Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Meganta Group Hospital
pukul 02:00
Arabella atau yang biasa di panggil dr. Bella oleh rekan-rekan sejawatnya hari ini sedang kebagian jaga malam, di instalasi Gawat Darurat.
Dari tadi shif malam nya di mulai, pasien memang berdatangan silih berganti dan tidak berhenti sampai pukul satu pagi.
Saat ini ia sedang berada di kantin rumah sakit, istirahat sejenak setelah melakukan beberapa pemeriksaan pada pasien-pasiennya. Bella memasukkan uang pada mesin minuman yang tersedia di kantin rumah sakit, dia membuka tutupnya lalu segera meminumnya. Akhirnya dahaganya menghilang karena air mineral yang dia minum.
"Bella!"
panggilan seseorang membuat dr. Cantik itu menoleh.
"David?" Loh bukannya kamu tidak ada jadwal malam?!"
Bella bingung mendapati kehadiran kekasihnya yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapannya. Lelaki itu melangkah mendekat kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Bella.
" Gantiin teman yang tiba-tiba izin karena ada urusan mendadak."
Bella mengangguk paham,suasana kembali sunyi mendadak keduanya saling diam menyelami perasaan masing- masing.
" David," Bella membuka suara setelah lama mereka saling diam.
"Maaf." ucapnya kembali.
pria berjas putih itu menoleh,lantas mengernyitkan keningnya" Maaf? Untuk apa?"
"Maaf karena terlambat menyadari semuanya, maaf karena membuatmu menunggu lama."
David masih belum paham maksud dari perkataan Bella,tapi dia coba menjadi pendengar yang baik untuk gadis itu.
" Untuk penawaranmu waktu itu, apa masih berlaku?"
kini pria itu paham maksud dari pembicaraan ini, Bella sedang mencoba membuka hati untuknya, dua tahun berpacaran status mereka memang pasangan kekasih tetapi ada tembok tinggi di antara mereka yang membuat hubungan itu terasa hambar.
"Tentu!"
Ya, David pernah melamar Bella beberapa bulan yang lalu, saat itu Bella tidak memberi jawaban juga tidak menolak. Ia hanya berkata dia butuh waktu dan David siap menunggunya.
Pria bernama David Alexandria Meganta Cucu pemilik rumah sakit tempatnya berkerja itu. Pria yang selalu sabar menanti balasan akan perasaannya yang telah ia simpan lama. Sabagai sahabat Razzan ia tentu tahu perjalanan cinta Bella dan Razzan karena dia termasuk saksi dari kisah cinta mereka berdua masa itu.
Tapi saat itu tak sedikit pun David memilik perasaan terhadap Bella bahkan ia tak pernah memikirkannya sama sekali. Namun saat kejadian itu,saat dimana sebuah kecelakaan merenggut nyawa sahabat baiknya dan menghancurkan hidup seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas dua SMA. Rasa simpati dan prihatin di hatinya membuat timbul rasa ingin melindungi dan seiring berjalannya waktu perasaan itu semakin besar dan semakin meminta lebih.
Namun David sadar dia tidak mungkin mengkhianati sahabatnya,dengan sekuat tenaga ia menyimpan perasaannya bahkan berusaha menguburnya, tapi pertemuan mereka di fakultas yang sama membuat rasa itu kembali muncul bahkan semakin besar dari sebelumnya. Tapi ia tetap menangkis perasaan tersebut,berusaha menyembunyikannya dari siapa pun.
Hingga hari itu tiba, tepat satu hari sebelum ia wisuda kelulusan. Azzam datang mengunjunginya, sebagai sahabat sesibuk apapun dia pasti akan selalu menyempatkan untuk hadir di hari bahagia sahabatnya. Azzam yang saat itu menginap di apartemen David tidak sengaja menemukan beberapa lembar photo Bella di lemari pakaian David, photo yang di ambil secara diam-diam terlihat dari hasil photo yang di ambil dari jarak jauh.
Membuat Azzam terkejut sontak menanyakan maksud dari photo-photo tersebut, Azzam juga menjadi salah satu orang yang menggantikan Razzan menjaga Bella meski secara diam-diam tentu tahu kedekatan David dan Bella.
Dan saat itu lah rasa takut dan rasa bersalah menyelimuti dirinya dia takut Azzam akan membencinya karena berani menaruh hati pada Bella, tapi ketakutan itu sirna saat sahabatnya itu merangkulnya memberinya semangat bahkan ucapan Azzam saat itu masih dia ingat sampai sekarang.
Kejarlah,jika dengan dirimu aku yakin dia pasti bahagia. Mungkin dia belum bisa melupakan Razzan tapi aku yakin dia juga memiliki parasaan terhadapmu dari cara dia mamandang ada sedikit cinta untukmu tapi mungkin dia belum menyadari itu.
dukungan serta nasehat dari Azzam mendorongnya untuk maju dan berani menyatakan cintanya pada Bella hingga ia di terima dan berhubungan selama dua tahun. Meskipun dia tahu Razzan belum sepenuhnya hilang di hati Bella,tapi dia tetap sabar menunggu gadis itu menerimanya sepenuhnya.
David tersadar dari lamunannya saat Bella menyentuh tangannya,dia menoleh menatap gadis yang saat ni sedang tersenyum padanya.
"Ayo kita mulai semuanya dari awal."
David mengangguk,dia menarik tubuh gadis itu untuk ia peluk,dinding kokoh itu akhirnya runtuh memberi ruang untuknya masuk dan memberi kehangatan di dalamnya. David berjanji pada dirinya,dia tidak akan pernah menyia-nyiakan Bella. Dia tidak berani.
Dinginnya malam itu menjadi saksi cinta mereka,jalan yang panjang dan sebuah kesetiaan dalam menunggu memberi kehangatan dalam cinta mereka.
*
*
*
Hari ini Letta ke kantor menggunakan mobilnya sendiri,tadi pagi Azzam menghubunginya memberitahu kalau ia ada urusan di luar kantor,mungkin ke kantornya agak siangan jadi tidak bisa menjemputnya. Letta dan Azzam semakin hari sudah semakin dekat terlihat nampak ada perkembangan dengan hubungan mereka yang awalnya kaku.
Letta buru-buru turun dari mobilnya saat sudah tiba di parkiran depan gedung Athariz yang tingginya setinggi harapan orang.
Saat tiba di Lobby ia di hadang oleh beberapa karyawan yang sempat satu devisi dengannya itu. Lebih tepatnya para wanita yang nyinyir dengan kehidupan orang.
"Letta, lo kok bisa jadi sekretaris Pak Azzam?! Iri deh gue sama lo," celetuk Rani,salah satu teman sedevisi.
"Iya, ih. Lo yang di tatap,gue yang auto salto brutal," timpal Citra penuh semangat.
"Gimana bisa lo dapat perhatian Pak Azzam? Sampai di jadiin sekretaris lagi, banyak nih ya yang bela-belain dekat malah nggak di lirik sama sekali."ujar carissa sewot.
"Halah,pasti si Letta yang carmuk duluan." tanggap Hana.
Hana melirik sinis ke arah Letta yang memilih mengabaikan itu. Dia tidak ingin terpancing. Tapi bukannya berhenti omongan mereka malah semakin keterlaluan.
"Eh, tukang caper! Pasti lo nyosor duluan,kan?!" Cibir Hana, melipat kedua tangan di dada.
" Pasti nyosor lah. Pasti lo sengaja caper duluan. Dasar gatal!" timpal Carissa makin sewot.
" Mulut kalian emang butuh di stapler kayaknya. Seenak jidat kalau ngomong!" tampik Riska yang baru saja muncul, merasa tak terima.
"Siniin biar sekalian aja gue pakai lem tembak tuh bibir. Syirik bilang woi!"
"Ris!" sela Letta ia melirik dingin pada Hana dan teman- temannya.
"Siapa juga yang caper? Gue bukan lo ya, Hana. Cowok mana aja lo embat setiap kali melihat mereka deketin gue!" Letta menyeringai, kena lo.
" Apa lo bilang?!" geram Hana.
" Lah, iya toh. Nggak sadar mbaknya, disini siapa yang caper sampai berhasil rebut pacar orang?" sarkas Letta.
Letta tertawa anggun melempar tatapan remeh pada Hana sebelum beranjak pergi sambil menarik tangan Riska.
Hana menghentakkan kaki ke lantai merasa kesal.
Letta menghembus nafas panjang setelah menjauh dari Lobby." Sialan banget tuh geng mak lampir. Bikin mood gue ambyar aja."
" Abaikan aja mereka, yang penting kan lo nggak kayak gitu."
"Gue penasaran Ta! Gimana rasanya dekat sama Pak Azzam. Deg-degan serr nggak lo?"Goda Riska.
" Lebih dari itu malahan, di buat spot jantung terus gue!"
Ucap Letta jujur, tapi Riska malah salah mengartikannya di pikirnya Letta sering kena marah oleh Pak Azzam.
" Yang sabar, lagian cuma sementara,kan?"
Letta iya-iyain aja, nggak mungkin kan dia kasih tau hubungannya dengan Azzam yang pastinya nggak akan ada yang percaya, bisa-bisa dia di bilang ngehalu.
*
*
*
Azzam saat ini berada di depan makam tiga orang terkasihnya makam kedua orang tuanya dan saudara kembarnya. Hari ini adalah tepat hari peringatan kamatian mereka. Azzam membawa bunga mawar putih dan tak lupa bunga lily kesukaan ibunya.
"Apa kabar. Ma,Pa,Zan kalian pasti lagi berkumpulkan disana? Azzam rindu Ma.. Kenapa kalian jarang datang ke mimpi Azzam."
Airmata itu kembali menetes,meski sekuat tenaga dia menahan diri untuk tidak menangis,tapi tetap saja airmata itu luruh tanpa di minta.
Pria yang terlihat baik-baik saja tapi menyimpan banyak luka, terlihat dingin tapi nyatanya rapuh.
Luka itu belum benar-benar sembuh, orang lain mungkin bisa melupa seiring berjalannya waktu. Tapi tidak dengan Azzam rasa kehilangan dan rasa bersalah itu menggerogoti jiwanya.
Sempat dia berpikir ingin menyusul mereka, karena merasa tak ada gunanya hidup. Tapi saat ia mengingat wajah sendu sang Oma pikiran itu seketika sirna.
Tidak terhitung sudah berapa jam dia disana ,dari matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya hingga sampai terik panasnya terasa membakar kulit.
Azzam masih betah berada disana, sampai suara langkah seseorang terdengar mendekat.
"Benarkan kata gue, nih orang pasti kesini!" ucap Leo
Leo tidak datang sendiri melainkan bersama David kedua pria itu ikut berjongkok di samping Azzam. Mereka juga membawa bunga untuk orang tua Azzam dan Razzan.
"Ayo balik, ini sudah tengah hari lo zam. Gue tahu lo pasti belum makan dari pagi,kan?" tebak Leo.
Azzam hendak berdiri tapi tiba-tiba saja tubuhnya limbung ke belakang untung saja David sergap menangkap Azzam jadi dia tidak sampai terjatuh ke tanah.
"Tuh,kan. Ini nih pasti efek karena perut lo kosong."ucap Leo
meskipun cerewet leo tetap memapah Azzam menuju mobil.
"Gue nggak selemah itu. Gue bisa jalan sendiri."ucap Azzam
"Berisik. Nurut aja, ngapa?!" tukas Leo.
Sedangkan David hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua sahabatnya yang sama-sama keras kepala.