Bagaimana rasanya jika tiba tiba-tiba kamu harus menikah dengan pria yang 10 tahun lebih tua darimu?
Seharusnya tidak masalah, bukan?
Tapi bagaimana jika pria itu adalah kakak sepupumu sendiri yang tumbuh bersama denganmu?
Seharusnya itu juga tidak masalah.
Tapi, bagaimana jika dia adalah tunangan kakakmu yg telah menjalin kasih dengan kakakmu selama 8 tahun?
Masih mau?
Elnaz Mikayla tidak punya pilihan selain harus menerima pernikahan dengan sepupunya sekilagus tunangan kakaknya sendiri.
Bagaiamana bisa?
Apa yang terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 11 - Pilihan Ku
"Aku..." baru saja Arfan berbicara, ia melihat Elsa yg datang, berjalan cepat menghampiri nya dan langsung bersimpuh di hadapan Arfan dengan berderai air mata.
"Fan, maafin aku... Aku mohon, kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon..." rengek Elsa dengan memagang erat kedua tangan Arfan "Ceraikan Elnaz, Sayang. Dia adik mu, aku yg kekasih mu, iya kan?" lirih nya.
Kedua orang tua Elsa pun menghampiri mereka saat mereka mendengar suara tangis Elsa.
Arfan menatap dua orang yg kini berstatus sebagai mertua nya itu "Fan, Elsa benar. Kamu dan Elnaz tidak saling mencintai, justru kamu dan Elsa lah yg saling mencintai. Tidak apa apa jika kamu menceraikan Elnaz dan menikahi Elsa, karena pernikahan mu dan Elnaz itu hanya sebuah kesalahan. Pernikahan tanpa cinta juga tidak akan berjalan bahagia, Fan. Apa lagi yg Elnaz nikahi itu tunangan kakak nya" tukas Malik. Ia menatap Arfan dengan penuh harap.
Arfan menarik tangan nya hingga terlepas dari tangan Elsa, kemudian ia menatap nenek nya, menggenggam tangan keriput nya dan mengecup punggung tangan nya.
"Aku memilih warisan mu, Nek. Aku janji akan menjadi suami yg baik untuk Elnaz, akan mencintai Elnaz dengan segenap hati ku. Akan mendukung Elnaz dalam setiap langkah yg ia inginkan dalam hidup nya, dan aku tidak ingin memilih wasiat mu. Aku akan bersama Elnaz selama nya. Dan aku hanya butuh doa restu, Nenek"
Arfan berkata dengan tegas dan percaya diri yg membuat hati Elsa semakin sakit dan sesak, bahkan ia kesulitan menarik nafas. Sementara kedua orang tua Elsa hanya bisa bersedih dan menyesali keputusan mereka yg mendukung Elsa pergi malam itu, dan bagaimana pun juga mereka tidak bisa memaksa Arfan karena mereka sendiri yg meng sah kan pernikahan Arfan dan Elnaz.
Sementara Elnaz, ia berdiri di ambang pintu sejak tadi. Elnaz memberanikan diri keluar dari rumah Arfan untuk pulang ke rumah nya dan mengambil Al Qur'an nya. Elnaz sendiri tidak tahu bahwa ternyata Arfan pergi kerumah nya dan berbicara dengan nenek nya.
Elnaz sangat terkejut saat melihat Elsa yg memohon dan bersimpuh dan depan Arfan, dan Elnaz sudah menduga Arfan pasti akan kembali pada Elsa karena mereka sudah menjalin kasih sejak lama. Tak pernah terbayang sedikitpun Arfan justru akan memberikan jawaban yg begitu menohok di hati Elsa. Dan jawaban yg sama pula, justru membuat Elnaz merasa di akui, di kasihi. Ternyata kakak sepupu nya itu tidak se buruk yg ia fikirkan. Tapi bagaimana jika semua itu hanya karena Arfan merasa kasihan pada nya?
Bagaiamana jika suatu hari nanti Arfan benar benar akan memilih Elsa dan meninggalkan Elnaz?
Elnaz tersenyum kecut dengan pemikiran nya sendiri, ia tahu bahwa diri nya hanya di anggap adik oleh Arfan dan begitu juga diri nya yg menganggap Arfan hanya seorang kakak.
"Elnaz???" seru sang nenek yg melihat Elnaz berdiri di ambang pintu "Kemarilah, ndok" seru nya dan Elnaz pun dengan langkah pelan dan ragu menghampiri sang nenek.
Arfan langsung menarik tangan Elnaz dan membawa nya duduk di samping nya.
"Sekarang Elnaz istri ku, dan...." Arfan menatap paman Sekaligus ayah mertua nya "Elnaz tidak menikahi tunangan kakak nya, Om. Tapi aku menikahi wanita pilihan ku" tegas nya yg membuat Elnaz terbelalak begitu juga yg lain, kecuali nenek tentu nya.
Ia tersenyum bahagia, dan langsung memeluk kedua cucu nya itu dengan penuh rasa bahagia. Walaupun Elnaz hanya bisa membisu karena ia tak mengerti apa lagi yg terjadi sekarang.
"Syukurlah, sekarang Nenek tenang dan bahagia, jika pun ajal menjemput Nenek saat ini juga, Nenek ikhlas" ujar nya.
Elsa masih duduk di depan Arfan dan ia hanya bisa menunduk dalam dan terus menangis. Melihat itu, Elnaz melorot turun dan ia memeluk kakak nya.
"Maafin El, Kak..." lirih nya dan ia pun menangis. Elsa menerima pelukan Elnaz bahkan membalas pelukan nya, kedua saudari itu menangis sesegukan "Maaf," lirih Elnaz lagi dan Elsa menggeleng. Ia melerai pelukan nya, memaksakan bibirnya tersenyum dan ia menghapus air mata adik nya itu.
"Ini bukan salah mu, El. Mungkin takdir nya memang seperti ini..." lirih Elsa "Jadi istri yg baik ya, kakak titip pria yg sangat cintai" lanjut nya dan Elnaz hanya bisa menangis tanpa mampu memberikan jawaban apapun.
"Kalian harus bisa menerima kenyataan ini, kalian semua..." seru sang nenek sembari menatap anak anak nya bergantian "Kenyataan nya sekarang adalah hubungan Elsa dan Arfan hanya sebatas sepupu dan Arfan adik ipar Elsa. Dan sekarang, Elnaz lah yg menjadi pasangan Arfan. Hargai itu dan jangan menyalahkan Elnaz lagi, karena bahkan nyamuk pun tahu bahwa Elnaz tidak bersalah" tegas sang nenek yg membuat Malik dan Isan terdiam.
"Sebaiknya sekarang kita pulang" ucap Arfan dan ia merangkul pundak Elnaz, membantu Elnaz berdiri.
"Aku mau mengambil Al Qur'an" lirih Elnaz.
"Biar aku yg ambilkan, ada yg lain?" tanya Arfan lembut dan Elnaz hanya menggeleng pelan.
Arfan segera bergegas ke kamar Elnaz dan mengambil Al Quran nya.
Setelah itu, mereka berdua pamit pulang. Elnaz terus menoleh dan menatap kakak nya yg masih berderai air mata. Ia merasa bersalah, namun Elnaz tidak tahu harus apa.
"Nenek bangga sama kamu, Nak" ucap sang nenek kemudian memeluk Elsa. Tangis Elsa semakin pecah di pelukan sang nenek "Ikhlas, ndok. Maka Allah akan mengganti nya dengan yg lebih baik"
.........
Sesampainya di rumah nya, Arfan melihat ibunya yg sedang memasak. Seketika ia teringat cerita nenek nya yg mengatakan Elnaz kelaparan di rumah Arfan.
Arfan membawa Elnaz masuk ke kamar mereka.
"Kamu mau sarapan apa pagi ini, El?" tanya Arfan lembut. Elnaz yg mendapati Arfan berbicara lagi dengan nya merasa tidak nyaman. Selama dua hari ini Arfan memperlakukan nya dengan begitu dingin, membuat ia merasa antara ada dan tiada.
"Kamu mau sarapan di luar?" tanya Arfan lagi karena Elnaz hanya terdiam.
Elnaz menggeleng, ia mengambil handuk dan pakaian ganti kemudian ia masuk ke kamar mandi.
Sementara Arfan hanya bisa menghela nafas berat, ia tahu ini tidak akan mudah bagi kedua nya. Walaupun Arfan telah menegaskan bahwa ia akan menjadi suami yg baik dan akan mencintai Elnaz sepenuh hati. Tapi Arfan masih tidak tahu bagaimana cara nya menjadi suami yg baik bagi Elnaz, bagaimana cara nya ia mencintai Elnaz sebagai istri dan bukan adik?
Dan Elnaz, gadis itu kembali menangis di kamar mandi. Namun kali ini ia berusaha tegar dan berusaha menahan air matanya.
"Semua pasti akan ada jalannya, Allah tidak pernah menempatkan hamba Nya di jalan buntu."
klu sodara sedarah pasti gitu, biar katanya kita benci, tapi tetep aja masih perduli n sayang di lubuk hati yg paling dalam sekalipun 🥹