Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2.1
Malam semakin larut, dan di dalam ruangan kecil ini hanya terdengar suara napas teratur Lian dan Zephyr yang sudah tertidur lelap. Aku menatap wajah mereka.
Ini pertama kalinya aku melihat mereka tidur dengan begitu tenang. Saat kami masih menjadi budak, Lian sering gelisah di malam hari, mungkin karena trauma atau rasa takut. Sementara Zephyr, dia selalu terbangun karena tubuhnya yang kelelahan akibat kerja yang berlebihan.
Tapi di tempat ini, mereka bisa benar-benar beristirahat tanpa merasakan kembali kekhawatir itu.
Aku mengalihkan pandangan ke bola cahaya yang ada dihadapanku (sistem).
"Sistem, apa kamu bisa memberiku bakat pertanian. Sepertinya aku sangat membutuhkannya besok.
"Seperti yang Anda minta tuan..."
Aku langsung memilih pertanian kali ini. Aku sudah berjanji pada Lisa, jadi ini harus kulakukan. Aku tidak tahu apakah ini benar-benar akan membantu, tapi kalau tidak dicoba, aku tak akan pernah tahu.
Kepalaku terasa sedikit berdenyut, lalu tiba-tiba berbagai informasi tentang pertanian membanjiri pikiranku.
"Pengetahuan berhasil didapatkan" (sistem)
Kepalaku merasa dipenuhi banyak sekali hal yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan. Dengan ini aku bisa membuat pupuk dan kegiatan lainnya serta meningkatkan kualitas ladang mereka. Jadi itu bisa memudahkanku untuk melakukannya.
Aku menarik napas dalam. Sekarang aku sudah punya dasar yang lebih baik untuk membantu ladang di desa ini. Semoga ini bisa berguna.
Dalam pembuatan lumayan mudah, hanya saja aku kurang yakin kalau mereka memiliki bahan-bahan yang dibutuhkan. Tidak apa, besok aku hanya perlu meminta bantuan pada Lisa besok.
•••
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Lian dan Zephyr masih terlelap, tapi aku harus segera pergi ke ladang. Aku sudah berjanji dengan seseorang.
Di luar, desa sudah terlihat mulai hidup. Orang-orang terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Beberapa ada yang mengangkut hasil panen, sementara yang lain menata kayu bakar.
Saat aku sampai di ladang, pemandangan yang kulihat membuatku terkejut. Ada kerumunan besar, seperti sedang ada pertemuan penting.
"Raka, ternyata anak semuda kamu bisa bangun pagi juga," ujar suara dari belakangku.
Aku menoleh dan melihat Lisa tersenyum.
"Aku sudah terbiasa," jawabku. "Tapi, ada apa ini? Kenapa ramai sekali?"
"Tentu saja mereka semua menunggumu," Lisa terkekeh. "Aku memberitahu Pak Kepala Desa tentang idemu, dan ternyata kabarnya langsung menyebar secepat ini."
Tak lama, Pak Kepala Desa muncul dari kerumunan. Dia menghampiriku dengan senyum ramah.
"Jadi, pemilik ide itu adalah kamu, Nak Raka," katanya. "Karena ini menyangkut desa, aku meminta bantuan beberapa orang untuk membantumu."
Aku mengangguk. "Terima kasih, Pak. Ini akan sangat membantu."
"Bukan aku yang membantumu, justru kami semua yang terbantu. Kalau memang ide ini bisa mengubah ladang perkebunan kita, maka kami siap bekerja sama."
Aku menatap kerumunan yang sudah bersiap. Dengan tenaga sebanyak ini, pekerjaan akan lebih mudah dan cepat.
"Kalau begitu, mari kita mulai," ujarku.
•••
Langkah pertama adalah menyiapkan lubang sebagai media penguraian. Karena kami membutuhkan banyak pupuk, maka kami membuat beberapa lubang yang berukuran sedang dibanding satu lubang besar. Orc membantu menggali lubang dengan kedalaman sekitar 2 meter, memastikan tanahnya cukup gembur untuk proses fermentasi alami.
Setelah lubang siap, kami mulai mengumpulkan bahan-bahan organik:
• Sisa sayuran dan buah yang sudah membusuk
• Daun-daun kering
• Sisa panen seperti kulit singkong
• Kotoran hewan sebagai sumber nitrogen
• Serbuk kayu untuk menjaga kelembapan
Semua bahan dipotong menjadi bagian kecil agar proses penguraian berlangsung lebih cepat. Kemudian, bahan-bahan itu dimasukkan ke dalam lubang, dicampur dengan tanah kemudian disiram air secukupnya agar kondisinya tetap lembap.
Serbuk kayu tak lupa kami tambahkan untuk membantu menyerap air dan menghilangkan bau. Dengan metode ini, pupuk yang dihasilkan nantinya tidak akan berbau menyengat.
Setelah semua tercampur merata, lubang ditutup dengan dedaunan untuk menjaga kelembapannya tetap terjaga dan mencegah gangguan dari serangan hama.
Setelah pupuk selesai diproses sambil menunggu semua terfermentasi dengan baik, kami beralih ke ladang. Tanaman yang sudah mati diganti dengan bibit yang baru. Masalahnya, sumber air terdekat ada di dalam hutan, sekitar 10 km dari desa.
Untuk mengambil air, butuh waktu dua jam perjalanan pulang-pergi. Ini membuat kami hanya bisa menyiram tanaman sekali sehari. Beruntung, para Orc membantu mengangkut air dengan wadah besar yang mereka bawa di punggung.
Aku berpikir, seandainya kami memiliki alat transportasi seperti gerobak atau pipa untuk mengalirkan air, pekerjaan ini akan lebih mudah.
Tertawa kecil (emang udah kebiasaan mc selalu ketawa klo punya ide, maklumin aja bre)
•••
Selain bertani, Orc dan beastman memiliki tugas lain untuk berburu. Dalam hal kecepatan, beastman sangat unggul serta kekuatan Orc digunakan untuk mengangkut hasil buruan, itu membuat mereka menjadi tim yang sempurna.
Setiap kali waktu panen, suasana malam akan sangat meriah, biasanya desa mengadakan makan bersama sebagai bentuk kerja sama. Di sini, tak ada perbedaan ras. Manusia, orc, goblin, dan beastman duduk bersama berbagi cerita dan menikmati makanan.
Aku merasa senang melihat Lian dan Zephyr berbaur dengan baik bersama mereka. Walaupun kami berbeda, mereka sudah seperti keluarga bagiku.
•••
Dua minggu berlalu.
Saatnya memeriksa pupuk. Proses penguraian seharusnya sudah berjalan dengan baik. Orc mengambil alih tugas ini karena tenaga mereka lebih kuat diantara semua ras.
Saat aku memperhatikan pengadukan pupuk, salah satu Orc mendekat dan bertanya, "Nak, bolehkah aku tahu darimana asalmu?"
Aku terkejut. Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu? Apa dia curiga padaku? Aku harus menjawab dengan tenang.
"Aku berasal dari timur," jawabku. "Kenapa?"
Orc itu, yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Korgo, mengangguk. "Aku hanya penasaran. Ini pertama kalinya aku melihat anak muda dengan pengetahuan seperti ini. Apa kamu ini seorang penyihir?"
Aku tersenyum tipis. "Ya, bahkan Pak Kepala Desa mengatakan hal yang sama."
Mata Korgo membesar. "Sampai Kepala Desa pun mengakuimu? Aku selalu mengira dia orang tua yang dingin."
"Dia ramah, kok. Mungkin kamu saja yang belum cukup dekat dengannya."
Korgo tertawa kecil. "Begitu, ya?"
Kami kemudian berjabat tangan.
Sekarang aku punya teman baru di antara para Orc. Rasanya, aku semakin dekat dengan desa ini.
itu typo ya, seharusnya seperti ini, aku ingin kita semua membangun sebuah desa di bagian sana atau belah sana
typo ya bang?
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang