranya mantap beradu dengan lantai marmer. Tak ada satu pun yang berani bercanda. Semua tahu, meski usianya belum menyentuh kepala empat, Zergan sudah memimpin perusahaan sebesar Tanubrata Grup dengan tangan dingin.

Di lantai tertinggi, ruang kerja CEO bak istana modern. Meja besar dari kayu mahoni berdiri anggun di tengah ruangan, di belakangnya jendela kaca raksasa menampilkan panorama kota. Di sisi kanan terdapat rak buku penuh dokumen, sementara sisi kiri menjadi ruang kecil untuk rapat tertutup.

Begitu masuk, sekretarisnya, seorang wanita muda bernama Clara, langsung berdiri menyodorkan map.

“Agenda hari ini, Pak. Pagi ini ada rapat dengan divisi properti mengenai proyek resort di Bali, kemudian makan siang dengan calon investor Jepang. Sore ada kunjungan mendadak dari perwakilan kementerian.”

Zergan menerima map itu tanpa ekspresi. “Hubungkan aku dengan direktur proyek. Aku tidak mau rapat hanya basa-basi. Semua laporan harus detail.”

Clara mengangguk cepat. “Baik, Pak.”

Meski sikapnya dingin, profesionalitas Zergan di kantor tidak terbantahkan. Ia menuntut kesempurnaan, tidak mentoleransi kelalaian sedikit pun. Namun justru itulah yang membuat Tanubrata Grup tetap stabil, bahkan berkembang pesat meski persaingan bisnis semakin keras.

Saat rapat dimulai, semua direktur duduk dengan wajah tegang. Mereka mempresentasikan laporan, grafik, hingga estimasi keuntungan. Zergan mendengarkan dengan serius, sesekali mengetuk pena di meja.

“Angka ini tidak sinkron,” katanya tiba-tiba, menunjuk grafik di layar. “Aku tidak butuh presentasi indah, aku butuh data akurat. Jika proyek ini gagal, bukan hanya investor yang hilang, tapi reputasi perusahaan ikut tercoreng.”

Semua terdiam. Direktur yang bersangkutan langsung berkeringat dingin. Namun setelah memberikan arahan tajam, Zergan menutup rapat dengan singkat.

“Perbaiki dalam dua hari. Jangan ulangi kesalahan ini.”

Begitulah Zergan di dunia bisnis. Tegas, disiplin, tanpa kompromi. Berbeda jauh dengan dirinya di rumah, yang diam-diam masih bergantung pada kehadiran boneka Princess untuk menambal luka kehilangan.

Menjelang siang, Zergan berdiri di balik kaca besar, memandang keramaian kota di bawah. Dari luar, semua orang melihat dirinya sebagai CEO muda yang sukses, lelaki sempurna dengan kekuasaan dan kekayaan. Namun di balik sorot matanya yang dingin, hanya dia yang tahu betapa kosong hatinya sejak kehilangan putri kecilnya.

Telepon di mejanya bergetar. Nama “Juwita” terpampang di layar. Sekilas, bibir Zergan menegang, namun ia cepat-cepat mengangkatnya.

“Ya?” suaranya datar.

“Tuan, Princess sudah makan. Sekarang dia tidur lagi,” suara Juwita terdengar di ujung sana, lembut namun penuh kehati-hatian.

Hening sesaat.

“Baik. Jaga dia terus. Aku akan pulang malam,” jawab Zergan singkat.

Usai menutup telepon, Zergan kembali menatap kota. Di balik keberhasilannya, ia sadar Princess adalah satu-satunya alasan ia masih bisa bertahan hidup sampai hari ini.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!