NovelToon NovelToon
Tetanggaku Malaikatku

Tetanggaku Malaikatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Proposal

Kevin cuma anak SMA biasa nggak hits, nggak viral, hidup ya gitu-gitu aja. Sampai satu fakta random bikin dia kaget setengah mati. Cindy cewek sejuta fans yang dielu-elukan satu sekolah... ternyata tetangga sebelah kamarnya. Lah, seriusan?

Cindy, cewek berkulit cerah, bermata karamel, berparas cantik dengan senyum semanis buah mangga, bukan heran sekali liat bisa bikin kebawa mimpi!

Dan Kevin, cowo sederhana, dengan muka pas-pasan yang justru dipandang oleh sang malaikat?!

Gimana kisah duo bucin yang dipenuhi momen manis dan asem ini selanjutnya!? daripada penasaran, mending langsung gaskan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Proposal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertama Kalinya Sang Malaikat

"Fuu... akhirnya bersih juga," keluh Kevin sambil menjatuhkan diri ke sofa.

Mereka telah menghabiskan sepanjang hari membersihkan apartemen Kevin. Berjam-jam lamanya mereka membereskan barang-barang pribadi di lantai, mencuci pakaian, mengelap lampu dan jendela, hingga menyedot debu. Matahari sudah terbenam ketika mereka akhirnya menyelesaikan semuanya.

Fakta bahwa matahari masih tinggi ketika Cindy pertama kali masuk ke apartemennya, dan sekarang sudah malam, menjadi bukti betapa lamanya mereka bekerja keras.

Tapi hasilnya sepadan. Apartemen Kevin kini kembali bersih dan rapi.

Lantai yang sebelumnya tertutup sampah sekarang berkilap. Barang-barang yang berserakan telah dibereskan. Jendela dan kusen pintu bebas dari debu, begitu pula lampu-lampu yang kini bersinar lebih terang.

Bahkan kamar tidur Kevin yang biasanya berantakan sekarang terlihat rapi. Akhirnya dia bisa beristirahat dengan nyaman.

"Kita menghabiskan seharian penuh untuk ini," kata Kevin lelah.

"Ya, memang berantakan sekali," sahut Cindy sambil mengusap keringat di dahinya.

"Semua berkat kamu."

"Kamu benar."

Kevin tidak sanggup mengangkat kepalanya untuk menatap sang Malaikat penyelamat ini. Dia hanya bisa memandang Cindy dengan penuh hormat, dia bahkan ingin bersujud, tapi Cindy pasti akan menolak mengingat betapa banyak bantuan yang telah diberikan gadis ini.

Cindy yang telah mengorbankan hari liburnya hanya untuk membantu membersihkan apartemennya. "Ya ampun..." gumamnya sambil mengikat kantong sampah terakhir.

Meski nada suaranya terdengar kasar, ekspresinya justru terlihat puas. Namun kelelahan jelas terlihat dari wajahnya setelah seharian bekerja keras.

Kevin tidak tega membiarkannya memasak makan malam setelah semua ini.

Terlepas dari apakah Cindy mau memasak untuknya atau tidak, dia akan merasa bersalah jika meminta gadis itu bekerja dalam keadaan lelah seperti ini.

"Aku nggak mau keluar beli makan malam sekarang. Gimana kalau kita pesan pizza saja? Aku yang bayar hari ini, soalnya aku udah merepotkan kamu banyak banget."

"Eh, tapi..."

"Kalau kamu nggak mau makan bareng aku, kamu bisa bawa pulang sebagian kok."

Kevin tidak akan memaksa Cindy makan bersamanya jika dia tidak mau. Yang penting dia bisa menunjukkan rasa terima kasihnya.

"Bukan itu masalahnya. Aku cuma... belum pernah pesan pizza sebelumnya. Jadi agak kaget aja."

"Eh, belum pernah?"

"Aku belum pernah pesan pizza karena tinggal sendiri. Tapi aku pernah bikin sendiri sih."

Kevin mengernyit. "Luar biasa juga ya ada orang yang mikir buat bikin pizza sendiri."

Biasanya orang akan memesan pizza untuk dibawa pulang atau memanfaatkan promo beli satu gratis satu. Mungkin hanya sedikit orang seperti Cindy yang memilih membuat semuanya dari nol.

Jadi begini pola pikir orang yang benar-benar jago masak. Pikir Kevin.

"Pesen makanan online itu biasa kok. Aku sering. Eh, kamu bukan tipe orang yang pergi ke restoran keluarga sendirian ya?"

"Aku belum pernah sekalipun."

"Wah, jarang banget denger yang kayak gitu. Aku sering pergi sendiri, apalagi kalau orang tuaku malas masak. Orang tuamu nggak suka makan di luar?"

"Pembantu rumah kami yang selalu masak."

"Pembantu? Wah, berarti kamu orang kaya dong."

Kenyataan ini sebenarnya cukup jelas. Dari etika, pakaian, hingga barang-barang yang dimiliki Cindy, semuanya terkesan mewah. Mengingat betapa anggunnya gadis ini, asumsi Kevin tidaklah salah.

Reaksi Cindy membuat Kevin sedikit menyesal telah bertanya. Dengan senyum tipis yang tidak menunjukkan kebanggaan, Cindy hanya menjawab,

"Ya, relatif sih."

Ekspresinya lebih terlihat merendah daripada bangga. Kevin mulai menyesal telah terlalu banyak bicara.

Jawaban Cindy tentang orang tuanya tadi juga terkesan menghindar. Sepertinya hubungan mereka tidak terlalu baik.

Ini jelas bukan topik yang nyaman bagi Cindy, jadi Kevin memutuskan tidak akan mengejar lebih jauh. Setiap orang punya hal-hal yang tidak ingin dibagikan, dan menghormati itu adalah bentuk kesopanan dasar.

"Yaudah, anggap aja ini pengalaman baru. Ini, pilih yang kamu suka."

Dia mengalihkan pembicaraan dengan menunjukkan brosur pizza. Ini adalah toko favoritnya yang menurutnya punya rasa terenak di daerah ini.

Tentu tidak sebagus pizza oven kayu, tapi toppingnya bervariasi dari yang standar sampai spesial. Pasti ada yang cocok dengan selera Cindy.

Memanfaatkan perubahan topik, Cindy segera mengambil menu dan mulai memeriksanya dengan cermat.

Mata cokelatnya yang biasanya tenang sekarang berbinar-binar saat menatap foto-foto berbagai pizza.

'Tunggu, apa dia beneran antusias banget?' pikir Kevin.

Mungkin imajinasinya saja, tapi Cindy terlihat begitu bersemangat. Setelah memeriksa menu, dia langsung menunjuk pizza dengan empat topping favorit.

"Aku mau yang ini," katanya.

Cindy mengintip ke arah Kevin dari balik menu, dan begitu Kevin mengangguk setuju, matanya langsung bersinar.

Kevin tersenyum kecut melihat ekspresi gembira yang begitu jelas terpampang di wajah Cindy. Dengan santai, dia menelepon nomor yang tertera di brosur.

Sekitar satu jam kemudian, pizza mereka tiba. Cindy langsung menyantapnya dengan lahap.

Dari empat rasa yang ada, dia tampak bingung harus mulai dari yang mana, akhirnya memilih bacon dan sosis terlebih dahulu.

Tak disangka, Cindy tetap terlihat anggun bahkan saat menyantap pizza. Dia memakannya dengan gigitan kecil-kecil, tetap mempertahankan sikap bak putri bangsawan meski sedang makan junk food.

Tapi di saat yang sama, ada sisi menggemaskan seperti binatang kecil yang sedang mengunyah.

Kevin memperhatikan bagaimana Cindy menyipitkan matanya melihat helaian keju yang melar, pipinya mengembang penuh dengan pizza. Ekspresi rileksnya yang tersenyum sangat berbeda dari biasanya.

Biasanya Cindy selalu terlihat dewasa dan tenang, tapi sekarang dia bertingkah sesuai usianya yang masih remaja.

Saking gemasnya, Kevin hampir saja menepuk kepala Cindy.

"Apa?" Cindy menatapnya penuh curiga.

"Gak ada. Cuma kamu keliatan nikmat banget."

"Tolong jangan ditatap seperti itu."

Tapi kerutan di dahinya yang kesal justru membuatnya semakin menggemaskan.

"Jujur aja, kamu sama sekali nggak imut."

"Gak masalah. Lagian kamu pasti nggak nyaman kan kalau aku bersikap kayak di sekolah?"

"Ya sih. Aku lebih terbiasa lihat kamu kayak gini daripada di sekolah."

Kevin tidak pernah berinteraksi dengan Cindy di sekolah, apalagi mengobrol. Yang dia lihat hanyalah senyuman sempurna nan elegan yang ditujukan untuk semua orang.

Sementara sekarang, Cindy sama sekali tidak peduli pada kesan orang lain.

Mungkin inilah Cindy yang sebenarnya, sedangkan sikapnya di sekolah hanyalah topeng untuk menghadapi dunia luar.

"Bagiku, kamu yang kayak gini nggak bikin capek."

"Yang nggak imut-imut banget ini maksudnya?"

"Jangan dendam gitu dong. Tapi ya, aku nggak tahu isi kepalamu waktu di sekolah."

"Kebanyakan mikirin makan malam sama pelajaran."

"Kamu masih pura-pura nggak ngerti ya?"

Kevin menyiratkan bahwa Cindy pasti menyembunyikan sesuatu, tapi Cindy malah menanggapinya secara harfiah.

Dia sama sekali tidak berpura-pura, dan malah menatap Kevin dengan ekspresi tidak mengerti.

"Bukan itu maksudku. Aku cuma bilang, aku nggak bisa baca pikiranmu. Di sekolah kamu tertutup banget, sekarang sih masih jutek tapi lebih gampang ditebak karena kamu lebih jujur ngungkapin perasaan."

"Kalau aku di sekolah nggak pantas gitu?"

"Bukan nggak pantas. Cuma cara kamu menghadapi semuanya aja. Kamu nggak capek?"

"Nggak. Aku udah biasa seperti ini sejak kecil."

Jadi sudah mendarah daging. Pikir Kevin.

Jika sikap itu sudah tertanam sejak kecil, wajar saja etiketnya sempurna. Tapi ini juga berarti Cindy sengaja bertingkah sebagai anak ideal karena tidak punya pilihan lain.

Tapi Kevin tidak berani mengejar lebih jauh tentang latar belakang keluarganya yang tampaknya rumit.

"Yaudah, yang penting sekarang kamu bisa santai kan? Aku seneng bisa sedikit mengurangi bebanmu."

"Aku nggak bakal tenang kalau kamu terus-terusan ngebahas ginian."

"Maaf deh."

Kevin mengangkat bahu berlebihan, membuat Cindy terkikik geli.

1
CALESSYAA
Ditunggu updatenya thorr!!
CALESSYAA
Pertama kalinya!?/Hey/
Azαzel
Ceritanya menggambarkan perubahan positif pada Kevin berkat pola makan teratur yg disediakan Cindy, meskipun Kevin enggan mengakuinya. Aww mereka berdua lucu banget thorr><
Mas Finn
uishh
Mas Finn
waduh mas kepin ngegas
MONALISA
terkejoet akunih bang!😙
MONALISA
memang harus sadar diri.. gaboleh ngerepotin orang terus
MONALISA
siap2 aja renda ketemu bidadari/Scream/
MONALISA
co cweett banget
Mas Finn
Cindy si wanita mahal ni ceritanya
Mas Finn
yapasti ada udang dibalik batu yagesya😝
Mas Finn
Siap bukkk/Bye-Bye/
Mas Finn
Terpanah nih mas kepin kitaa akwkw/Scream/
Cuaksss
Go kevinn!! tenangin malaikat kita/Panic/
Cuaksss
aihh bisa ae cindyy😘
Cuaksss
sedihnyoo, Semangat buat para cowo yg ketolak🫡
Cuaksss
modus😒
Cuaksss
Bukain dong kevvv
Cuaksss
GENDONG! GENDONG!!/Applaud//Curse/
Cuaksss
ringan apa rigan tuh/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!