NovelToon NovelToon
Mari Kita Menikah! Tapi...

Mari Kita Menikah! Tapi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Bercocok tanam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: CatVelvet

"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.

Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.

Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.

Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.

Yuk simak keseruan ^⁠_⁠^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Perjodohan lagi

Mobil melaju tenang menyusuri jalan menuju rumah sakit. Namun sebelum itu. Bu Nayla berpesan untuk mampir sebentar ke kontrakannya. Ada beberapa barang yang perlu ia tinggalkan disana.

Jasmine kesulitan mengalihkan perhatiannya pada Gyan yang nampak tenang-tenang saja setelah melihat bagian tubuhnya yang kentara walau tak terlihat secara langsung. Rasa kesal itu sepertinya baru lega jika ia bisa memukul pria itu selama beberapa kali. Sayangnya Jasmine hanya bisa terdiam mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan mendengus pelan.

Setibanya dirumah sakit. Gyan menerima telpon penting dari sekretarisnya, Fero. Kemudian ia buru-buru berpamitan karena ada pekerjaan penting yang harus segera diselesaikan. Gyan hanya bisa menemani mereka sampai pintu rumah sakit. Jasmine dan Bu Nayla memandangi kepergiannya yang melangkah cepat sambil menjawab telpon seseorang. Selepas itu barulah mereka sama-sama menuju lift untuk ke lantai atas, kamar rawat inap kakek.

“Jasmine. Ibuk mau bicara sebentar“ ucapnya ragu.

Mereka sedang menunggu didepan lift.

Tanpa menoleh sedikitpun. “Mau bicara apa?“ jawabnya datar. Sakit hatinya masih terasa. Bahkan jika merah pada pipinya tak ditutupi make up mungkin masih kentara dengan jelas. Tamparan yang begitu panas dan perih. Bahkan sanggup membuat pikirannya kosong saat itu juga.

“Kita bicara di kantin rumah sakit saja ya, sekalian beli minum dan barangkali ada camilan yang kamu suka.“ bujuknya.

Jasmine menghela napas panjang dan menundukkan kepala sejenak. Mau bagaimana pun, ia juga tak tega jika harus berlama-lama bersikap dingin pada ibunya. Kami sama-sama menghadapi permasalahan yang rumit akibat sikap ayah yang tak pernah berubah. Jika terus seperti ini, maka hanya akan memperburuk keadaan. Ia berusaha berdamai dengan dirinya dan memaafkan sikap ibunya kemarin. Dirinya juga mengakui bahwa dirinya juga telah bersalah.

“Ya, baiklah.“

Sesampainya di kantin. Mereka duduk disebuah bangku yang berhadapan. Jasmine meminum jus tomat yang baru saja ia pesan. Sedangkan ibu tak pesan apapun. Hanya fokus menawari keinginan putrinya.

Ibu mulai mengawali pembicaraan mereka. “Ibuk, minta maaf untuk kesalahan yang kemarin. Ibuk keterlaluan sama kamu. Tapi… percayalah, ibuk sungguh-sungguh nggak berniat menyakiti kamu, Jasmine.“

Jasmine menatap sosok ibu dihadapannya. Tertunduk sedih penuh penyesalan yang bahkan tak berani menatap putrinya. Guratan-guratan halus tanda-tanda penuaan telah mengukir jelas di wajah ibu yang menginjak usia 55 tahun. Rambutnya mulai menipis dan beberapa helai terselip warna putih.

Dia selalu memakai pakaian lusuh. Selalu menahan diri dengan berbagai alasan, hanya agar bisa membelikan putrinya pakaian yang bagus. Dia juga adalah sosok wanita tangguh yang bertahun tahun mampu menghadapi laki-laki yang bahkan tak pernah mempedulikan perasaan dan kesulitannya selama ini. Ayah hanya menambah beban masalahnya. Sungguh ironis. Apa yang membuatnya mampu bertahan sampai sejauh ini? Apakah benar alasannya hanya satu, demi anak, ia rela bertahan sampai sejauh ini? Mungkin jika dirinya berada diposisi ibunya, belum tentu mampu bertahan sekuat itu.

“Aku sudah memaafkan ibuk sejak kemarin. Lagi pula, aku juga salah. Aku terlalu emosi sampai tidak bisa mengontrolnya dengan baik. Aku minta maaf buk, pasti perkataan ku juga telah menyinggung perasaan ibuk. Dan… apapun alasan ibuk memilih bertahan dengan ayah. Aku hanya ingin bilang… kalau itu sudah tak tertahankan lagi. Kalau itu sudah membuat ibuk merasa sesak sampai rasanya sulit bernapas. Jangan menahannya terlalu jauh. Ibuk sudah menahan sakit terlalu banyak. Memang pada umumnya orangtua memilih bertahan karena anak. Akan tetapi tak ada anak yang bahagia melihat orangtua mereka menderita. Aku sudah dewasa… jika alasannya adalah karena anak. Tolong jangan jadikan aku sebagai pertimbangan lagi. Ibuk juga berhak bahagia.“

Ibu tertegun mendengar ungkapan itu keluar dari mulut putrinya. Benar, bertahan dengan seseorang yang tak pernah berusaha memahaminya dan hanya mengukir goresan luka baru dihati yang akan terus menumpuk dan membuatnya sesak. Jika mengingat bagaimana awal ia menjalin hubungan dengan suaminya. Awalnya memang terasa manis dan membuatnya berpikir bahwa mereka akan menjalani pernikahan ini dengan bahagia.

Nyatanya, setelah pernikahan mulai berjalan dan memasuki dunia baru. Imajinasinya tentang masa depan yang cerah seolah berubah menjadi buih yang hancur tersapu ombak. Dirinya seolah tersesat saat mencoba menyelami pemikiran suaminya. Tersimpan banyak pertanyaan-pertanyaan yang masih belum menemukan jawabannya. Kata cinta bisa dijadikan sebuah hiasan menarik untuk mendapatkan hati seseorang. Setelah orang itu terjebak dalam buaiannya. Maka hidupnya seperti terkurung didalam neraka yang nyata. Tidak semua orang bisa lepas begitu saja.

Tak ada satu pun kata yang keluar dari mulut ibu. Namun bisa dirasakan dengan jelas. Pasti isi kepalanya sangat gaduh. Pada akhirnya Jasmine mengganti topik pembicaraan. Meski begitu, ibu masih memikirkan ungkapan yang keluar dari mulut putrinya.

“Oh ya, buk. Aku sudah memutuskan.“

“Memutuskan apa?“

Jasmine terdiam sejenak memantapkan hatinya. “Tentang tawaran pernikahan. Aku akan menerima lamaran Gyan.“

“Ka, kamu serius? Pernikahan bukanlah hal yang mudah. Harus dijalani dengan serius, Jasmine. Bukannya kamu masih belum bisa melupakan Rendy? Kenapa tiba-tiba kamu menikah dengan anak itu? Jangan jadikan pernikahan sebagai pelarian meskipun kamu belum bisa melupakan seseorang.“

“Buk. Ini… memang bukan pernikahan yang serius.“

“Maksudnya?“

“Kemarin, aku baru mengetahui kalau ayah terlanjur menandatangani surat itu di atas materai. Ada beberapa perjanjian yang dilampirkan. Kita tidak akan bisa menang melawan hukum. Dan ternyata ayah juga sudah beberapa kali berhutang dengan orang itu. Sertifikat rumah dan tanah perkebunan telah dijadikan jaminan. Ayah mencurinya dari kita secara diam-diam. Dan sekarang total hutang serta bunganya mencapai 600 juta. Dan kita tidak memiliki uang untuk menebusnya.“

Bu Nayla tercengang dan gemetar mendengarnya. Dia tak menyangka jika suaminya benar-benar setega itu. Bagaimana mungkin dia sungguh-sungguh mengorbankan semuanya. Bahkan satu-satunya rumah warisan mertua dan tanah hasil jerih payah putrinya pun telah di curi.

Jasmine kembali melanjutkan penjelasannya. “Si tua brengsek itu terus memaksaku untuk menikah dengannya. Dia tidak akan melepaskan ku dengan mudah. Sekalipun kita berhasil mendapatkan pinjaman, dia pasti akan memancing ayah untuk berhutang lagi padanya. Kita tidak bisa mempercayai ayah, buk. Aku rasa menikah dengan Gyan akan lebih menguntungkan. Selain kita bisa mengambil kembali hak milik kita, aku pun akan mendapat perlindungan selama perjanjian itu berlangsung melalui pernikahan kontrak."

Bu Nayla menatap cemas putri semata wayangnya. Ia merasa gagal menjadi orangtua yang seharusnya bisa melindungi anaknya. Tapi ini justru putrinya yang mengorbankan dirinya untuk orangtuanya. Bu Nayla merasa bersalah.

Jasmine menggenggam tangan ibunya sambil tersenyum menenangkan wajah yang penuh kekhawatiran itu. "Ibuk nggak perlu khawatir. Kali ini kita akan baik-baik saja. Aku yakin itu. Toh, aku juga menikah dengan cucu dari sahabat kakek. Bukankah mereka orang baik?" tutur Jasmine mencoba meyakinkan.

Bu Nayla menyambut dengan senyuman yang mulai sedikit tenang. Meski masih dilanda kekhawatiran. Akan tetapi kali ini ia akan menaruh kepercayaan pada putrinya untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Lagipula ia juga menilai pemuda itu adalah anak yang baik. Dia pasti bisa menjaga putrinya.

"Berapa lama?"

"Hanya setahun, tenang saja. Itu tidak akan lama," Jasmine kembali menyeruput minumannya yang tersisa sedikit.

"Lalu... Bagaimana seandainya jika kau memiliki anak dari pria itu sebelum kontraknya selesai?"

"Uhukkk!" Jasmine tersedak saat mendengarnya.

"I, itu tidak mungkin, buk! Jangan mengada-ngada, deh. Mana mungkin aku dan dia bisa.... Akh! Pokoknya nggak mungkin. Membayangkannya saja aku tidak bisa," Jasmine menggeleng-gelengkan kepalanya dengan yakin.

Bu Nayla terkekeh pelan. "Pffttt... Mungkin saja nanti akan tumbuh cinta diantara kalian berdua. Lagi pula dia anak yang tampan dan juga baik. Ibu saja sampai kaget loh, liat dia begitu khawatir saat kamu dalam masalah. Ibuk rasa kalian akan jadi pasangan yang serasi."

"Ishhh... Ibuk mulai ngarang. Sudahlah ayok kita ke kamar kakek," untuk tidak lagi membahas tentang pria itu. Jasmine buru-buru membereskan barang bawaannya untuk kakek.

Bu Nayla tersenyum melihat pipi anak gadisnya bersemu dibalik usahanya untuk menutupi. Mereka pun berjalan meninggalkan kantin dan menuju lift ke lantai 3.

"Tolong jangan sampai hal ini bocor pada siapapun buk, termasuk ayah.“

“Ibuk pasti akan merahasiakan ini dengan baik.“

Bicara tentang ayah…

“Ah, buk? Ngomong-ngomong ayah kemana? Kenapa dia menghilang?“

“Entahlah, ibuk juga nggak tau. Dia bilang sedang mencari pekerjaan agar bisa membayar hutang-hutangnya.“

"Oh... Begitu. Baguslah."

Aneh. Tapi kenapa aku justru merasakan firasat buruk ya? Semoga tidak ada masalah baru yang terjadi. Batin Jasmine.

***

Gyan baru saja membahas hasil rapat bersama seluruh kepala divisi kemarin bersama Fero, sekretarisnya. Tak berselang lama setelah mereka baru saja selesai membahas masalah pekerjaan, ponsel Gyan tiba-tiba berdering disaat waktunya sudah sedikit senggang.

Mama?

“Ya, hallo ma?“

“Apa kamu sibuk hari ini?“

Gyan ragu untuk sejenak. Sebenarnya ia ingin membicarakan sesuatu dengan Jasmine sepulang kerja nanti. Akan tetapi…

“Entahlah…”

“Jangan bilang kamu mau menghindar,” tebak Bu Vivian dengan insting kuat.

“Sebenarnya masih ada hal yang mau aku selesaikan hari ini, tapi mungkin masih bisa ku pertimbangkan.“

“Nanti malam jam tujuh, kita bertemu di restoran 'Secret Of The Rose' ya?“

Mendengar namanya saja Gyan sudah langsung bisa menebak, kemudian menepuk keningnya. Astaga…

Restoran 'Secret Of The Rose' adalah salah satu restoran mewah kelas atas yang mengusung konsep fine dining. Yaitu, jenis restoran yang menawarkan pengalaman makan mewah dan berkelas. Mereka biasanya memiliki menu lengkap, pelayanan yang prima, dan suasana yang elegan. Konsep fine dining juga meliputi penggunaan bahan-bahan berkualitas tinggi, presentasi makanan yang artistik, dan seringkali menawarkan menu degustasi atau set menu.

Dan restoran 'Secret Of The Rose' adalah restoran nomor 1 yang terkenal sebagai restoran paling romantis. Pengunjung yang kesana tak hanya disuguhkan dengan makanan-makanan yang sangat memanjakan lidah. Namun juga pemandangan yang indah disetiap sudut bangunan yang mengusung tema kerajaan inggris. Dan tak lupa dengan bunga mawar pilihan yang sangat cantik sebagai tokoh utama yang mereka tonjolkan, sesuai dengan nama restoran tersebut.

Tak mengherankan lagi jika rata-rata pengunjung yang kesana adalah para pasangan kekasih yang ingin menghabiskan waktu romantis, orang yang ingin menyatakan perasaannya, bahkan tak jarang juga di jadikan sebagai tempat untuk melamar seorang terkasih. Mengingat suasananya yang sangat mendukung untuk momen yang didambakan.

Sejujurnya aku muak dengan perjodohan yang selalu diatur mamah dengan wanita-wanita yang bukan tipe ku.

“Aku tak bisa hadir, ma.“

“Eh? Kenapa?“

“Aku harus menyelesaikan masalah penting hari ini.“

“Bukannya kamu masih bisa mempertimbangkan? Apa itu artinya pertemuan ini tak lebih penting?“

“Ya. Aku minta maaf mah. Mungkin lain kali kita akan kesana. Tapi tanpa wanita-wanita yang akan mamah jodohkan denganku.“

“Gyan! Tapi ini penting untuk masa depan kamu.“

“Maaf ma… aku masih ada urusan. Kita bicara nanti saja ya? Sampai jumpa.“

“Gyan!“

Gyan mengakhiri pembicaraan dengan ibunya dan menghela napas dalam-dalam. Meski ia sudah menebak dengan pasti bahwa ibunya tak akan menyerah begitu saja. Tetapi kali ini ia akan menolak perjodohan-perjodohan konyol itu.

***

1
Roxanne MA
yuk bantu ramein karya ku jugaa💖
Roxanne MA
akhirnya up jugaa
ARM
oke kak siyap 👍🏻
ARM
Terima kasih banyak kak🙏🏻 btw aku masih pemula, banyak kesalahan yg perlu ku koreksi 🙏🏻☺️
Roxanne MA
lanjut thor
Roxanne MA
baru awalan bab sudah sebagus inii
riniasyifa
Semangat terus berkarya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!