Tidak pernah terbayang jika malam yang dia habiskan bersama pria asing yang memberinya uang 1M akan menumbuhkan janin didalam rahimnya.
Salsabila, gadis cantik berusia 26 tahun itu memutuskan merawat calon anaknya seorang diri. Selain tidak mengenal ayah dari calon anaknya. Rupanya pria itu sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.
Mampukah Salsabila menghadapi kerasnya hidup saat dia hamil tanpa suami?. Apalagi dia hamil diluar nikah!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Bila 2
Setelah perdebatannya dengan Salwa. Azka memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mencari Bila. Berbekal gambar wajah yang dia dapat dari rekaman CCTV, Azka yakin dia akan segera menemukan Bila.
Sementara, dirumah Dirga, pria paruh baya itu juga mencari tahu apa yang terjadi pada putranya. Seperti kecurigaan sang istri, Dirga yakin ada hal yang ditutupi oleh Azka. Dia sudah menyuruh Andre mencari tahu masalah Azka. Dan ia yakin, sebentar lagi, bawahannya itu akan memberikan informasi.
"Aku sudah menunggumu dari tadi!," ucap Dirga saat melihat kedatangan Andre.
Pria itu tampak mendengus kesal, "Kita sudah tua. Dan kau masih saja bersikap seperti saat muda. Seharusnya kita sudah pensiun kalau saja putramu mau meneruskan bisnis Ayahnya!."
"Hei, aku menunggumu bukan untuk mendengar ocehanmu. Bersabarlah sedikit, Saga masih harus menyelesaikan sidang skripsinya. Setelah dia menjadi sarjana, tugasmu akan berakhir. Dan kau bisa pensiun!."
Andre menyodorkan map cokelat pada atasannya, "Kenapa tidak meminta Alvin saja yang menyelidiki hal ini. Alvin sangat dekat dengan Azka!."
"Justru karena mereka dekat, aku yakin putramu tidak akan berpihak padaku!."
Andre terdiam, benar juga. Putranya, Alvin adalah sabahat Azka. Tidak mungkin dia mau membuka mulut karena dia bekerja untuk Azka.
"Siapa wanita ini?."
"Namanya Salsabila. Dia berusia 26 tahun. Gadis itu tinggal di Panti Asuhan Kasih Bunda."
Dirga tampak mengamati wajah gadis itu. Rasanya, wajah itu tidak asing baginya. Tapi ia lupa pernah melihatnya dimana.
"Apa yang terjadi antara dia dengan Azka?."
"Aku tidak tahu awal mulanya. Namun, direkaman CCTV apartemen putramu. Azka menggendong gadis itu. Sepertinya dia tidak sadarkan diri!."
Perkataan Andre terjeda, dan Dirga tahu jika Andre ingin mengatakan sesuatu, "Lalu?."
"Kejadiannya tepat dimalam pertunangan Azka dengan Salwa!."
Dirga memijat kepalanya, bagaimana bisa dimalam pertunangannya, Azka justru membawa gadis lain ke apartemennya.
"Mereka--!," lagi-lagi Andre menjeda ucapannya. Hal itu membuat Dirga menatap asisten pribadinya dengan tajam.
"Jangan setengah-setengah kalau bicara. Kamu membuatku kesal saja!."
Andre menatap Dirga tak kalah tajam, "Ya sudah, aku pulang saja!."
"Hei, jangan ambekan. Seperti perempuan haid saja!."
"Semakin tua, kau semakin menyebalkan. Bagaimana bisa Gita tahan hidup denganmu!."
Dirga melotot, "Wah, kau membuatku emosi. Kita ke lapangan saja, ayo!."
Andre berdecak, "Sudahlah. Kamu mau mendengar informasi yang aku berikan atau tidak?! Jangan bercanda terus. Aku harus segera pulang, Ana sudah memasak masakan kesukaanku!."
"Ish, kau selalu tidak asyik. Ya sudah, lanjutkan!."
Andre menyodorkan sebuah flashdisk kepada Dirga. Pria itu langsung paham dan menamcampakkan benda itu di laptopnya. Terlihat rekaman saat Azka membawa gadis itu masuk kedalam apartemen. Selebihnya suasana terlihat gelap karena Azka tidak menghidupkan lampu apartemennya. Hanya terdengar langkah kaki, hingga suara pintu yang terbuka.
"Apa yang terjadi selanjutnya?," tanya Dirga. Karena rekaman CCTV itu pasti berhenti sebab dikamar Azka tidak ada CCTV.
"Kau akan tahu selanjutnya!."
Mata Dirga membulat saat telinganya mendengar nada indah dua insan.
"Kau pasti tahu apa yang mereka lakukan!."
Dirga mengepalkan tangan, bagaimana bisa Azka mengkhianati kepercayaannya. Dia tidak pernah mengajarkan putra-putranya hal seperti itu. Se*ks before merried. Ia sungguh kecewa pada putra sulungnya.
"Kau yakin Azka memberinya uang yang banyak!"
"Bagaimana bisa kau menyimpulkan seperti itu?."
"Panti Asuhan itu sebelumnya memiliki masalah dengan kepemilikan tanah. Pemilik asli meminta mereka pindah jika tidak mampu membelinya. Namun sehari setelah kejadian malam itu, tanah tersebut sudah resmi menjadi milik panti. Kau mengerti maksudku, kan?."
Dirga mengangguk, "Kau boleh pulang. Selanjutnya akan menjadi urusanku!."
Andre segera meninggalkan ruang kerja Dirga kini pria itu tampak melamun, dia merasa gagal menjadi seorang ayah.
"Loh, Andre sudah pulang ya?," tanya Gita, perempuan itu membawa nampak berisi minuman dan cemilan.
"Baru saja!," nada datar yang keluar dari mulut suaminya membuat Gita paham jika sudah terjadi sesuatu.
"Apa Andre membawa informasi mengenai gadis itu?."
Dirga menyodorkan map yang Andre bawa pada Gita. Namun ia tidak memberi tahu perihal suara indah putranya dengan gadis bernama. Salsabila tersebut. Ia tak mau membuat istrinya sedih dan merasa gagal menjadi seorang ibu.
"Gadis ini cantik sekali. Apa hubungannya dengan Azka?!," tanya Gita pada sang suami.
"Aku tidak tahu. Tapi sepertinya, hubungan mereka cukup serius!."
Gita menatap suaminya, "Bagaimana bisa Azka malah bertunangan dengan Salwa jika dia menjalin hubungan serius dengan wanita lain!."
Dirga menghela nafas, "Sebaiknya kita memanggil Azka. Dia harus menjelaskan semuanya pada kita. Masih ada waktu sebelum pernikahan digelar. Setidaknya, Salwa tidak terlalu tersakiti jika Azka tidak jadi menikahinya!."
Gita mengangguk, dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Azka.
"Eh, mati!." ucap Gita saat ponselnya tidak bisa dihidupkan. Beberapa hari ia tidak memeriksa ponselnya, karena dia sibuk mempersiapkan pernikahan Azka. "Sayang, aku pinjam ponselmu saja!." Dirga memberikan ponselnya pada Gita. Kemudian wanita itu langsung menghubungi putra sulungnya.
Berselang 25 menit, akhirnya Azka datang. Dirga langsung memerintahkannya duduk. Azka yang merasa seperti terdakwa yang akan diadili, memiliki firasat tidak baik.
"Ada apa Ayah dan Bunda memanggilku kemari?."
"Jelaskan apa hubunganmu dengan gadis bernama Salsabila!."
"Salsabila?," tanya Azka heran.
"Gadis yang kamu bawa ke apartemenmu dimalam pertunanganmu dengan Salwa!."
Deg
Ucapan Dirga tak hanya membuat Azka terkejut, tapi juga Gita. Dirga sejak tadi tidak mengatakan apapun pada istrinya.
Kenapa Ayah bisa tahu tentang malam itu. Atau jangan - jangan, Ayah tahu semuanya. Bathin Azka.
"Kenapa diam? Kamu memingat sesuatu?."
"Mas, sebenarnya apa terjadi?," tanya Gita penasaran.
"Apa aku bisa memintamu keluar sebentar. Aku ingin bicara berdua dengan Azka!."
"Tap--!," Gita akhirnya keluar dari ruang kerja Dirga saat melihat tatapan suaminya yang begitu tajam.
Sepeninggal Gita, Dirga mendekati putranya.
"Berdiri!."
Belum benar benar berdiri, Azka langsung tersungkur karena Dirga memberikan pukulan yang tiba-tiba.
"Kenapa ayah memukulku?."
Dirga tersenyum sinis, "Kau masih bertanya? Ayah rasa kamu bukan pria bodoh yang tidak menyadari apa kesalahanmu!."
Azka tertunduk, benar dugaannya. Dirga tahu semua yang terjadi.
"Apa ayah pernah mengajarimu untuk melecehkan perempuan?." Azka menggeleng
"Lalu kenapa kamu melakukan perbuatan hina itu? Kamu tahu, apa yang kamu lakukan adalah dosa besar!!."
Azka memberanikan diri menatap ayahnya, "Kamu sudah bertunangan, dan kamu akan segera menikah. Dimana pikiranmu saat itu, hah!! Kamu bahkan tidur dengan gadis lain dimalam pertunanganmu dengan Salwa!!."
"Aku punya alasan, Yah!."
"Apapun alasannya, kamu tetap bersalah. Kenapa memutuskan bertunangan dengan Salwa kalau akhirnya kamu menghianatinya? Mau jadi bajingan? Mau jadi playboy? Mau mempermalukan keluarga kita, iya?."
"Kenapa tidak mau mendengarkan penjelasanku dulu!! Aku tidak seperti yang ayah tuduhkan!," ucap Azka membela diri.
Dirga terdiam, dia menatap putranya seolah meminta penjelasan. Azka menghela nafas. Mau tidak mau dia harus menceritakan semuanya karena Dirga terlanjur mengetahuinya.
"Malam itu setelah kalian pulang. Aku menemui Alvin dan Redi. Tubuhku panas setelah meminum minuman di club. Aku memutuskan pulang dan tidak sengaja menabrak gadis itu. Aku tidak mungkin membawanya kemari. Jadi aku memutuskan membawanya ke apartemen!."
"Kamu bisa membawanya ke rumah sakit. Kenapa tidak berfikir kesana?," balas Dirga
"Yang aku pikirkan adalah mendinginkan tubuhku. Aku tidak berfikir apapun selain itu!."
"Lalu kau menidurinya?," tanya Dirga sengit
Azka berusaha menahan emosinya karena Dirga terus menyela apapun yang dia katakan. "Awalnya tidak. Tapi melihat tubuhnya yang indah, aku tidak bisa menahan diri. Aku pria normal apalagi aku dalam pengaruh obat. Tapi aku tidak serta merta melakukannya. Kami melakukannya karena sebuah kesepakatan!."
"Berapa uang yang kau berikan padanya?."
"1M!."
Bug
Dirga kembali melayangkan pukulan ke wajah Akza. Pria itu meringis karena sudut mulutnya langsung mengeluarkan darah segar.
"Kau memang bajingan. Aku jadi ragu, jangan-jangan putraku tertukar dirumah sakit. Aku tidak mungkin memiliki putra bejat sepertimu!."
"Aku tidak punya pilihan!! Apa ayah pikir aku tidak menahannya?. Aku sekuat tenaga menahannya. Tapi dorongan obat itu membuatku tidak mampu bertahan. Lagipula aku tidak memakainya dengan gratis, dia bisa hidup nyaman dengan uang yang aku berikan!!."
Ucapan Azka menyulut kemarahan Dirga. Darimana putranya itu memiliki pemikiran seperti itu. Sungguh tidak bertanggung jawab.
"Bre*sek!! Aku baru tahu jika pikiranmu selicik ini. Apa kau tahu, alasan gadis itu menerima tawaranmu?."
"Yang jelas demi uang!."
Bug
Bug
Dirga tidak mampu menahan amarahnya, mendengar keributan, Gita dan Saga langsung masuk kedalam ruang kerja suaminya.
"Mas, apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu memukul anak kita?," Gita langsung membantu Azka berdiri, sementara Saga berusaha menahan agar ayahnya tak lagi memukul abangnya.
"Yah, tenangkan diri ayah!."
Dirga duduk disofa. Raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan kekecewaan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?," tanya Gita dengan suara bergetar. Jantungnya hampir lepas kala melihat sang suami memukuli putra pertama mereka.
"Tanyakan pada putra bre*sekmu itu!!."
"Ka, sebenarnya ada apa?."
Azka tidak menyahut, bukan karena kesakitan akibat pukulan ayahnya. Tapi karena sakit hati Dirga membela perempuan itu daripada dirinya.
"Kau tahu? Uang yang kau berikan, dia gunakan untuk membeli tanah yang dia dan anak-anak lainnya tempati. Tempat mereka bertahan hidup, tempat mereka berteduh dan tempat mereka menata masa depan. Kau tidak tahu bukan? Jika gadis yang kau anggap hanya menginginkan uangmu adalah gadis yang berkorban demi masa depan banyak anak-anak yang tidak memiliki orang tua."
Gita dan Saga saling pandang, Gita bingung dengan perkataan suaminya. Tapi tidak dengan Saga yang langsung paham ke arah mana perkataan sang ayah. Sementara Azka sendiri masih bingung dengan yang ayahnya ucapkan.
"Dia gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah Panti Asuhan. Panti yang sebelumnya terancam tidak bisa mereka tempati lagi. Tapi berkat uang yang kau berikan padanya. Puluhan anak-anak panti bisa kembali menikmati hidup mereka. Terima kasih telah menyelamatkan hidup anak-anak yang kurang beruntung itu!."
Deg
Azka menatap ayahnya dengan lekat, tatapan kecewa yang bisa Azka lihat membuatnya semakin merasa bersalah. Apalagi di sudut mata pria itu sudah mengenang air mata yang berusaha ayahnya tahan.
Dirga meninggalkan ruang kerjanya dan langsung diikuti oleh Gita. Saga memandang Akza dengan tatapan kesal sekaligus iba.
"Kau lihat, Bang. Tidak semua yang kamu pikirkan benar, bukan? Dia memiliki alasan mulia dengan menerima tawaran tidur denganmu. Sekarang aku harap, kamu akan mengambil keputusan yang benar. Jangan membuat Ayah dan Bunda semakin kecewa padamu!."
semangat thor