NovelToon NovelToon
Tinta Darah

Tinta Darah

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Mengubah sejarah / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:393
Nilai: 5
Nama Author: Permenkapas_

terlalu kejam Pandangan orang lain, sampai tak memberiku celah untuk menjelaskan apa yang terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Permenkapas_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kedua teman baru

Oline termangu mendengar kisah sang paman, selama ini ia mengira ayahnya orang yang kejam, Oline menilai buruk sifat ayahnya tanpa tahu penyebab ayahnya menjadi seperti itu.

“Lalu siapa laki-laki berhodi yang katanya selalu mengawasiku?”

“Aku masih menyelidiki siapa orang itu, secepatnya!” ucap Bara yakin.

Sebenarnya Bara tidak betul-betul yakin dengan kalimat yang dia lontarkan tadi, tetapi agar tidak membuat Oline menjadi cemas dia harus bisa meyakinkan Oline. Lelaki itu seperti belut yang sangat licin, bahkan Bara harus mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari lelaki misterius itu.

“Luka-luka di tanganmu cukup banyak juga,” ucap Bara mengagetkan Oline.

Buru-buru Oline merapatkan sweeter yang sedang ia pakai, Oline memang tidak pernah memakai baju lengan pendek karena lukanya pasti akan terpampang dengan jelas.

Tidak hanya di tangan, bahkan di sekujur tubuhnya terdapat bekas sayatan, dan Bara melihat bekas itu tepat di leher sebelah kiri Oline.

“Tidak perlu takut, aku juga punya. Lihat!”

Bara memperlihatkan goresan-goresan yang berada di tangan dan kakinya meski tidak sebanyak seperti yang Oline miliki. Oline tersenyum kecut. Oline beranjak hendak keluar dari ruangan Bara.

“Oline, ini seperti penyakit yang tidak bisa kita hindari. Tetapi jika kau mau mencegah maka aku akan membantumu melewati semua keadaan yang mungkin akan memaksamu melakukan hal yang tidak kamu inginkan nanti,” Kata Bara saat Oline hendak menutup pintu ruangannya.

Oline termangu, dan tanpa ekspresi dia menutup pintu kemudian berlalu pergi.

Di sekolah Oline semakin dekat dengan Devanka dan Vanya.

“Oline sekelompok sama aku yaa ....” ajak Vanya.

“Gak bisa! Oline harus sama aku!” ucap Devanka tegas.

“Loh gak bisa dong, Oline 'kan duduk sama aku jadi otomatis dia harus satu kelompok sama aku,” ucap Vanya tak terima.

Devanka menatap Vanya tak suka, Vanya membalas dengan melotot balik ke arah Devanka. Sedangkan Oline yang berada diantara Vanya dan Devanka hanya bisa mendengar perdebatan mereka.

“Bagaimana kalau kita bertiga aja,” ucap Oline menengahi perseteruan panas mereka.

“Gak!” jawab Vanya dan Devanka bersamaan.

Oline terkejut mendapat serangan yang begitu mendadak, dia diam seribu bahasa dan tak ingin lagi mengeluarkan pendapatnya apa lagi suaranya.

Vanya dan Devanka tetap saja saling melotot satu sama lain, hingga membuat Oline jengah lalu meninggalkan mereka berdua. Oline pergi ke perpustakaan mencari buku materi untuk kelompoknya nanti, meski dia tidak tahu harus berkelompok dengan siapa, karena sang guru hanya menyuruh satu kelompok terdiri dari dua siswa saja sedangkan di kelas semua siswa berjumlah 37 orang.

Karena tidak tahu materi apa yang akan di bawakan kelompoknya, Oline bergegas ke ruang wali kelas sambil mengajukan pendapat untuk Devanka bergabung dengannya dan Vanya.

Awalnya wali kelas nampak keberatan, tetapi setelah di pertimbangkan beliau kemudian menyanggupi permintaan Oline.

Oline tersenyum bahagia, dia keluar dari ruang wali kelas setelah mengucapkan terimakasih.

Oline kembali menemui Vanya dan Devanka yang masih setia dengan perdebatan mereka.

“Kita satu kelompok!” ucap Oline tegas.

“Tapi ....”

“Aku sudah bilang ke wali kelas dan beliau menyanggupinya,” potong Oline cepat.

Oline kembali meninggalkan mereka berdua yang hanya mematung melihat tingkah Oline.

“Oline, tunggu!” teriak Vanya mengejar Oline.

Devanka nampak tak senang, mungkin karena ada Vanya yang selalu mengganggu dirinya dan Oline ketika berdua. Tetapi mau bagaimana lagi? Oline juga tidak keberatan dengan keberadaan Vanya.

Mereka bertiga belajar di perpustakaan kebetulan hari ini ada kelas kosong tepat sebelum jam pulang sekolah.

Oline tidak terlalu fokus dengan tumpukan buku-buku di depannya, pikirannya berkelana, dia masih sangat penasaran tentang sosok itu, benarkah lelaki misterius itu yang membunuh Zola? Lalu apa motifnya sehingga dia melakukan semua itu? Lantas apa dia juga membunuh Ibu Hesti? Oline bingung dia menerka-nerka semuanya.

“Siapa dia? Kenapa dia mengikutiku? Lalu bagaimana paman bisa tau kalau lelaki itu selalu menguntit diriku?” pikirnya.

“Aku harus bertanya padanya nanti setelah pulang sekolah,” tekadnya.

“Oline!” teriak Vanya di telinga Oline sambil mengguncang pundaknya.

Oline terkejut, dia gelagapan melihat keduanya temannya yang menatap dirinya datar.

“Maaf.”

“Mikirin apa sih?” tanya Vanya menyelidik.

Oline menggeleng.

“Yaudah, kalau gak mau cerita. Ayok pulang semua orang sudah pulang, buku materinya lebih baik kita bawa pulang saja, besok kan hari libur. Gimana kalau kita belajar kelompok di rumah Oline,” ucap Vanya mengusulkan pendapatnya.

“Ide bagus,” jawab Oline tak keberatan.

“Besok jangan lupa datang ya,” ucap Oline antusias sambil merapikan buku-buku yang berserakan di mejanya.

Devanka hanya terdiam memandangi punggung Oline sampai dia tak terlihat lagi.

“Kamu gak mau pulang? Aku duluan yaa ....” ucap Vanya kepada Devanka sambil berlalu pergi.

Devanka menatap Vanya dengan misterius kemudian tersenyum sinis. Devanka kemudian beranjak meninggalkan perpustakaan yang sebentar lagi di tutup oleh penjaga.

Oline menelusuri jalan setapak, melewati tengah sawah seorang diri, melihat burung-burung berkicauan di atas pohon randu tepat di samping sebuah gubuk peristirahatan para petani. Semua orang yang melihat Oline tersenyum ada pula yang menyapanya, beda jauh dengan tempat tinggalnya dulu, jangankan menyapa melihat Oline mereka seakan buta dan tak memperdulikan keberadaannya.

Sungguh pemandangan yang indah menurut Oline.

Sudah satu Minggu Oline tinggal di sana, sudah banyak orang yang tahu bahkan mengenalnya, semua orang sungkan terhadapnya karena semua orang tahu Oline adalah keponakan dari Bara, seorang pria yang mereka hormati di desa tersebut.

Bara sudah berdiri di depan gerbang menunggu kedatangan Oline, raut wajah kekhawatirannya tidak bisa di sembunyikan. Karena Oline baru seminggu berada di sana dan sekarang ia berani pulang sendiri tak mau di antar oleh sopir pribadi yang Bara sewa hanya untuk Oline.

“Lain kali jangan pulang sendiri!” ucap Bara tegas saat Oline baru saja sampai di depan gerbang.

“Tetapi aku hanya ingin melihat pemandangan dan ingin lebih dekat dengan penduduk di sini,” jawabnya sambil menunduk, menyembunyikan raut ketakutannya.

Bara menghela nafas dan memegang kedua pundak Oline.

“Kau baru seminggu di sini, tidak ada orang yang benar-benar baik di dunia ini Oline. Bagaimana jika ada orang yang mencelakaimu di tengah jalan.”

Oline terdiam mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Bara.

“Aku tidak mau terjadi apa-apa kepada makhluk kecil,” ucapnya melunak.

Bara meninggalkan Oline yang termangu sendiri.

“Besok bangun lebih pagi jika ingin ke pasar bersama Bibi,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya.

Oline tersenyum, baginya besok adalah hari yang sibuk, dia harus mengatur alarm di jam bekernya dan bersiap untuk tugas kelompoknya esok hari.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!