NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Misi Kedua

Pagi hari di alam Asmaraloka terasa berbeda. Manik asmara yang telah bersinar terang semalam kini memancarkan sinar hangat ke langit. Romeo dan Tina—atau kini, Kamanjaya dan Kamaratih—berdiri di pelataran istana Asmaraloka, ditemani Dewa Brahmana yang membawa mereka menuju gerbang kedua.

"Misi kedua kalian adalah menyatukan dua jiwa yang pernah saling mencinta, namun kini saling membenci," ujar Dewa Brahmana.

"Mereka siapa?" tanya Tina.

"Dua roh penjaga langit barat—Larasati dan Angkasa. Dahulu mereka pasangan yang menjaga keseimbangan kasih di penjuru langit barat. Namun karena pengkhianatan dan kesalahpahaman, mereka memilih berpisah, dan kini kekuatan mereka berubah jadi kebencian yang mengganggu keseimbangan cinta alam dewa."

"Jadi kita harus bikin mereka balikan?" celetuk Romeo penasaran.

Dewa Brahmana hanya tersenyum kecil.

"Kalian harus membuat mereka saling mengerti dan menyembuhkan luka lama. Tapi ingat, luka hati tidak bisa disembuhkan dengan sihir... hanya dengan ketulusan dan pengorbanan."

Gerbang cahaya kedua terbuka. Tina menggenggam jubahnya erat, dan Romeo menyentuh manik asmara di dadanya. Begitu mereka melewati gerbang itu, mereka tiba di sebuah tempat seperti padang luas yang diliputi langit jingga kemerahan. Dua sosok berdiri berlawanan arah di kejauhan: Larasati, berselimut kabut, dan Angkasa, diselimuti angin badai.

Mereka berdua tampak sangat kuat... dan penuh amarah.

"Kalau mereka ngelihat kita musuh, terus gimana?" bisik Tina.

"Gampang," jawab Romeo dengan tenang, "kita bikin mereka denger cerita yang lebih pahit dari kisah mereka."

Tina melirik heran. "Maksudnya?"

Romeo menatapnya dan tersenyum sedikit,

"Kita cerita kisah kita—yang pernah hampir nggak bisa bareng juga."

"Tunggu? Lo tau kalau kita gak bisa bareng lagi?"

Romeo mengangguk sambil tersenyum, "Lo gak bisa lihat masa depan? Kalau bisa sih Lo pasti tau kalau kita itu di pisahin."

Memang Tina tau kalau mereka tidak bersama di dunia nyata setelah mereka lulus SMP.

"Tina! Ayo!"

Dengan langkah mantap, Kamanjaya dan Kamaratih mendekati Larasati dan Angkasa yang berdiri terpisah. Keadaan di sekitar mereka semakin tegang saat dua sosok tersebut memperhatikan kedatangan mereka, seakan-akan bisa merasakan kehadiran dewa-dewi baru ini.

Larasati, seorang wanita yang anggun namun diliputi amarah, menatap dengan tajam. "Kalian datang untuk apa? Untuk mengganggu kami lebih jauh?" suaranya dingin, penuh kebencian.

Angkasa, yang tinggi besar dan berwibawa, menatap dengan tatapan penuh keraguan. "Apa kalian tahu betapa sulitnya membangun kembali sebuah hubungan yang sudah rusak?" suaranya bergetar, namun masih dipenuhi kemarahan.

Tina yang semula cemas, kini bisa merasakan betapa sulitnya menyatukan mereka berdua. Namun, dia tahu, tugas mereka adalah untuk mengembalikan keseimbangan cinta di alam ini.

"Kita datang bukan untuk memaksakan apapun. Kami hanya ingin membantu kalian melihat sesuatu yang mungkin sudah lama terlupakan," kata Tina, berusaha menenangkan mereka.

Romeo melangkah maju, menatap Larasati dan Angkasa dengan penuh ketenangan. "Kalian berdua dulu saling mencintai, tapi sebuah kesalahan membuat kalian terpisah. Tapi cinta sejati tak pernah hilang begitu saja, hanya tertutup oleh kebencian dan kesalahpahaman."

Larasati menatap Romeo dengan mata penuh amarah, namun ada sedikit keraguan di dalamnya. "Cinta sejati? Apakah kalian pikir begitu mudahnya kami melupakan rasa sakit yang sudah mengakar?"

_Kami tidak bermaksud untuk melupakan rasa sakit kalian, Larasati," jawab Romeo dengan lembut. "Kami hanya ingin kalian membuka hati, dan memberi kesempatan pada cinta yang dulu ada.*

Tina, yang sudah cukup memahami situasi, melangkah mendekat dan berbicara kepada Angkasa. "Saya tahu betapa sulitnya melihat orang yang kita cintai berubah menjadi musuh. Tapi kita harus belajar memaafkan, karena cinta yang sejati selalu memberi kesempatan kedua."

Larasati dan Angkasa saling menatap, masih ragu, namun ada perubahan kecil di wajah mereka. Larasati tampak lebih lembut, sementara Angkasa tampak terhimpit oleh perasaan yang terpendam.

"Kalian berdua memang pernah terluka," kata Romeo lagi, "tapi jangan biarkan kebencian itu menghancurkan semuanya. Cinta bisa menyembuhkan, jika kalian memberinya kesempatan."

Tina menambahkan, "Cinta itu bukan hanya tentang kebahagiaan, tapi juga tentang bagaimana kalian bisa tumbuh bersama, bahkan setelah kesalahan dan luka. Kami bukan datang untuk menghakimi, tapi untuk membantu kalian menemukan kembali jalan menuju hati yang saling mengerti."

Ada keheningan sejenak, kemudian Angkasa menunduk. "Aku... aku tak tahu apakah aku bisa kembali mencintainya setelah semua yang terjadi," ujarnya pelan, hampir tak terdengar.

Larasati menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Aku juga... aku masih terluka. Tapi mungkin... mungkin ada sedikit harapan."

Tina dan Romeo saling bertukar pandang, kemudian tersenyum. Mereka tahu misi ini belum selesai, namun ada perubahan besar yang terjadi di antara Larasati dan Angkasa.

Dengan perlahan, kedua roh itu berjalan mendekat satu sama lain, dan untuk pertama kalinya, ada sedikit cahaya yang muncul di mata mereka. Cinta, meskipun terluka, masih bisa hidup.

"Kalian bisa mulai dari sini," kata Romeo kepada Larasati dan Angkasa. "Mulailah dengan memberi kesempatan pada diri kalian sendiri untuk sembuh."

Larasati dan Angkasa saling meraih tangan, perlahan. Tangan mereka seakan saling memberi kekuatan.

Tina menatap mereka dengan lega, "Ini baru permulaan, tapi kalian sudah melangkah lebih dekat."

Dengan langkah perlahan, Larasati dan Angkasa mulai berjalan menuju cahaya yang muncul di tengah padang luas itu, menyatu kembali setelah lama terpisah.

"Misi kedua selesai,” ucap Romeo sambil menatap Tina.

Tina mengangguk pelan. “Tapi ini baru awal. Kita masih punya banyak hal yang harus diselesaikan.”

Romeo tersenyum, “Tenang, kita akan bersama-sama.”

Romeo dan Tina kembali ke istana Asmaraloka melalui portal pemindah tempat yang melingkar indah. Begitu langkah mereka menginjak lantai marmer berukir di dalam istana, cahaya portal itu perlahan menghilang, meninggalkan keheningan yang hanya diisi oleh napas mereka yang tersengal.

Romeo masih termenung, memperhatikan hal-hal kecil yang berubah dalam dirinya… dan dalam diri Tina. Gerak tubuh Tina terasa berbeda, caranya berjalan, caranya menghela napas, bahkan sorot matanya.

Romeo juga menyadari, bayangan mereka di permukaan marmer itu menunjukkan sesuatu yang samar: mereka terlihat lebih dewasa, lebih… megah, seakan ada aura baru yang mengalir di tubuh mereka.

“Tina?” panggil Romeo pelan, mencoba memastikan, mencoba mencari kepastian bahwa mereka masih sama seperti sebelumnya.

Tina mendongak sekilas, wajahnya lelah, sorot matanya dingin, tapi tetap tajam, “Apa? Gue mau tidur di ranjang, jangan ganggu gue.”

Romeo sempat terdiam, tatapan Tina yang tajam itu justru terlihat lucu di matanya. Dia terkekeh kecil, tapi tak berani mengucapkan lebih, takut Tina makin marah.

Tina melangkah cepat menuju ranjang besar mereka, tanpa menoleh lagi. Romeo masih berdiri di tempatnya, memperhatikan gerakan Tina yang semakin dewasa, semakin… memikat. Ada kegelisahan dalam hatinya, tapi ia memilih diam.

Dengan desahan pelan, Romeo akhirnya ikut duduk di sofa di sudut ruangan, masih memandang Tina yang perlahan mulai terlelap, tanpa menyadari bahwa mereka berdua—perlahan tapi pasti—sedang berubah.

Dan di luar sana, Manik Asmara masih menyala samar... menandakan bahwa masih ada misi-misi cinta yang menunggu mereka.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!