Gadis cantik berpenampilan culun bernama Diana sarasvati, dia sudah beberapa kali pindah sekolah karena ada sesuatu yang tidak menyenangkan. Banyak sekali siswa laki-laki di sekolah lamanya yang menyukainya karena kecantikannya, dan membuat dia dimusuhi oleh teman wanitanya. Untuk menghindari hal tersebut dia merubah penampilannya menjadi culun, dan menjadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Ternyata di sekolah baru bukan menyelesaikan masalah justru karena penampilannya yang seperti orang culun, banyak teman yang membullynya.
Ada seseorang teman laki-laki tampan namanya Galen Ray Suhendra. Dia salah satu siswa yang mau berteman dengan Diana, dan membela Diana saat dibully.
Untung saja Diana siswa yang pandai, dan karena kecerdasannya itu mengharumkan nama sekolah. Dan semenjak itu dia mulai mempunyai teman banyak, walaupun masih ada yang tidak suka dan membully.
Mari kita simak bagaimana perjuangan Diana menghadapi teman- temannya, apakah Diana akan merubah penampilannya lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Culun Pinky
Diana menangis di bawah pohon dekat parkiran, karena kehilangan sepeda. Dia sudah bertanya ke semua orang yang lewat, tetapi justru ditertawakan. Ada juga yang mengatakan culun pinky pada Diana, karena outfitnya berwarna pink.
"Culun pinky, hahaha.... !" tertawa seorang siswa dengan keras.
Diana menundukkan kepalanya, sambil memainkan kedua jari-jari tangannya. Benar apa kata Mamah Airin, mengunakan barang berwarna pink akan membuatnya semakin diejek.
Saat Diana hendak pulang dengan berjalan kaki, banyak siswa lainnya berkumpul di bawah pohon. Mereka semua berdiri sembari melihat sesuatu di atas pohon tersebut, Diana pun ikut dalam kerumunan itu. Ternyata mereka semua melihat sepeda berwarna pink digantung di atas pohon itu.
"Sepedaku!" teriak Diana ketika ikut melihat ke atas.
Diana hendak memanjat pohon itu untuk mengambil sepedanya, dia sudah menyibakkan rok sekolahnya. Ray datang dan menarik tangan Diana yang sudah memegang pohon itu, tanpa banyak bicara Ray memanjat pohon mengambilkan sepeda milik Diana.
Setelah sepeda Diana berhasil diturunkan oleh Ray, semua siswa yang berkumpul di bawah pohon itu berteriak ada juga yang membantu Ray.
"Hebat ya culun pinky bisa dapet perhatian Ray, padahal Siska yang cantik ditolak," kata seorang siswa.
Siska kebetulan berada disebelah siswa itu, dia langsung menjambak karena tidak terima. Keributan pun terjadi antara siswa itu dan Siska. Tidak ada yang melerai keduanya, justru siswa lain bersorak ada yang membela Siska dan siswa itu.
"Hentikan!" teriak Diana berdiri di tengah-tengah pertengkaran itu.
"Gak usah ikut campur lu, culun pinky," kata Siswa itu.
Tangan Diana ditarik oleh Ray, agar menjauh dari pertikaian itu. Ray marah pada Diana karena kesal, Diana yang begitu peduli dengan orang yang sudah berbuat jahat kepadanya.
Ray menyuruh Diana untuk segera pulang saja, soalnya Ray juga mau pulang. Soalnya kalau tidak ada yang membela, Diana bisa dibully habis-habisan oleh siswa lain. Apalagi sekarang Diana sudah mendapatkan julukan culun pinky, dari salah satu siswa yang suka membully juga.
Diana pulang dengan mengayuh sepeda sambil bernyanyi, sesekali ia membenarkan kaca matanya yang melorot. Ray mengikuti Diana dengan mengendarai mobilnya, dia memperhatikan Diana sambil tersenyum.
Saat berhenti di lampu merah, Ray sengaja membunyikan klakson mobilnya sehingga Diana kaget dan menoleh ke belakang sambil menatap tajam Ray. Diana lalu turun dari sepedanya, dan meminta Ray membuka kaca mobilnya. Dia kesal dengan Ray, sudah membuatnya kaget.
"Galen, buka kacanya!" teriak Diana sembari memukul kaca mobil Ray.
Lampu menyala hijau, sehingga membuat Ray membunyikan klakson lagi. Diana diteriaki oleh orang yang mengendarai mobil dibelakang mobil Ray, sehingga membuatnya segera menepi.
Ternyata Ray mengikuti Diana sampai dirumahnya, dia ikut masuk ke dalam rumah Diana dan bertemu dengan Mamah Airin.
"Ray, kebetulan kamu datang kesini. Belanjaan kamu masih ada di sini lho," kata Mamah Airin saat membuka pintu.
"Suruh masuk dulu napa, Mah," kata Diana.
Mamah Airin mengajak Ray masuk kedalam rumah, sedangkan Diana masih mematung di depan pintu sembari menggelengkan kepalanya. Diana menyusul mereka masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu dan menuju ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya.
Diana lupa kalau ada Ray dirumahnya, dia tidak mengikat rambutnya lagi dan melepas kacamata besarnya sehingga membuat Ray melihat kecantikan Diana yang sesungguhnya. Jauh dari kata culun, Diana sangat cantik, berkulit putih, hidung mancung.
"Nah! begini baru anak Mamah, kelihatan cantik kalau begini," kata Mamah Airin saat melihat Diana datang.
"Gak usah ngeledek, Mah," kata Diana.
Mamah Airin lalu berpamitan hendak menyiapkan makan siang, dia hendak menghangatkan lauk yang dibuatnya tadi.
Ray menatap Diana, tatapan itu begitu dalam membuat Diana malu sendiri dan hendak meninggalkan Ray. Wajah tampan Ray membuatnya salah tingkah, dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.
Jarang sekali ada orang seperti Ray, sudah tampan baik dan selalu sopan dengan siapapun orang yang dia jumpai.
"Galen, aku bantu Mamah dulu ya," kata Diana.
"Sejak kapan kamu bantuin Tante Airin? biasanya juga tinggal makan kan," ucap Ray membuat Diana terdiam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Ray, Diana tidak pernah membantu Mamah Airin.
"Tiap hari juga...
"Duduk aja sini! gak usah malu-malu," sahut Ray memotong ucapan Diana.
Ray masih tersenyum sambil menatap Diana, membuat gadis itu menundukkan kepalanya.
Teriakan Mamah Airin kali ini menyelamatkannya dari tatapan Ray, Diana merasa sangat lega, bisa bernafas dengan tenang. Diana langsung berlari menuju ke ruang makan, ternyata dia disuruh oleh Mamah Airin mengajak Ray makan.
Setelah mereka berada di ruang makan, Mamah Airin berpamitan hendak pergi arisan di tempat tetangga. Kini di rumah itu tinggal Diana dan Ray, membuat Diana sangat canggung.
"Galen, kenapa dilihatin aja! makan dulu, masakan Mamah enak kok," kata Diana tidak tau mau bicara apa.
"Sudah pernah makan masakan Tante Airin," kata Ray.
"Oh... " ucap Diana.
Diana mempercepat makanya, dia makan dengan rapi dan sangat berbeda ketika berada di sekolah. Di sekolah Diana kalau makan selalu belepotan, pokoknya sifat culunnya keluar. Banyak teman-temannya yang tidak mau berteman dengan Diana, sampai sekarang temannya yang mau dekat hanya Ray.
Ray menjadi penasaran dengan Diana, sejak awal bertemu dengan Diana baru kali ini melihatnya berpenampilan berbeda.
Selesai makan Ray mengajak Diana untuk belajar bersama, kebetulan mereka juga ada tugas dari sekolah.
"Ray, kamu gak dicariin sama Mamah atau Papah mu?" tanya Diana.
"Papah kerja, Mamah pergi dari rumah," jawab Ray dengan jujur.
"Kenapa pergi?" tanya Diana yang ingin tau.
"Papah nikah lagi sama wanita yang seumuran dengan kita," kata Ray.
Diana langsung meledek Ray, membuat Ray kesal dengan Diana lalu berpamitan pulang. Padahal mereka belum jadi mengerjakan tugas.
"Galen, maafkan aku ya? tadi gak beneran kok," ucap Diana.
"Jangan dibahas lagi! ingat jangan panggil aku Ray lagi," ujar Ray kemudian melangkahkan kaki keluar dari rumah Diana.
Diana menatap kepergian Ray, dia bingung dengan kesalahan yang dibuatnya apa. Padahal Diana tadi hanya mengatakan enak punya Mamah masih muda.
Kucing yang diberi biskuit oleh Diana datang lagi, kucing itu langsung menempel di kali Diana membuat Diana merasa geli. Dia tau kalau kucing itu kelaparan, kemudian Diana menyuruh kucing itu menunggu dulu. Diana masuk ke dapur untuk mengambil makanan, dan diberikan pada kucing itu.
"Kucing, kembalikan biskuit Mamah yang kamu makan! ini aku ganti ayam goreng," ucap Diana sembari mengelus-elus bulu kucing itu.
"Diana!" teriak Mamah Airin yang baru datang dari arisan.
jangan ngancam donk ray
jangan di sembunyikan dan di zholimi mulu ....