Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.
Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.
Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 11.Pusat perhatian.
Begitu bel masuk berbunyi, suasana kelas yang tadinya riuh mulai tenang. Semua mata tertuju pada satu orang yaitu Oliv.
Dengan seragam ukuran L yang pas di tubuhnya dan gaya berjalan yang percaya diri, ia tampak mencolok tanpa berusaha. Langkahnya ringan, tapi setiap gerakannya terasa menimbulkan gelombang kecil di antara para siswa.
Beberapa siswa laki-laki langsung membenarkan posisi duduk mereka, menyikut teman sebelah dan berbisik-bisik sambil sesekali mencuri pandang. Mata mereka berbinar penasaran.
“Eh, dia anak baru ya? Gila, cantik banget…”
“Kayaknya tadi datang naik mobil sport…”
“Bukan cuma cantik, gaya juga.”
Namun, di sisi lain, tatapan siswi-siswi perempuan tak sehangat itu. Ada yang saling melirik dengan ekspresi sinis, ada juga yang berbisik dengan nada iri.
“Dandanan kayak mau ke pemotretan aja, bukan ke sekolah.”
“Liat tuh, semua cowok langsung pada sok perhatian.”
“Pasti nyari perhatian, deh. Biasa, anak baru.”
Di bangku depan Melissa, murid terkenal cantik sempurna dikelas satu. Ia mulai terusik karena sekelas dengan Oliv, ia berusaha untuk tidak terganggu oleh kehadiran Oliv di kelas barunya.
Lalu teman di depan Melissa, mengajaknya berbicara.
"Para laki-laki disini buta!, masa gadis kayak gitu dibilang cantik. Betulkan Mell? "
"Sepertinya dia itu bukan murid baru, tapi siapa ya aku lupa? "
"Apa kamu kenal dengan dia? " Tanya Melissa yang berusaha tenang.
Tapi mereka tidak menjawabnya karena ragu, mereka seakan pernah melihatnya tapi memungkiri kalau gadis itu adalah Oliv yang pernah ia ejek si gendut.
Melissa, yang dikenal sebagai trendsetter kelas, merasa posisinya mulai terancam. Sejak awal, dialah yang selalu jadi pusat perhatian. Tapi kini, aura Oliv seolah menyihir seisi ruangan.
Sementara itu, Oliv tetap santai. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela, tidak terlalu depan, tidak terlalu belakang. Seolah tidak peduli dengan tatapan yang menghujani dirinya dari segala arah. Tapi, di balik sikap tenangnya, ia sadar betul semua mata sedang mengamatinya.
Kelas yang tadinya mulai gaduh karena membicarakan Oliv, mendadak sunyi senyap. Suara langkah kaki yang pelan tapi mantap terdengar dari arah pintu. Owen telah datang.
Dengan rambut sedikit acak, ransel disampirkan di satu bahu, dan ekspresi wajah datar tanpa peduli, Owen melangkah masuk seperti biasa yang penuh aura mengintimidasi.
Murid-murid langsung menunduk atau pura-pura sibuk dengan buku mereka. Tak ada yang berani mengomentari keterlambatannya.
Melissa yang melihat dirinya sekelas dengan Owen, ia tersenyum kegirangan.
Berbeda dengan Oliv, yang tidak merasa senang satu kelas dengan Owen.
Aku harap ia jauh-jauh dariku, jangan duduk dekatku!, pikirnya Evelyn.
Oliv hanya diam dan tidak berani berinteraksi dengan Owen, dia ingin menjauhi masalah dengan Owen.
Lalu tatapan Owen mengarah pada Oliv yang duduk diam, tidak memperhatikan dirinya.
Melissa melihat Owen belum mendapatkan tempat duduk, ia menyuruh temannya yang ada di belakang nya untuk pindah.
Lalu dengan ramah Melissa memanggilnya dengan senyum manis.
"Owen"
Owen pun menoleh ke arah Melissa dengan wajah cueknya.
"Disini masih kosong! " Tawar Melissa.
Owen tidak menggubris Melissa, ia malah terus berjalan ke arah Oliv.Tapi sayangnya semua tempat duduk dekat Oliv sudah ditempati. Seorang murid pria sedang duduk di belakang Oliv, santai sambil memainkan bolpoin. Ia belum sadar siapa yang sedang mendekatinya dari belakang.
Tanpa basa-basi, Owen berhenti tepat di samping kursi itu. Ia menatap tajam si murid dengan ekspresi penuh tekanan.
“Bangun,” ucapnya singkat, suaranya rendah namun penuh perintah.
Murid itu langsung mendongak, wajahnya pucat.
“T-tapi aku duluan duduk di sini…” katanya lirih, mencoba bertahan.
Owen mengangkat alis, mendekat lebih dekat hingga jarak wajah mereka hanya sejengkal.
“Terus? ” tanyanya dengan nada dingin yang mengiris."Aku mau duduk di sini, apa kamu menentangnya? "Lanjut Owen dengan tegas.
Melissa yang melihat itu, seakan tidak dipedulikan ia kesal sendiri karena sikap Owen dan memalingkan wajahnya karena kesal.
Akhirnya, si murid itu mengalah dan bangkit tergesa-gesa, memindahkan bukunya dengan gemetar.
Owen duduk santai di kursi belakang Oliv. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun pada gadis itu, tapi sorot matanya sempat melirik sekilas rambut panjang Oliv yang dikepang.
Dengan tatapan seakan kenal dengan Oliv, seperti biasa ia membuat gara-gara dengan Oliv.
Owen menendang kursi Oliv berulang kali. "Bakpao.., Hei.. "
Semua orang terkejut dengan sebutan Owen, karena ia kenal dengan Oliv. Lalu teman depan Melissa yang mengenal sebutan itu, ia juga satu kelas dengan mereka berdua.
"Aku ingat dia Olivia Morgan! "
Mendengar ucapan gadis itu, sontak membuat mereka terkejut. Dan juga Melissa, karena mereka mengenal Oliv si gendut dan tidak menyangka kalau fisiknya bisa berubah seperti itu.
"Maksudmu siswi kelas 1B yang berdiri di atas atap sekolah itu? " Tanya Melissa yang terkejut.
"Benar, pantas saja seperti aku mengenalnya! "
Melissa semakin kesal, karena gadis gendut itu bisa mencuri perhatian orang-orang yang ada disekelilingnya.
Oliv tetap diam, tapi di dalam hatinya, ia berusaha menahan amarahnya karena sikap Owen.
Sabar.., pikir Evelyn.
Lalu karena tidak dihiraukan oleh Oliv,Kesal karena diabaikan, Owen yang duduk di bangku belakang tiba-tiba maju dan tanpa peringatan lalu merangkul leher Oliv dari belakang.
"Bakpao, beraninya kamu tidak memperdulikan aku. Mana pipi tembem mu itu! " Ucap Owen sambil usil dengan mencubit pipi Oliv.
Oliv diam beberapa detik. Tangannya mengepal, tubuhnya menegang karena tindakan seenaknya Owen. Ia tidak berteriak, tidak juga panik. Dengan tenang, Oliv melepas tangan Owen dari lehernya satu per satu dengan perlahan, tapi tegas.
Ia lalu menoleh setengah, menatap Owen dengan tatapan dingin penuh peringatan.
Sikap Owen memperlakukan Oliv seperti itu, membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Mereka bertanya-tanya seberapa dekat mereka, sampai Owen bersikap seperti itu pada Oliv karena Owen dikenal dingin terhadap wanita daripada 3T yang lain.
Oliv menoleh setengah ke arah Owen, pandangan mereka berdua seakan tidak ada jarak yang memisahkan mereka.
Wajah Owen yang cukup dekat dengan wajah Oliv, Oliv yang sudah kesal dengan sikap Owen seperti itu.
Owen pun terkejut, jantung nya berdetak kencang tak beraturan.Bola matanya pun membesar, karena mereka saling menatap membuat Owen melonggarkan pelukannya dan mulai menjauh dari Oliv.
"Lepaskan" Ucap tegas Oliv tanpa berkedip.
Owen lalu melepaskan tangannya dari leher Oliv, dan kembali duduk ke bangkunya dengan perasaan campur aduk.
Interaksi sedekat itu tidak terpikirkan oleh Owen, Oliv lalu menoleh ke bangku Owen.
"Omelet, bisakah kita sekelas dengan tenang!. Dan juga jangan panggil aku bakpao lagi, apa kamu buta?. Tidak lihat aku sekarang seperti apa! "
Owen hanya diam sambil memandang Oliv yang duduk mengarah padanya, mulutnya terasa terkunci dan nafasnya terasa terburu-buru.
Owen yang hanya diam saja, Oliv lalu kembali mengarahkan tubuhnya kembali ke depan.
"Ters..er..ah aku kamu aku panggil apa? " Ucap gugup Owen sambil berteriak.
Owen langsung memalingkan wajah dan menyandarkan kepalanya ke tembok, berpura-pura tidur. Tangannya menyilang di dada, kakinya selonjoran, wajahnya tertutup sedikit oleh rambut yang jatuh ke depan.
Oliv melihat ke arah Owen yang sedang tertidur.
"Dasar omelet!, bikin aku darah tinggi saja" Gerutu Oliv yang kesal.
Beberapa siswa masih memperhatikan diam-diam, menunggu drama berikutnya, tapi Owen tetap berpura-pura tidur. Namun jelas, tubuhnya tidak rileks seperti biasanya,ia sedang menahan sesuatu. Mungkin gugup, atau justru marah karena Oliv tak terlihat gentar.