Ratu Film Favorit Mr A

Di lantai dua sudut ruangan yang cerah, terdapat satu piano digital berwarna putih dengan tuts berwarna pink yang menambah kesan manis dan imut, ada seorang gadis yang mengenakan gaun dengan warna nada yang sama putih. Dan pita hitam dibelakang kepalanya.

Hari itu cerah dan hangat berbeda dengan jari-jari lentiknya yang bergerak gelisah, alisnya berkerut merasa tidak senang ketika melakukan sebuah kesalahan. Hatinya yang gelisah tidak bisa disembunyikan lagi.

Ayla menekan tuts yang salah lagi.

Nada piano yang biasanya menyenangkan dan menenangkan, menjadi tidak menarik dan tak enak didengar. Membuat siapapun tahu kalau sang pianis sedang tidak dalam mood yang baik.

Drttt

Merasa handphonenya bergetar, Ayla mengeluarkannya dari saku dan melihat nama dalam ponsel itu : Ibu Angkat.

Gadis itu menekan tombol jawab dengan acuh, suara dingin dan kesalnya semakin ketara ketika menyapa sang ibu angkat yang telah merawatnya selama dua puluh tahun, "Ada apa? Aku tidak ada waktu untuk meladeni omong kosong mu!"

Nadira mendengar suara marah Ayla tidak kesal sama sekali, dia malah tersenyum dan berkata dengan nada membujuk, "Jangan marah Ayla, ibu telepon kamu cuman mau minta uang. Keperluan rumah sudah habis."

Alis Ayla berkerut, "Bukannya sudah ku kirim uangnya? Kenapa kalian meminta lagi!"

Memberi makan serigala lapar ini benar-benar membuat dirinya merasa tidak nyaman, dia pikir akan lepas dari kedua orangtua menyebalkan ini. Ternyata sama saja, mereka memegang bukti kejahatannya. Ayla harus meladeni semua keinginan mereka.

"Sudah habis, lagipula Elara sudah memutuskan hubungan dengan kita, seharusnya kamu memberikan kami kompensasi kan?" tanya Nadira dengan sedikit nada sarkasme.

Nadira persis tahu sifat sebenarnya gadis ini, dia telah merawatnya selama dua puluh tahun. Apa yang tidak dia ketahui tentang Ayla? Semua kejahatan dan kekejaman yang Ayla lakukan ada berada ditangannya. Awalnya Nadira ingin mendidik Ayla seperti dirinya, hanya dia tidak menyangka Ayla melampaui dirinya. benih jahat yang ditanamnya sudah menjadi pohon besar yang kokoh.

"Apa? Kenapa kau tidak memberitahuku!" Ayla berteriak dengan marah, membuat siapapun merinding melihat wajahnya yang marah. Karena sangat jelek untuk dilihat.

Nadira memutar bola matanya malas, "Apa gunanya aku memberitahumu? kau selalu sibuk nak, telfon dariku baru kau jawab sekarang kan?"

Sebenarnya Nadira ataupun Gilang jelas sering menghubungi Ayla kemarin, hanya saja anak ini sangatlah sibuk melakukan kegiatannya. sehingga tidak ada waktu untuk menjawab telepon yang menurut Ayla tidak penting.

Mendengar alasan yang masuk akal, Ayla berdecak kesal, "Baiklah, apa dia memberimu kompensasi juga?"

Nadira melirik kotak kecil yang berisi uang, kotak milik Elara yang diberikan kepadanya. uang dalam kotak itu masih banyak, "Hanya beberapa ratus ribu, setelah itu dia pergi. Anak ini benar-benar tidak berbakti sama sekali!"

Tapi demi mendapatkan uang yang lebih banyak, Nadira rela berbohong kepada anak angkatnya, dia harus mengisap darah Ayla setiap incinya.

Tiba-tiba teringat sesuatu, dengan malas Ayla melanjutkan pertanyaannya, "Kamu tahu atau tidak, siapa suami Elara?"

"Aku tahu rupanya tapi aku tidak tahu namanya, " ucap Nadira dengan sedikit ragu-ragu, dia sedikit mengingat pria liar yang dibawa Elara kemarin. Jika dia bukan suaminya siapa yang peduli? Bertaruh saja! Dapatkan uang lebih banyak.

"Siapa?" ucap Ayla dengan tidak sabar.

"Hei, tambahkan uang dulu untuk mendapatkan informasi penting."

Ayla melakukannya dengan cepat, mengirimkan uang kepada ibu angkatnya lebih banyak dari jumlah biasanya. Melihat jumlah uang yang dikirimkan anaknya. Nadira merasa dalam suasana hati yang baik.

Dia lalu melanjutkan perkataannya, "Auranya begitu dingin, elegan dan penuh misteri. dia memiliki wajah dengan rahang yang tegas, kulit cerah, dan mata tajam. Sekilas terlihat seperti seorang ceo dalam perusahaan yang besar. Karena dia mengenakan setelan jas formal."

"Dia selalu memasang wajah datar yang menakutkan, tapi ketika melihat Elara dia akan melembutkan ekspresinya. Seperti hanya Elara yang ada dimatanya." ujar Nadira dengan mengingat penampilan dan momentum pria yang dibawa Elara.

Mendengar deskripsi sosoknya saja Ayla sudah tahu, Elara bukan menikah dengan pria botak yang cabul. Atau sosok mesum yang hanya memanfaatkan para gadis lugu.

"Apakah ada lagi?" tanya Alya dengan sabar.

Nadira berpikir keras, lalu menghela nafasnya, "Sepertinya aku kemarin melihat mobil yang dikendarai adalah Rolls-Royce Ghost Hitam Matte, yang dinikahi Elara kali ini jelas bukan orang sembarangan."

Tidak mau mendengarkan lebih lanjut, Ayla langsung menutup teleponnya membuat Nadira berdecak kesal melihat tingkah laku anak angkatnya. Semakin kesini Ayla semakin berani bersikap kasar kepadanya!

"Sial-sial! Sepertinya Elara dapat laki-laki yang lebih baik dari Daffa, gak! Elara gak boleh lebih baik dari aku!"

Rasa cemburu, iri dan ingin merebut apa yang dimiliki orang lain begitu meluap dari diri Ayla, sampai ia buta dan melakukan cara apapun untuk mendapatkan apa yang dimiliki orang lain. Bahkan jika pencapaian tersebut berhasil. Masih ada rasa tidak puas. Keserakahan adalah hal yang menakutkan.

**

"Bagaimana persiapan mu?" tanya Fira dengan gugup. Sebagai agen yang membawa artis untuk Elara. Sebenarnya dia sangat khawatir akan pengaruh psikologi Elara, wanita itu memiliki banyak pembenci dimana-mana.

Elara menguap mengantuk mendengar Fira yang bertanya berkali-kali, dia dengan malas membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan berbicara dengan ponsel yang masih berada di telinganya, "Tenang saja, semuanya aman."

Fira menghela nafasnya lega, "Baiklah kita akan pergi bersama, jika jadwal mu sudah mulai sibuk. Kita akan mencari asisten kecil untukmu."

Tugasnya Fira hanyalah menerima kerjasama yang diajukan para brand, atau program tv lainnya. Tapi melihat Elara yang bahkan tidak memiliki asisten kecil, dengan sementara Fira melayaninya. Lagipula tidaklah sulit.

Sebelumnya jadwal Elara hanya datang untuk pemotretan iklan, jelas dimana tidak membutuhkan asisten kecil apapun. jika variety show ini berhasil dan membuat Elara diundang banyak acara, perusahaan akan memikirkan asisten kecil untuk Elara.

"Aku mengerti."

Setelah mengucapkan beberapa kata. Elara dan Fira memutuskan panggilannya, dia merasa sedikit geli karena dikhawatirkan oleh agennya. Jika itu dulu. agennya hanya akan mencari acara yang cocok untuknya dan menyerahkan semua kepadanya, tapi hal yang paling Elara suka dari Fira. Dia bertanya dulu kepada artisnya mau ikut acara tersebut atau engga. Tidak ada kesan memaksa. Jarang-jarang sekali ada agen memikirkan perasaan artisnya.

Elara yang sudah mengantuk perlahan-lahan menutup matanya, dia mencari posisi nyaman dan mulai melakukan tidur siang. Hari ini tidak melakukan apapun tapi besok adalah hari yang sibuk, dia harus memanfaatkan waktu luang ini.

Melihat Nyonya mereka mulai melakukan tidur siang, kepala pelayan menelfon Tuan Arkan dan melakukan laporan. Ada pekerjaan tambahan untuk kepala pelayan, melaporkan setiap saat apa yang dilakukan Nyonya mereka kepada tuannya, jika bos mereka tidak ada di dekat Nyonya.

...----------------...