 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Parubaya bernama Pak Darma Suseno itu menghentikan langkahnya kembali, setelah keluar dari ruangan Dokter. Putri sulungnya menghampiri, menatapnya penuh rasa tidak terima.
"Ada yang tidak beres dari otak putri Papah setelah dia siuman! Bagaimana bisa dia berani membantah ucapanku, jika dulu saja hanya dapat diam dan menangis!" Raisa menahan nafasnya dalam-dalam, mencoba tenang meski bantahan kalimat Rumi berputar dalam ingatannya.
Pak Darma masih terdiam untuk kesekian detik. Wajahnya tenang bak air danau, hingga lemparan batu kecil itu mengubah ketenangannya. "Semua orang bebas mengekspresikan apa yang dia rasakan! Dan tidak selamanya Rumi akan diam melihat sikap kolotmu!" Kecamnya.
Raisa semakin melotot. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa sang Ayah malah membela adik angkatnya ketimbang putri kandungnya sendiri. Sedangkan ia menghampiri Ayahnya demi untuk mencari perlindungan agar sang Ayah membelanya. Dan Raisa rasa, Ayahnya juga berlaku dingin. Entah apa yang terjadi dalam keluarganya itu.
Tak mempedulikan kemarahan sang putri. Pak Darma berlalu begitu saja. Sebagai sang Ayah, Pak Darma salah satu sosok manusia yang tidak begitu menyikapi masalah rumah apalagi hubungan satu-persatu keluarganya. Pria berusia 55 tahun itu lebih banyak diam. Menyepi. Bahkan selalu menolak untuk berbagi momen kehangatan yang tercipta.
Pak Darma seolah hidup dalam raga yang jiwanya telah mati.
Raisa menggeram lebih kuat. Kali ini kemarahannya tidak dapat terkontrol lagi. Namun begitu tangan Damar mengusap lengannya berapa kali, entah mengapa ia merasa sedikit tenang. "Mikirin Rumi membuat aku hampir gila!"
Damar hanya mampu mendesah dalam. Jika sudah begini, jalan satu-satunya hanya menawari kekasihnya itu untuk belanja. Raisa paling tidak bisa menolak kartu hitam ditangan Damar.
"Lebih baik kita belanja saja! Kau bilang ingin membeli tas terbaru? Ayo kita kesana, karena aku telah memesankannya untukmu."
Raisa seketika berbinar. Ia menoleh dan tiba-tiba mengecup singkat pipi Damar. "Kita pergi saja sekarang! Lama-lama disini aku bisa gila."
Damar mengangguk. Sedikit tersenyum lalu lengannya ditarik kembali oleh Raisa.
*
*
Sementara di ruangan ICU, Dokter baru saja tiba. Ia tampak serius memeriksa tubuh Rumi yang masih terlalu lemas.
Hanya ditemani Sang Ayah dan satu Maid dari rumah. Ayu yang berada dalam raga Rumi, menatap asing, diam, namun ia dapat merasakan kehangatan dalam jiwa Rumi yang hampir terkubur. Sering kali di abaikan, di acuhkan, bahkan tak pernah dianggap ada, Ayu dapat melihat kala Rumi sering diam-diam menangis sendiri di dalam kamarnya. Namun hari ini, entah mendapat dorongan dari mana, Pak Darman mau melihat keadaan putrinya.
"Tunggu 1 jam kedepan, baru setelah itu boleh di pindahkan!" Dokter tadi melepas stetoskopnya, menatap Pak Darma dengan serius.
"Baik, Dokter!"
Dokter wanita yang mengenakan jilbab ungu muda, kini menatap Rumi yang sudah berusaha ingin bangkit sendiri. "Jika belum terlalu kuat, jangan dulu di paksakan! Tidak boleh berpikir keras terlebih dulu. Lekas membaik, Rumi!" Dokter wanita itu tersenyum hangat. Yang mana Ayu rasa Dokter tadi adalah Dokter khusus yang merawat sakitnya Rumi.
Setelah kepergian Dokter, ruangan itu kembali hening. Ketiga orang didalam itu hanya mampu diam larut dalam pikiranya masing-masing.
Pak Darma duduk di sofa sambil membaca majalah yang tersedia. Meskipun pandangannya tampak serius, namun ia juga menyadari sikap aneh dari putri angkatnya itu. Tak halnya yang di rasakan oleh sang Maid. Pelayan tua itu bingung, bahwasannya ia kini tidak mengenali sikap lemah Nonanya. Seolah yang terbangun bukan lagi seorang Rumi.
"Kalau Non butuh sesuatu, bilang saja sama Bibik!"
Ayu hanya mampu mengangguk lemah. Ia yang memiliki sikap sopan, hanya mampu menatap segan, karena memang ia tidak mengenali siapa saja orang-orang tadi, kecuali suaminya-Damar.
***
Sementara di lain tempat, kini Damar dan Raisa masih dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan terbesar di kotanya. Wanita berusia 25 tahun itu masih menahan kesal, duduk diringi desahan nafas dalam.
Damar menoleh. Mengulas senyum tipis, lalu membelai sekilas wajah tirus kekasihnya. Bukan kekasih, lebih tepatnya selingkuhan.
"Hanya karena Rumi, kau masih kesal?"
Raisa berdecih. "Kau masih bertanya hanya karena Rumi?!" kesal Raisa memalingkan wajah sekilas. "Rumi sudah mulai membantah ucapanku, Damar!"
Pria tampan itu terkekeh tipis. Pas di pertigaan lampu merah, mobilnya berhenti. Ia sedikit menurunkan kaca mobilnya, menghirup udara sore yang begitu hangat.
"Ayah ... Hari apa Ibu akan melahirkan adik buat Anan?" Celetuk bocah kecil berusia 6 tahun yang memakai helm kecil, duduk didepan sang Ayah.
Pria muda seusia Damar, hanya mampu tersenyum dan begitu semangat untuk menjawab celoteh putranya. "Kenapa memangnya? Adnan sudah nggak sabar ya, punya adik?"
"Iya, Ayah. Nanti adik Anan akan Anan gendong," katanya sambil menunjukan gigi susunya.
Wanita hamil yang kini duduk dijok motor belakang, seketika menyambut obrolan kecil itu dengan senyum hangat.
"Ayah sayang sama Ibu?"
Pria tadi mengangguk dibalik helmnya. "Sayang banget! Ayah sayang Ibu, Adnan, sama calon adik yang di dalam perut."
Sungguh, bahagia yang tercipta begitu sederhana. Motor yang tidak begitu mewah, pakaian sopan tanpa merk terkenal, rupanya mampu menumbuhkan cinta, dan tidak semua orang bisa mendapatkannya, termasuk Damar saat ini.
Sejak tadi Damar hanya mampu menatap keluarga kecil tadi penuh luka. Entah mengapa bayangan saat pelatuk pistol itu ia lepaskan, kini berputar kuat bagaikan rekaman rusak yang tiada akhir.
Bayangan Ayu yang tengah menangis, menjerit kesakitan, bahkan hampir depresi karena siksaan yang ia serta keluarganya berikan setiap hari, kini semakin menyeruat dalam relungnya yang terdalam.
Padahal sejatinya, Ayu tidak pernah melakukan kesalahan fatal. Sebagai istri, meskipun tidak teranggap, Ayu tetap tabah menjalani hari-harinya sebagai pelayan. Meski begitu semuanya tidak cukup.
Entah dorongan dari mana, hingga kemurkaan berhasil mengalahkan akal sehatnya. Damar lagi-lagi dibuat gelisah akan kematian istrinya itu.
Dint!
Raisa menoleh kebelakang sekilas, lalu segera menyadarkan lamunan kekasihnya. "Damar, lampunya sudah hijau. Ada apa denganmu?!" Ucapnya menampakan wajah kesal.
Damar masih terdiam. Namun tanganya segera menekan gas, serta fokus kembali dalam kemudi.
Raisa tak mempedulikan itu. Ia masih teramat muak dengan perubahan adik angkatnya tadi. Suasana dalam mobil itu mendadak hening.
Damar masih teringat ucapan terakhir adiknya, sebelum Afan memutuskan pindah keluar negri.
"Baik, aku terima keputusan itu! Tapi ingat! Jika terjadi suatu hal menyakitkan kepada Ayu ... Kupastikan hidupmu hancur! Tidak peduli jika kau adalah kakakku!"
Pada saat itu Damar hanya terdiam. Kalimat ancaman itu terjabar begitu lugas, tenang, namun penuh kepemilikan yang tidak pernah tersampaikan.
Bagaimana jika Afan tahu jika Ayu sudah tiada. Dan bagaimana jika Afan tahu jika wanita yang begitu dekat dengannya itu kini hanya tinggal namanya saja.
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.