Gegei gadis ceria yang sedikit bar-bar terkejut saat mengetahui pria yang akan dijodohkan dengannya adalah teman sekolah kakaknya. Arkanza, pria berprofesi pilot yang paling dia hindari selama 10 tahun terakhir, hingga melakukan berbagai tingkah konyol agar dirinya ditolak.
***
Assalamualaikum!" Ucap Arkan menyodorkan setangkai mawar merah.
"Waalaikumsalam!" Balas Gegei tanpa melepaskan pandangannya.
**
"Kita tidak cocok!"
"Kenapa?"
"Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari keluyuran sama teman, suka pulang malam, suka menghabiskan uang."
"Dan,,,"
"Dan apa?"
Dan kalau kalian tertarik, langsung aja baca ceritanya ya!! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Ev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khayalan Gegei
"Kenapa? Kamu takut?" Tanya Arkan memainkan jemari merapikan rambut Gegei. Gegei lagi-lagi menelan saliva, rasa gugupnya semakin kuat.
"Aku akan bersikap lembut." Lanjutnya terdengar sensual menggelitik, namun Gegei hanya mampu menggeleng kecil, wajahnya memucat tegang.
Arkan memicing melihat reaksi Gegei. tak ada sepata katapun yang keluar dari mulutnya selain gelengan kecil membuat Arkan mengambil sikap.
"Baiklah sepertinya kamu tidak menginginkan kelembutan." Ucapnya menggendong tubuh Gegei seperti karung beras, sontak membuat Gegei membulatkan mata menahan napas.
"Akh!" Terkejut saat Arkan menghempaskan tubuhnya ditengah kasur. Tanpa jeda, tubuh Arkan sudah berada diatasnya, Arkan mengangkat kedua tangan Gegei lalu menguncinya hingga membuatnya tidak berdaya.
Gegei menggeleng, jantungnya seakan melompat saat Arkan mulai mendekatkan wajahnya bersiap menikmati tubuhnya.
"Tidak!!!"
Teriaknya menutup wajah sontak mengejutkan Arkan sampai hampir membuat ponselnya terjatuh bahkan mengejutkan seisi rumah.
**
Abi dan Umi Arkan saling melirik saat mendengar teriakkan dari lantai dua, sementara Art hampir menjatuhkan gelas yang baru ingin diletakkan dimeja. Ketiganya melirik jam dinding yang berukuran besar diruang tengah, rupanya baru jam 9 malam.
"Umi sepertinya ini terlalu ganas." Ucap Art itu, kompak dibalas anggukan.
**
"Gegei??"
"Gegeiii?"
Gegei pun terdiam saat mendengar teriakkan Arkan memanggilnya, ia melongo menatap Arkan yang masih duduk di ranjang, lalu meneliti seisi kamar. Rupanya semua yang terjadi hanya bayangannya semata. Dengan cepat berbalik meraih gagang pintu namun terkunci membuat hatinya tidak karuan.
Kali ini bukan khayalan semata, Arkan beranjak mendekati Gegei yang terlihat panik seperti anak ayam yang kehilangan induk.
"Gei ada apasih?" Tanyanya ringan meneliti wajah Gegei.
"Kakak tolong aku mau keluar, Gegei belum siap!" Rengeknya melipat tangan, tanpa ia sadari kedua kakinya bergerak jalan ditempat saking paniknya. Arkan menahan tawa melihat tingkah Gegei yang seperti anak kecil.
"Awh!" Ringisnya menggosok kecil dahi yang baru saja mendapat sentilan dari Arkan.
"Kakak..." Lirihnya mengerutkan wajah.
"Dari tadi kamu mikir apa?" Tanyanya mencondongkan kepala membuat Gegei menyembunyikan wajahnya yang memerah, jelas-jelas Arkan tidak bergerak dari tadi, sementara dirinya? Ia sibuk berpikiran liar sendiri.
"Istirahatlah! Lagian pintu dikunci sama umi dan kakak tidak akan mengganggumu." Bujuknya.
"Janji?" Tanyanya dengan polos mengangkat kelingking.
"Janji." Arkan menautkan keliling, tatapan keduanya kembali bertemu. Getaran didada kembali muncul selama beberapa saat sebelum kembali tersadar.
Arkan memilih membuka laptop menyelesaikan kerjaannya, sementara Gegei sudah merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia berbalik ke sisi kiri memandangi punggung Arkan yang menatap layar laptop, tanpa ia sadari senyuman kecil muncul menghiasi wajahnya sebelum terlelap. Sejam telah berlalu, tidak ada lagi pergerakan dari Gegei. Arkan pun mematikan laptop lalu berbalik.
"Astagfirullah." Ucapnya saat mendapati Gegei tertidur pulas dalam keadaan tengkurap ditengah kasur, kedua tangan terbentang ala titanic. Selimut yang tadinya membungkus badannya sudah terjatuh dilantai.
Arkan menggaruk kecil kepalanya yang tidak gatal, memikirkan cara untuk menggeser tubuh Gegei hingga ia dapat ikut berbaring. Hal pertama yang dilakukan memastikan Gegei benar-benar tertidur. Arkan menggerakkan tangan kanannya beberapa kali didepan wajah Gegei. Karena tidak ada respon Arkan mulai memegang lengan Gegei bermaksud untuk menggeser ke tepi.
"Plak!"
Arkan menggigit bibir bawahnya merasakan denyutan pada pipi kirinya akibat tamparan dari Gegei yang mendarat tanpa aba-aba.
Arkan menarik napas kasar, lalu kembali mengangkat tubuhnya. Meletakkan secara perlahan bagian kepala diatas bantal lalu menyelimuti. Tak sampai disitu, baru saja Arkan merebahkan tubuhnya diatas kasur.
"Hemm!"
Mata yang tadinya ingin terpejam kini membulat sempurna, saat Gegei meletakkan kaki kanannya diatas pinggang Arkan, belum lagi tangannya bergerak meraba bagian kepala Arkan. Yang punya pinggang menahan napas saat dirinya dijadikan guling oleh Gegei.
Rasanya ingin berteriak lalu mengguling Gegei dari kasur, sungguh mengerikan bagi Arkan saat itu. Tidak ada pilihan lain selain mengembalikan tubuh Gegei ke tepi. Namun, setiap kali Arkan menggeser tubuhnya, dalam sekejap Gegei akan kembali menempel kepadanya. Rupanya hal itulah yang dimaksud oleh Nada, sehingga ia menyarankan untuk waspada. Gegei yang aktif sampai dalam keadaan tidurpun tetap aktif.
**
Pagi pun menyambut pasangan halal itu, pancaran sinar mentari begitu cerah menemani langit biru. Keluarga beranggotakan empat orang duduk didepan meja makan menikmati sarapan. Arkan berjalan pelan menghampiri memegang pinggang bahkan wajahnya seperti menahan sakit. Hal itu lagi-lagi membuat kedua orang tuanya saling melirik.
Arkan menarik kursi disamping Gegei, membuat Gegei sedikit menunduk menyembunyikan wajahnya, takut akan bertatapan dengan Arkan.
"Gegei gimana semalam tidurnya nyenyak?" Tanya umi Arakan sontak membuat Gegei terdiam malu-malu, ia sangat tau jika dirinya suka bertindak aneh jika terlelap.
"Ukhuk. Ukhuk." Arkan terbatuk kecil saat itu juga, terlalu mengerikan jika membayangkan model Gegei saat tidur.
Gegei melirik Arkan, yang dilirik menatap tajam. Gegei hanya mampu tersenyum kering. Hatinya mulai tidak karuan, entah hukuman apa lagi yang akan diberikan Arkan kepadanya.
***
_Rumah Pak Ilham
Setelah dua hari pernikahan Gegei dan Arkan, keluarga mereka mengalami kecemasan lantaran Nada kurang sehat. Hanan dan kedua orang tua duduk cemas diruang tamu, menunggu dokter yang sedang memeriksanya.
Hanan bergetar menggenggam ponsel ditangan tanpa ia sadari, hatinya gelisah memikirkan akan hasil pemeriksaan. Bagaimana jika Nada mengalami penyakit serius? Pertanyaan itu terus bermunculan memenuhi kepalanya hingga.
"Ceklek!'
Pintu kamar terbuka, mereka semua menoleh kearah pintu, melihat dokter perempuan yang berdampingan dengan Nada dengan wajah serius.
"Dok bagaimana keadaan isteri saya?" Tanyanya khawatir. Selama beberapa saat dokter itu terdiam hanya melirik bergantian lalu menatap Nada.
"Selamat yah pak Hanan isteri anda hamil, sudah 5 minggu." Ucap dokter itu tersenyum sontak membahagiakan mereka.
"Alhamdulillah." Ucap Hanan melempar ponsel begitu saja, membuat semua terkejut terutama sang dokter. Namun, itu sudah hal biasa untuk Hanan..
"Sayang kamu benar-benar hamil?" Memastikan, Nada-pun tersenyum mengangguk kecil lalu meletakkan tangan Hanan diperutnya yang masih rata.
"Alhamdulillah pa sebentar lagi kita punya cucu." Ucap mamanya membingkai wajah Nada.
"Iya ma. Hanan kamu harus jaga istrimu dengan baik!" Menepuk kecil bahu Hanan.
"Insyaallah pa." Tersenyum. Suasana haru membahagiakan menyelimuti keluarga itu.
"Mari dok saya antar!" Tawar Hanan mengantar dokter ke pintu keluar.
***
_Rumah_
Gegei menarik gagang pintu se pelan mungkin, sejak pagi ia menghindari Arkan. Rasanya malu jika membayangkan semua yang terjadi semalam, namun tidak ada gunanya jika terus seperti itu jadi Gegei memutuskan berbicara dengan suaminya.
Gegei melangkah kecil memasuki kamar, membulatkan mata melihat punggung Arkan. Kebetulan ia hanya memakai celana karena baru selesai mandi bahkan rambutnya belum sepenuhnya kering. Harus ia akui tubuhnya bagus menjadi daya tarik seorang Arkan.
"Sudah cukup melihatnya?" Ucap Arkan yang secara tiba-tiba membuat Gegei mengerjap, kembali menyembunyikan wajah merasa malu. Bisa-bisanya ia terpesona meski hanya melihat punggungnya saja.
Arkan melangkah kearahnya membuat Gegei ikut memundurkan langkah. Selangkah demi selangkah hingga tubuh Gegei mencapai pinggir ranjang.
"Akh" Terkejut saat tubuhnya kehilangan keseimbangan sampai terduduk diatas kasur.
Dalam sekejap Arkan mencondongkan tubuhnya menatap Gegei yang juga menatapnya.
Bersambung....
,, gadis sekolah kamsudny,, ciwi2 sekolah emang selalu riang dan gembira 🤭🤭
,, marah2 gemas ato giman tuuuhhh /Sneer//Chuckle/
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗