Ratu Primora Anastasia, harus menghadapi kenyataan, bahwa suaminya membawa selir dari perjalanan perangnya.
Seolah kurang untuk menyakitinya, selirnya juga sedang hamil.
Usia pernikahannya yang memasuki 5 tahun saja tidak membuahkan seorang pewaris.
Kejadian demi kejadian akhirnya membuatnya harus diturunkan tahtanya.
Primora yang memiliki harga diri yang tinggi, tidak akan menerima semua ini dengan sia sia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Masih di dalam istananya, Primora mengerjakan semuanya sendiri dibantu asistennya.
Kaisar itu licik dan suka memerasnya.
"Yang Mulia harus beristirahat." Baroness Ines, memberikan nasehatnya.
"Sebentar lagi Baroness. Ini akan selesai sebentar lagi."
Dalam seminggu ini, para utusan negara juga akan datang.
Primora tidak bisa seperti ini. Dia bekerja keras saat ini karena dirinya masih menjabat ratu. Kalau Robert suatu hari nanti ingin mengganti dirinya. Maka dia akan lepas tangan untuk semua ini.
***
Esme sudah mendengar tentang perayaan Akbar tersebut. Dia akan merayu kekasihnya untuk bisa menghadiri acara tersebut.
"Pokoknya, bagaimana pun caranya, aku harus bisa datang ke acara perjamuan tersebut."
Esme bersikeras datang. Semua orang harus tahu, bahwa dialah pemilik hati Sang Raja. Orang yang memanjakannya.
Malam ini, seperti biasanya Robert datang ke istana tempat Esme tinggal.
"Yang Mulia..." dia datang dengan senyuman sumringah.
"Bagaimana kabarmu?"
"Rindu menunggu Yang mulia." Mulutnya cemberut begitu saja.
Robert kemudian menarik Esme kedalam dekapannya dan memeluknya.
"Bagaimana kalau seperti ini."
"Nyaman..."
Dia kemudian melepas pelukannya, "Ayo makan lebih dulu."
Robert tengah disibukkan dengan persiapan perjamuan tersebut.
"Mmm... Yang Mulia..."
"Kenapa?"
Esme ingin bilang dengan hati-hati, tapi Robert yang telah kelihatan lelah akan tersinggung kan. Jadi dia akan cari cara saja.
"Tidak Yang Mulia. Hanya suka memandang dan memanggil nama Yang Mulia saja."
Robert merasa diatas awan. Kata-kata Esme selalu manis untuknya. Seperti madu.
"Makan yang banyak."
Esme mengangguk.
Yah, dia harus mencari cara saja, lalu kalau disalahkan, dia akan melempar kesalahan nya untuk sangat ratu. Otak liciknya terus mencari cara.
***
"Hari ini Pangeran Daniel dari Barat akan datang Yang Mulia." Baroness Ines, memberi tahu Primora.
"Terimakasih Baroness."
"Tuan Kamalama dari Kerajaan Timur juga hadir sebagai delegasi."
Tamu-tamu penting sudah mulai akan datang hari ini. Semua kamar tamu telah dibersihkan agar bisa segera ditempati.
Karena sudah mendekati acara, Robert juga sudah mencabut larangan Primora keluar dari dalam istananya sendiri. Agar dia bebas bergerak kesana-kemari menyiapkan acara.
Esme juga melihat banyak pelayan yang lalu-lalang . Dia mendengus kesal sendirian. Dia kini memang diabaikan, tapi lihat saja nanti, semua orang akan menyanjungnya.
Dari jauh terlihat Primora berjalan di iringi oleh para dayangnya.
Esme segera menghampiri Primora.
"Tuan Kamalama adalah seorang pedagang, tempatkan di kamar tamu yang menghadap banyak cahaya matahari. Dia suka bangun pagi karena menjadi kebiasaan. Kehadiran cahaya matahari selalu menjadi penanda hari telah datang."
"Baik Yang Mulia."
Primora sudah kenal Kamalama dari jauh sebelum dia menjadi Ratu. Dia adalah seorang pedagang muda yang kiat bekerja. Dia terkenal dengan kekayaannya. Banyak yang ingin menjalin kerjasama dengannya, karena matanya pandai menilai barang jual.
"Pangeran Daniel adalah pangeran kedua, dia pemalas dan suka bangun siang, kamar yang memiliki sedikit pencahayaan akan disukainya."
Sudah 5 tahun, Primora menyiapkan ini semua, jelas bahwa dia sudah hafal tamu-tamu yang datang.
"Halo Ratu..."
Primora mendengar suara dari arah belakangnya. Suara wanita yang menyebabkan dia kehilangan salah satu pelayan setianya.
Ekspresi langsung berubah tajam.
Esme pandai menilai situasi.
"Saya lihat Yang Mulia Ratu sangat sibuk. Kalau Ratu butuh bantuan, saya siap membantu."
Primora melangkah kedepan dengan aura mengintimidasi. Wajah kaku nya itu berguna saat seperti ini.
Esme entah bagaimana memundurkan langkah kakinya.
"Tugasmu hanya satu. Diam saja ditempat!" Kata Primora, kemudian dia segera berbalik dan pergi.
Esme tampak sangat kesal. "Lihat saja nanti!"
Banyak tatapan pelayan seperti menghinanya. Tetapi dia belum bisa bertindak. Robert sedang sibuk, kalau dia menganggu hanya karena urusan ini dia bisa marah besar. Tapi kemarahannya yang cepat datang itu juga bagus untuk sumber malapetaka bagi rumah tangganya dengan sang Ratu juga.
Pelayannya, Daru berbicara, "Yang Mulia harus sabar... Ratu juga sedang sibuk. Bukankah bagus, dia bekerja sementara Yang Mulia bisa bersantai-santai."
Kata-kata Daru membuat Esme langsung senang. Benar, Ratu yang terlibat bekerja keras itu malah terlihat seperti pembantu. Sementara dirinya yang duduk diam bukankah tinggal memberi perintah.
Daru, sang pelayan sepertinya cukup tahu kalau Esme adalah wanita kesayangan Raja. Selama dia menjadi kesayangan Raja, dia bisa mendapatkan apa saja. Itulah yang ingin dimanfaatkan Daru.
"Benar, ayo kembali saja ke kamar. Di luar panas dan gerah. Aku ingin makan-makanan manis."
"Baik Yang Mulia." Daru sengaja memanggilnya yang mulia, bukan Nona, membuat Esme berada diatas awan.
setuju 👍
semoga ini bs bikin semangat othorr untuk up lg 😍😍😍😍
love se kebon thorr