Karena pertempuran antar saudara untuk memperebutkan hak waris di perusahaan milik Ayahnya. Chairil Rafqi Alfarezel terpaksa harus menikahi anak supirnya sendiri yang telah menyelamatkan Dirinya dari maut. Namun sang supir malah tidak terselamatkan dan ia pun meninggal dunia setelah Chairil mengijab qobul putrinya.
Dan yang paling mengejutkan bagi Chairil adalah ketika ia mengetahui usia istrinya yang ternyata baru berusia 17 tahun dan masih berstatuskan siswa SMA. Sementara umur dirinya sudah hampir melewati kepala tiga. Mampukah Ia membimbing istri kecilnya itu?
Yuk ikuti ceritanya, dan jangan lupa untuk memberikan dukungannya ya. Seperti menberi bintang, Vote, Like dan komentar. Karena itu menjadi modal penyemangat bagi Author. Jadi jangan lupa ya guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KOTAK BEKAL CINTA.
Keesokan harinya.
Jam setengah enam pagi Widiya baru terbangun. Baginya itu sudah sangat kesiangan. Karena biasanya ia terbangun pada jam empat pagi, agar ia bisa sholat tahajjud dan dilanjutkan dengan sholat subuh. Namun kali ini ia malah terlambat bangun, mungkin karena kemarin ia begitu capek menghadapi peristiwa yang bertubi-tubi yang tak pernah ia bayangkan sama sekalipun.
Ya betapa tidak, dalam sehari ia harus menghadapi peristiwa kematian Ayahnya. Ditambah lagi, di hari yang sama ia sudah berstatuskan menjadi istri orang yang tak ia kenali. Hal itu membuat ia merasa frustasi. Sehingga malamnya ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Jadi wajar saja kalau paginya ia bangun kesiangan.
"Haiiis... Kenapa harus kesiangan sih? Mana belum sholat subuh lagi!" Gerutu Widiya, sambil membereskan tempat tidurnya. Kemudian ia langsung berlari ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya. Dan tak lama kemudian, ia sudah kembali ke luar. Dan segera melaksanakan kewajibannya.
"Nggak papa kesiangan dikit, yang penting kewajiban harus tetap dilakukan." Gumamnya, seraya ia memakai mukenanya. Dan ia pun melaksanakan sholat subuhnya. Setelah selesai, ia langsung mengambil baju seragamnya.
"Aah... Mendingan Aku sekolah saja deh. Dari pada dirumah, harus bertemu dengan orang yang tak tahu diri itu. Lebih baik bertemu dengan Mirna dan Andin. Yaa walaupun mereka sering membully Aku, tapi itu lebih baik menurutku." Gumamnya lagi. Seraya ia memakai baju seragamnya, lalu dilanjutkan dengan pemakaian hijabnya. Setelah selesai ia pun langsung bergegas ke pintu bermaksud ingin keluar.
"Eh, tunggu dulu. Aku harus melihat situasi diluar dulu." Gumamnya, lalu ia pun membuka pintu kamarnya sedikit saja. Bermaksud ingin mengintip agar ia mengetahui situasi diluar. Namun baru saja ia membuka pintu kamarnya, ia sudah dikejutkan oleh wajah Chairil yang sudah sejajar dengan posisi wajahnya yang sedang mengintip.
"Lagi mengintip apa hm? Apakah kamu sedang mengintip suami kamu yang tampan ini, hm?" Tanya Chairil sambil ia menaik turunkan alisnya yang tebal. Melihat hal itu otomatis, Widiya langsung berteriak karena saking kagetnya.
"Kyaaak!!" Teriaknya, dan langsung ingin menutup pintu kamarnya kembali. Namun ditahan oleh kaki dan tangannya Chairil.
"Mau apa sih kamu?!" Bentak Widiya yang begitu kesal. Karena Chairil selalu saja menggodanya.
"Mau ngajak kamu sarapan." Balas Chairil dengan santai.
Mendengar kata sarapan, mata Widiya langsung melirik kearah meja makan, yang kebetulan tak berapa jauh dari kamarnya. "Eh... Aku tidak laper!" Katanya masih terdengar ketus. Namun nada suara sudah lebih rendah. Dan disaat ia baru saja mengakhiri perkataannya, tiba-tiba saja perutnya berbunyi. Hal itu membuat Chairil langsung tertawa.
"Hahahaha... Ternyata perut kamu lebih jujur ya?" Katanya, membuat wajah Widiya langsung memerah karena malu.
"Ah, sudahlah lebih baik Aku berangkat sekolah saja!" Kata Widiya mengalihkan rasa malunya. Dan ia pun langsung bergegas hendak pergi ke sekolah. Namun belum lagi ia menggapai pintu, tiba-tiba saja tangannya sudah ditarik oleh Chairil.
"Eh! Apa yang kamu lakukan?! Aku mau pergi sekolah, sudah terlambat, tau!" Bentak Widiya, sambil menghentak-hentak tangannya agar terlepas dari jeratan tangan Chairil.
"Nanti Aku akan mengantar kamu. Tapi sebelum itu, kamu harus sarapan dulu." Balas Chairil masih menarik tangan istrinya, hingga sampai di meja makan. "Duduklah!" Katanya lagi terdengar tegas. Sehingga mau tak mau Widiya pun akhirnya menuruti perkataannya dan ia langsung duduk dengan wajah yang terlihat jutek.
Melihat istrinya telah duduk, Chairil pun ikut duduk. Lalu ia pun mengambil sepiring nasi berserta lauknya. Setelah itu, ia letakkan di meja, tepat dihadapan Widiya, seraya berkata "Cepatlah dimakan, kalau tidak ingin terlambat." Katanya terdengar datar. Setelah itu ia juga mengambil sepiring nasi untuk dirinya.
Awalnya Widiya masih tampak ragu-ragu. Namun setelah ia melihat Chairil memakan, makanannya dengan lahap. Akhirnya ia pun ikut makan juga.
"Hum... Enak juga, ternyata Dia begitu jago memasak ya? Tadi malam juga, Nasi goreng begitu enak. Padahal selama Aku berpikir tidak ada yang bisa mengalahkan rasa nasi goreng buatan Ayah. Tapi ternyata Dia bisa, bahkan melebihi dari Ayah." Batin Widiya sambil melahap makanannya. Sebenarnya ia masih merasa kurang. Namun gengsinya lebih besar, makanya ia lebih baik menyudahi makannya daripada Ia harus mengemis makanan pada Chairil.
"Saya sudah selesai!" Katanya seraya ia bangkit dari duduknya.
"Bawalah kotak bekal ini, untuk kamu disekolah nanti." Ujar Chairil, sambil menyodorkan sebuah kotak bekal kehadapan Widiya.
"Tidak usah! Karena aku tidak terbiasa membawa kotak bekal." Balas Widiya, lalu ia pun bermaksud pergi dan mengabaikan kotak bekalnya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba tas ransel ditarik oleh Chairil.
"Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus terbiasa. Sebab kotak bekal ini, bukan kotak bekal biasa. Tapi ini adalah kotak bekal cinta dari suami kamu yang tampan ini." Ujar Chairil, Seraya ia memasukkan kotak bekal tadi kedalam tas Ranselnya Widiya.
Widiya langsung bergidik setelah mendengar kalimat-kalimat terakhirnya Chairil. "Hiih... Narsis sekali ya Anda? Ah sudahlah saya terlambat!" Katanya ia pun langsung lari keluar rumahnya.
"Yunda tunggu! Aku akan mengantar mu!" Teriak Chairil, namun tak ada jawaban dari Widiya. "Huh! Dasar anak keras kepala!" Gumam Chairil, sambil meraih kunci mobilnya yang berada di atas meja tamu. Lalu ia pun keluar dari rumah dan langsung menghampiri mobilnya yang terparkir didepan rumah Widiya.
Sesampainya di sana ia langsung masuk ke dalam mobilnya. Dan tak berapa lama mobil pun mulai melaju dengan perlahan mengejar Widiya yang terlihat masih berlari-lari di pinggiran jalan.
"Masuklah, Aku akan mengantar kamu." Katanya setelah mobil sudah sejajar dengan Widiya.
"Tidak usah! Saya mau naik Bus saja!" Balas Widiya tampak menoleh kearah Chairil.
"Mau naik sendiri, atau aku yang turun dan menggendong kamu masuk. Gimana hm?" Ancam Chairil.
Mendengar ancaman dari Chairil, Widiya pun akhirnya menghentikan langkahnya. Lalu dengan keterpaksaan akhirnya ia masuk ke dalam mobilnya Chairil.
"Huh! Dasar pria Arogan! Suka sekali sih memaksa orang!" Gerutunya, terlihat kesal.
"Makanya jadi anak penurut, kalau tidak mau dipaksa." Balas Chairil, yang ternyata ia mendengar gerutuan dari Widiya. Mendengar itu Widiya hanya melengus saja.
"Humms!"
Bersambung
┈┈••✾•◆❀◆•✾••┈┈
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys. Kasih bintang, Like, Vote, dan komentar, kalau suka dengan novel baru Author ini, oke? Syukron 🙏🏻
thor prasaan dkit bngt dah up ny, ga terasa/Grin/
double up kk/Grin/
prsaan trsa dkit ya mmbca krya tiap bab ny/Grin/.
brhrap ada double up, triple up. pisss hny brcnda tpi smga diwujudkn/Grin/