Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.
itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.
Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal perubahan
Hari ke 2 sebelum kedatangan tim bantuan.
Beberapa orang sibuk lalu lalang pada gudang di belakang kediaman Tuan Daniel. Banyak barang yang mereka angkut mulai dari makanan pokok seperti beras dan tepung serta telur dan beberapa ikan air tawar yang biasa didapatkan dari sungai setempat.
Mereka mengangkutnya secara bertahap pada sebuah kereta sapi yang telah terparkir tak jauh dari sana. Ny. Vivi bertanggung jawab mencatat dan memastikan kalau barang yang mereka bawa tidak kurang dan lebih.
Barang itu sengaja dibeli untuk meminimalisir pengeluaran gudang utama desa untuk memenuhi kebutuhan warga desa.
Ny. Vivi terus mencatat dan memperhatikan hingga mereka selesai mengangkut dan pergi. Ny. Vivi duduk di sofa sambil membolak-balik halaman catatan.
Tok tok
Suara pintu diketuk dari luar.
"Sayang.." panggil Tn. Daniel yang segera disambut dengan bahagia oleh istrinya.
Mereka duduk di sofa bersama. Tn. Daniel menyandarkan tubuhnya dengan santai.
"Bagaimana dengan barang yang mereka beli?" tanya Tuan Daniel.
"Semuanya sudah diangkut sesuai permintaan dan sedang diantar ke rumah warga." jawab Nyonya Vivi lalu diam sejenak sebelum melanjutkan, "Aku dengar kemarin ada pengelana yang lebih dahulu datang. Apa benar?"
Tn. Daniel tersenyum pada istrinya dan mengelus rambutnya. "Mereka bukan petualang yang kita undang."
"jika bukan lali siapa mereka?" tanya Nyonya Vivi heran.
"Aku bertemu mereka saat akan kembali ke desa. Awalnya aku curiga dengan mereka karena pakaian yang mereka kenakan memang aneh, tapi mereka langsung bertanya apakah aku berasal dari desa ini dan mengatakan kalau mereka merasakan kalau ada salah satu dari warga yang terkena energi hitam. Mereka bermaksud membantu kami jadi aku membawanya kepada Senja dan benar saja mereka berhasil membantu kami." jelas Tuan Senja.
"Aku turut senang."
Krit krit
Klara turun dari lantai atas, berjalan dengan langkah gontai. Matanya agak membengkak, rambut kusut, dan tidak terlihat bersemangat.
"Papa.. Kapan Klara boleh bertemu Kak Danu lagi?" tanya Klara sambil bersandar dengan manja pada kaki Tuan Daniel.
"Klara kepingin ketemu Kak Danu ya?~" tanya Tn. Daniel dengan nada menggoda.
"Iya, Klara pingin."
"A... Sayang sekali. Klara udah gak bisa jenguk lagi..." goda Tuan Daniel lalu pergi ke kamar mandi meninggalkan Klara yang terlihat Shok.
"hue... Kenapa Klara gak boleh, papa?" tanya Klara sambil mengikuti ayahnya, meta emasnya bulatnya tampak berkaca-kaca.
"Papa..?"
"Papa? Pa..."
Klara merengek, mengikuti Papa nya yang masuk ke dalam kamar mandi dan sengaja tidak memberi tahukan kebenarannya. Dia menggedor pintu kamar mandi berkali-kali sampai terdengar seisi rumah.
Dor Dor dor
"uweh... Mama.." panggil Klara yang telah berputus di depan pintu kamar mandi. Nyonya Vivi yang awalnya hanya menonton menjadi tidak tega karena Putri kecilnya yang bersedih.
"Cup cup.. Sudah sini sama mama saja." panggil Nyonya Vivi sambil berdiri di ujung ruangan.
Klara mendekat dan memeluk mamanya. Nyonya Vivi menggendong Klara meski agak kesusahan. Dia membawa Klara ke sofa dan duduk di sana, menepuk-nepuk punggung Klara dengan lemah lembut.
"wha.... His he... Hehe... Hiks.."
Klara menangis sesenggukan dan mau berhenti meski sudah ditenangkan oleh mamanya, meski telah diceritakan yang sebenarnya kalau Danu telah sembuh.
Tuan Daniel keluar dari kamar mandi dengan mengenakan baju mandinya dan tidak menyangka kalau Klara masih menangis bahkan sampai tubuhnya dipenuhi keringat.
"Sayang..., cepat ke sini lihat anakmu gak mau diam. cepat!!" teriak Nyonya Vivi dengan geram -sudah 30 menit dia mencoba menenangkan Klara.
"Iya maaf.." Tuan Daniel mendekatkan kepalanya pada Klara, lalu mengelus kepala anaknya yang mungil, "Papa tadi cuma bercanda nak.. Kak Danu kan sudah sembuh.. Jadi ya bukan jenguk tidak bisa jenguk lagi.."
Tangisan Klara mereda perlahan meski masih sedikit sesenggukan, menatap ayahnya dengan tajam. Klara turun dari pangkuan mamanya dan berteriak. "Aah..... Klara benci. Klara benci papa." sambil memukul-mukul Tuan Daniel yang terlihat senang melihat reaksi lucu anaknya.
Sampai Klara meraih tali pengikat baju mandinya, kini gantian Tuan Daniel yang berteriak.
"Aaah.. Klara, papa minta maaf, jangan tarik.. Klara..!! Hey talinya udah mau lepas sayang..." pinta Tuan Daniel pada istrinya untuk membantu, "Klara udah jangan tarik.. Klara!! Nanti ular naga papa lepas..!! Klara!!"
Klara tidak menanggapi dan menariknya dengan kuat dengan pipi yang telah memerah karena marah.
Tak lama kemudian Nyonya Vivi berdiri dan berjalan ke kamar sesaat kemudian dia menyerahkan 2 set pakaian dan sekotak bekal pada Tuan Daniel.
Tuan Daniel keheranan. "Loh.. Tidak perlu 2 set juga. aku kan tidak akan kemana-mana." tanyanya dan segera merasakan firasat buruk saat melihat ekspresi Nyonya Vivi yang menggendong Klara, menatapnya seperti iblis.
3 menit kemudian,
"2 hari ini kamu tidur di luar!!" sentak Nyonya Vivi sambil membanting pintu dari dalam, meninggalkan Tuan Daniel yang masih termenung.
"ha?" pikirnya dengan bingung.
...........
Di balik kabut hitam pekat yang tidak mengizinkan sedikit cahaya masuk ke dalamnya. kumpulan hewan dengan mata merah menyala mengitari sebuah pusaran kegelapan.
Dalam pusaran tersebut, muncul kilatan cahaya keunguan, mengeluarkan suara berdesir, dan sesekali menggelegar.
Pusaran itu menarik partikel-partikel kecil disekitarnya. Rerumputan merunduk mengikuti arah pusaran yang pekat itu, terlihat layu dan kering.
Kabut hitam menutupi cahaya yang masuk, membuat sebagian besar tumbuhan layu dan menyisakan beberapa pohon yang cukup tinggi hingga menonjol keluar kabut, bahkan ada beberapa yang berubah menjadi hitam karena terkontaminasi energi hitam dari pusaran itu.
pusaran itu semakin besar dan kuat secara bertahap, memperkuat daya tariknya yang awalnya menarik ranting-ranting yang telah patah, lalu semakin kuat dan mulai Manarik rerumputan, dan pada puncaknya menarik sebagian makhluk kecil yang berdekatan dengannya.
setelah cukup besar, pusaran itu berubah menjadi portal bulat seukuran orang dewasa.
Terlihat bayangan kesatria dari portal berwarna ungu itu.
Satu kaki sang dark knight keluar menimbulkan suara dentuman kecil dari tiap langkahnya.
Satu kesatria keluar, mengenakan armor sederhana berwarna hitam. Matanya berwarna ungu menyala memperhatikan sekitar dan mendapati makhluk-makhluk yang tercemar bersiap menyerangnya bersamaan.
Armor itu mengerang, membusungkan dada, mengepalkan tangannya seolah sedang menarik sesuatu dari dalam tanah.
"Aaaaaarhk..."
dari kakinya keluar kabur berwarna ungu tipis berdiameter 10 kaki, dari kabut itu keluar tangan dari mayat hidup dengan ukuran yang beragam dan mengaum dengan hebat ke seluruh penjuru hutan.
Memancing entitas bermata 6 keluar dari balik kabut hitam. Entitas itu mendekat hingga menunjuk tubuh serigala setinggi 4 meter didepan kumpulan mayat hidup.
Mereka saling menatap, seolah akan memulai merebutkan kekuasaan tertinggi.