Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
“Ahaa…,” Ardan menjentikkan jari, sebuah ide muncul di benaknya. Senyumnya mengembang. Ardan tahu, susah baginya untuk Ia memenangkan hati pria tua ini.
“Biar saya bantu berpikir….” Ardan mengetuk-ngetuk jari di dagunya.
Tuan Radit mendengus kesal, menyandarkan punggung, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menunggu apa yang akan keluar dari mulut Ardan.
“Harta? Tidak mungkin. Harta Anda sendiri cukup banyak. Dan Anda tidak butuh itu.” Pujian setinggi langit Ardan layangkan, membuat Tuan Radit sedikit melayang. Semua orang juga tahu dia kaya. Tapi tak ada yang berani memujinya secara terang-terangan. Kebanyakan mereka hanya berbasa-basi dan mencari muka. Tampaknya pemuda ini benar-benar tahu cara mengambil hati.
“Perusahaan…? Huhh, bahkan mengelola perusahaan sendiri saja Anda sudah kewalahan. Apalagi Anda semakin tua.” Nada bicara Ardan sedikit mengejek.
Tuan Radit mengepalkan tangannya. Pemuda di hadapannya sungguh meremehkan dirinya. Ia merasa bagai gelas kristal yang dijatuhkan dari ketinggian. Tapi dia masih diam meskipun wajahnya sedikit merah.
“Menyerahkan pada Winda? Huhh, itu lebih tidak mungkin lagi. Dia saja memilih bekerja di perusahaan orang lain yang kapasitasnya lebih kecil. Alasannya? Mencari pengalaman. Konyol! Apa putri Anda itu tidak bisa berpikir, lebih baik mengembangkan usaha sendiri daripada membuat kaya perusahaan orang lain?”
Tuan Radit semakin geram, tangannya terkepal kian erat. Namun, ia tidak bisa menyangkal kata-kata pemuda itu. Semua tepat sasaran. Apalagi ia belum bisa meraba, apa yang akan ditawarkan oleh Ardan. Pemuda ini terlalu pintar berteka-teki.
“Kalau begitu,...” Ardan memetik jari dengan wajah berbinar. “Bagaimana jika saya berjanji akan memberikan Anda cucu laki-laki yang lucu, sehat, dan pintar? Dengan begitu, dia bisa menjadi pewaris Anda.” Ardan mengedipkan mata. Bukankah idenya sungguh brilian?
Tuan Radit terbelalak dengan mulut terbuka lebar. Wajahnya memerah. Pemuda ini, apa dia tidak merasa terlalu blak-blakan? Jujur saja sih,,, ia merasa tergiur. Tapi,,, “Kau kira aku bodoh? Kalau pun kalian punya anak, pasti akan kau jadikan pewarismu sendiri,” Tuan Radit menyahut dengan nada sinis, matanya menatap Ardan dengan sorot mata penuh rasa tidak percaya.
Ardan memajukan kepalanya, hingga kini posisi wajahnya berada di atas meja, membalas tatapan Tuan Radit penuh percaya diri. “Kalau begitu kita buat kesepakatan. Cucu pertama akan jadi pewaris Anda. Saya kasihan pada Anda yang sudah sering sakit pinggang.”
“Kau!!!” Tuan Radit tak bisa lagi menahan geramnya. Dadanya turun naik, jari telunjuknya mengarah pada wajah Ardan. Pemuda ini benar-benar…
Ardan menggenggam jari Tuan Radit. “Pikirkan lagi, Papa mertua.”
Tuan Radit menatap mata Ardan penuh selidik. “Bagaimana kalau kau ingkar?” Pria itu benar-benar tergiur oleh bualan Ardan.
“Itu tidak akan terjadi. Saya adalah pria sejati.”Ardan menepuk dadanya. “Seorang pria sejati tak akan ingkar janji.” Ardan meyakinkan. “Saya bisa pastikan, cucu pertama untuk Papa. Soal saya? Gampang. Saya dan Winda bisa membuat anak lagi.” Ardan tersenyum percaya diri.
“Kau yakin?” Tuan Radit masih sedikit ragu.
Ardan mengangguk mantap. “Jadi, deal? Papa merestui kami?”
Tuan Radit memicingkan matanya. Percaya diri sekali pemuda ini, bahkan sudah berani memanggilnya Papa. Tapi apa boleh buat. Kepalanya mengangguk tanpa kompromi.
“Lalu, kapan kalian akan menikah?” Akhirnya restu pun turun.
“Kemarin Aku dan Winda berencana dua minggu lagi, dan sudah terpotong dua hari. Berarti dua belas hari dari sekarang.” Ardan menjawab santai. Bahkan bahasanya tak lagi formal.
“Apa?? Kamu gila ya?!” Tuan Radit secara spontan berdiri dari kursi kerjanya sambil menggebrak meja. Reaksi yang sudah diduga oleh Ardan sebelumnya. “Ini pernikahan Putri tunggalku, dan aku butuh persiapan maksimal. Seenaknya saja kamu menentukan waktu yang tinggal 12 hari lagi!!” dua tangan pria tua itu terkepal, wajahnya memerah dengan dada turun naik.
“Tenang dirimu, Papa mertua.” Ardan membantu pria itu untuk kembali duduk. “Jangan sampai darah tinggi Papa kumat. Nanti Papa tidak bisa melihat Winda melahirkan seorang bayi lucu.”
“Aku yang akan mengatur semuanya. Papa dan mama hanya perlu mempersiapkan diri.” Ardan berusaha menenangkan calon mertuanya.
Tuan Raditya mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali.
“Mahar apa yang Papa minta untuk Winda?” tanya Ardan setelah melihat Tuan Raditya lebih tenang.
“Kami pikirkan saja sendiri! Putriku adalah sesuatu yang paling berharga bagiku. Jadi harus sepadan.” Tuan Radit menjawab kesal.
“Baiklah, lihat saja nanti.”
***
Ardan keluar dari ruang kerja Tuan Radit dengan senyum penuh kemenangan. Awalnya Ia hanya ingin merebut apa yang menjadi milik Johan, hingga ia menyelidiki semua tentang Johan, dan ia melihat Winda sebagai pacar Johan tidak seperti wanita-wanita Johan lainnya. Lalu ia pun mencari informasi tentang Winda, dan juga keluarganya.
Sebagai seorang putri dari pengusaha kaya raya, Winda tidak seperti putri pengusaha lainnya yang bersikap sombong dan angkuh. Sebaliknya, Winda bahkan bersusah payah bekerja di perusahaan lain menggunakan kemampuannya sendiri tanpa koneksi. Ardan juga melihat Winda hidup sederhana selama ini bahkan tinggal di apartemen yang tergolong murah.
Secara pribadi tanpa memikirkan dendamnya pada Johan, Ardan sudah tertarik pada Winda dan berniat untuk memiliki Winda. Ia tidak rela gadis sebaik Winda jatuh ke tangan Johan yang brengsek.
Tentang Tuan Raditya Kusuma, Ardan juga sudah mencari tahu. Dari orang kepercayaannya Ia mendapat informasi, Tuan Raditya sudah berulang kali meminta untuk Winda menikah, bahkan pernah menjodohkannya dengan anak seorang kolega.
Akan tetapi Winda selalu menolak dengan alasan belum ingin dan belum menemukan pria yang cocok. Sementara Tuan Raditya sudah lama merasa iri pada sahabat-sahabatnya yang sudah memiliki cucu, apalagi dengan usia Winda yang saat ini sudah dua puluh enam tahun. Ia tidak mau putrinya dianggap tidak laku.
Dan… binggo. Siasat Ardan benar-benar jitu.
***
“Ada apa sih Pa?” Nyonya Karina menggamit lengan suaminya yang menatap kepergian mobil Ardan dengan tatapan tak rela.
“Tidak ada apa-apa Ma. Papa hanya,,, sebenarnya Papa masih kangen dengan Winda. Tapi dia cepat sekali kembali ke kota sebelah.”
Nyonya Karina tersenyum lalu menggandeng tangan suaminya mengajaknya kembali masuk ke dalam rumah. “Mama sebenarnya juga, Pa. Tapi apa boleh buat.” Nyonya Karina menghilang nafas pelan. “Tapi mama senang, akhirnya Putri kita setuju juga untuk menikah.” Tampak wanita itu tersenyum bahagia.
Sementara itu, Tuan Radit tampak mendengus kesal. Merasa geram jika teringat pembicaraannya dengan Ardan malam kemarin. “Kurang ajar. Pemuda itu benar-benar pintar untuk memanipulasi dan mencari kelemahan lawan. Bisa-bisanya aku langsung setuju begitu saja.” Tuan Radit bergumam dalam hati. Namun, sejenak kemudian tampak lelaki tua itu tersenyum tipis.
“Tidak ada lelaki sepertinya. Jika itu orang lain, pasti mereka akan menawarkan harta benda atau kedudukan. Tapi pria ini berbeda. Dan, walaupun baru pertama kali aku berjumpa dengannya, melihat interaksinya dengan Winda, aku tahu dia tulus menginginkan Winda, terlepas dari sikapnya yang ketus ketika mereka bersama.”
“Papa kenapa sih? Sebentar kesal, sebentar tersenyum. Papa kesambet, ya?” Nyonya Karina tampak mengerutkan kening melihat setiap perubahan raut wajah suaminya.
“Tidak ada apa-apa, Ma. Papa hanya senang, mungkin sebentar lagi kita akan menjadi kakek dan nenek.” Tuan Radit menarik tubuh istrinya ke dalam pelukan.
Dengan bahagia karena menyadarkan kepala di dada bidang suaminya. “Mama juga bahagia, Pa. Semoga pernikahan ini membuat Putri kita bahagia.”
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
🤔
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah