NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Bos Cassanova

Jerat Cinta Bos Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Kehidupan di Kantor / CEO / Percintaan Konglomerat / Menyembunyikan Identitas / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Stacy Agalia

Audy Shafira Sinclair, pewaris tunggal keluarga konglomerat, memilih meninggalkan zona nyamannya dan bekerja sebagai karyawan biasa tanpa mengandalkan nama besar ayahnya. Di perusahaan baru, ia justru berhadapan dengan Aldrich Dario Jourell, CEO muda flamboyan sekaligus cassanova yang terbiasa dipuja dan dikelilingi banyak wanita. Audy yang galak dan tak mudah terpikat justru menjadi tantangan bagi Aldrich, hal itu memicu rangkaian kejadian kocak, adu gengsi, dan romansa tak terduga di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Stacy Agalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Pertama di Antar Daddy

Audy Shafira Sinclair bangun dengan semangat yang berbeda pagi itu. Tangannya sedikit gemetar saat membuka laptop, memeriksa kotak masuk email, dan menemukan pesan yang sudah lama dinantikan:

“Selamat, Nona Audy Shafira, Anda diterima sebagai staf administrasi di Jourell Group. Kami menantikan kontribusi Anda mulai Senin, pukul 08.00.”

Audy langsung tersenyum lebar. “Aku diterima! Akhirnya perjuanganku yang tak seberapa ini membuahkan hasil,” gumamnya sambil menepuk kedua tangan ke dada.

Di ruang makan, aroma kopi hangat dan roti panggang sudah memenuhi meja. David Sinclair, ayahnya, sedang menyeruput kopi sambil membuka koran bisnis. Tanpa menatap putrinya, ia berkata, “Selamat pagi, Audyku. Ada yang ingin kau sampaikan?”

Audy mengangguk cepat. “Pagi, Daddy. Aku diterima di Jourell Group! Mulai hari ini aku resmi menjadi pegawai kantoran biasa.”

David menurunkan koran, menatap putrinya, lalu tersenyum tipis. “Begitu? Kau akhirnya memutuskan untuk merasakan dunia nyata. Bagus. Hari ini Daddy akan mengantarmu ke kantor. Hanya untuk hari pertama, tentu saja.”

Audy terkejut. “Daddy… tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Aku kan ingin merasakan kehidupan ‘rakyat biasa’ dari awal.”

David menyandarkan diri di kursi, menatapnya dengan alis terangkat. “Hanya untuk hari pertama, Audy. Setelah itu kau bisa kembali menempuh jalannya sendiri. Bukan kah dari TK hingga kuliah kau selalu Daddy antarkan jika hari pertama masuk?”

Audy menahan senyum. Ia tahu ayahnya selalu menemukan cara untuk melindungi putrinya tanpa terlihat terlalu mendominasi. Akhirnya, ia mengiyakan. “Baiklah, Daddy. Hanya hari ini.”

Sarapan berlangsung santai. Audy menikmati roti panggang dan jus alpukatnya sambil berbicara tentang antusiasmenya menghadapi pekerjaan baru.

“Daddy, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa bekerja tanpa bantuan nama besar Daddy. Aku ingin merasakan interview yang menegangkan, jam lembur yang melelahkan, dan bos galak yang menyebalkan,” ujarnya dengan mata berbinar.

David tersenyum tipis. “Jangan terlalu cepat membayangkan bos galak itu. Daddy tidak ingin kau terkejut. Tapi Daddy senang kau memiliki tekad. Dunia kerja memang bukan pesta gala, tapi pengalaman itu akan membentukmu.”

Audy meneguk jus alpukatnya. “Aku siap, Daddy. Bahkan jika bos itu seperti monster, aku akan tetap berdiri tegak. Lagipula, monster pun bisa ditaklukkan, bukan? seperti monster di film-film yang kita tonton dulu saat aku kecil.”

David menggelengkan kepala, tersenyum sambil menahan tawa. “Kau memang gadis unik. Tidak ada yang mudah untukmu, bahkan monster pun harus belajar sopan saat menghadapimu.”

.....

Di dalam mobil, Audy menatap jalanan yang mulai ramai. “Aku merasa aneh, Daddy. Selama ini aku selalu dijaga, diantar ke sana-sini. Sekarang aku benar-benar akan masuk ke dunia yang… riil.”

David tersenyum tipis sambil menghidupkan mobil. “Riil atau tidak, kau tetap putri Daddy. Daddy hanya ingin memastikan langkah pertamamu tidak terlalu licin.”

Audy menghela napas panjang, lalu mencondongkan kepala ke jendela. “Aku tahu, Daddy. Tapi hari ini, aku ingin merasakan sesuatu yang berbeda. Aku ingin menjadi Audy yang biasa, walaupun hanya untuk beberapa jam.”

Perjalanan ke Jourell Group berlangsung lancar. Gedung tinggi kaca memantulkan cahaya pagi, dan Audy menatapnya dengan rasa kagum campur gugup.

David menoleh sambil tersenyum. “Ingat, Audy. Setelah hari ini, kau bisa menempuh jalannya sendiri. Daddy hanya menemanimu untuk hari pertama. Jangan sampai kau terlalu ketergantungan.”

Audy menepuk lututnya, tersenyum. “Tenang, Daddy. Aku janji hanya hari ini. Besok, aku akan menjadi gadis mandiri sepenuhnya.”

Dan dengan itu, mobil berhenti di depan gedung. Audy menatap lobi yang ramai dengan karyawan berpakaian rapi, sementara di dalam hatinya rasa deg-degan bercampur semangat. Hari pertama Audy di Jourell Group telah resmi dimulai.

.....

Audy melangkah cepat menuju lobi gedung Jourell Group. Tanpa sadar, langkahnya terlalu cepat, pikirannya terlalu penuh dengan rencana menghadapi bos galak, dan mulutnya pun bergerak sendiri—seperti petasan mercon yang siap meledak.

“Baiklah, Audy, hari ini aku akan menunjukkan bahwa aku bisa bekerja seperti orang biasa. Tidak ada embel-embel nama besar. Fokus, santai, jangan sampai…” gumamnya sambil melangkah, lalu… BUM!

Audy menabrak seseorang. Ransel kecil aesthetic—nya terjatuh, dan ia hampir terpelanting ke lantai marmer.

“Oh! Maaf! Aku sungguh tidak sengaja!” serunya sambil menunduk, cepat-cepat meraih ranselnya. “Aku benar-benar, eh… bukan sengaja, maksudku—wah, maaf sekali lagi!”

Pria yang ia tabrak itu menatapnya dengan mata tajam, namun ekspresinya tetap tenang. Aldrich Dario Jourell, CEO yang terkenal flamboyan dan cassanova, menurunkan jasnya sebentar dan menatap gadis itu dengan sebelah alis terangkat.

Audy sama sekali tidak tahu siapa pria ini. Ia mengira hanya salah satu karyawan dengan jabatan tinggi yang terburu-buru. Oleh karena itu, mulutnya tetap tak bisa diam.

“Aduh, kenapa orang-orang di kantor ini berjalan seperti zombie? Tidak ada yang menengok ke depan. Jika seperti ini, bagaimana aku bisa sampai ke resepsionis tepat waktu? Astaga, hari pertama saja sudah penuh drama, seperti serial drama Korea!”

Aldrich menahan sedikit tawa, meski mencoba tetap terlihat serius. Ia merasa kebisingan ocehan gadis itu seperti alarm yang mengganggu konsentrasi, tapi entah mengapa senyum smirk mulai muncul di bibirnya. Pandangannya tak bisa lepas dari gadis, menatapnya dengan lamat-lamat. Rambut hitamnya berkilau, ekspresinya polos tapi tegas, dan cara ia bicara—terus terang, tanpa tedeng aling-aling—justru mempesona.

“Cukup menarik,” gumam Aldrich dalam hati, lalu menyingkir perlahan. “Sepertinya gadis ini akan menjadi tantangan… dan hiburan tersendiri.”

Tanpa menunggu jawaban atau reaksi lebih lanjut dari Audy, Aldrich melangkah menuju lift dan kemudian ke ruangannya. Senyum tipisnya masih tersisa, seperti seseorang yang baru saja menemukan hal baru yang memikat di tengah kebosanan rutinitasnya.

Sementara itu, Audy tersadar bahwa pria itu telah pergi. Ia menghela napas panjang, menatap tangan yang menjinjing ransel. “Astaga… aku menabrak seseorang, tapi siapa dia? Tidak ada tanda nama, tidak ada lencana. Oh, sudahlah, fokus saja!”

Dengan langkah cepat, Audy menuju meja resepsionis. Seorang resepsionis wanita menyambutnya dengan senyum ramah.

“Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa kami bantu?” tanya resepsionis itu.

Audy tersenyum kikuk. “Selamat pagi. Aku… baru menerima email penerimaan kerja. Bisa tolong arahkan aku?”

Resepsionis itu mengangguk. “Tentu, Nona. Silakan naik lift di sebelah kanan. Ruang HR berada di lantai delapan. Tekan tombol delapan, dan mereka akan menunggu Anda di ruang tunggu.”

Audy mengangguk dengan bersemangat. “Terima kasih banyak. Hari pertama ini rasanya sudah penuh kejutan, tapi aku harus tetap fokus!”

Saat Audy melangkah menuju lift, ia sama sekali tidak menyadari bahwa pria yang baru saja ia tabrak adalah CEO flamboyan yang selama ini dijadikan cerita oleh hampir semua karyawan wanita di kantor ini. Dan entah bagaimana, Aldrich sudah menempatkan gadis itu di daftar “staf yang wajib diperhatikan” dengan senyum tipis dan rasa penasaran yang baru muncul.

Audy menekan tombol lift dengan tangan gemetar, berulang kali memastikan dirinya tidak salah lantai. Napasnya sedikit tertahan karena campuran antusiasme dan gugup. Hari pertama di Jourell Group, dan semua terlihat begitu megah: lantai marmer mengkilap, dinding kaca tinggi, kursi tamu berlapis kulit, dan aroma harum ruangan berkelas yang tidak asing di indera penciumannya.

Lift berhenti di lantai delapan. Audy melangkah keluar, menatap koridor yang panjang dan sunyi, hanya diiringi suara langkahnya sendiri. Di ujung koridor, meja resepsionis HR terlihat rapih, dan seorang staf wanita melambai padanya.

“Selamat pagi, Nona Audy. Silakan masuk ke ruang pimpinan sesuai arahan Pak Aldrich,” ujar resepsionis dengan senyum ramah.

Audy menelan ludah dan melangkah pelan. Di dalam ruangan, suasana formal dan rapih, meja besar berlapis kayu gelap dengan kursi empuk di belakangnya. Semuanya tampak normal—hingga ia melihat pria tinggi kekar itu berbalik badan dari kursi besar.

Audy terperangah. Mata mereka bertemu, dan seketika dunia seolah berhenti berputar. Pria itu—pria yang baru saja ia tabrak di lobi—adalah CEO flamboyan yang selama ini menjadi cerita hampir semua karyawan wanita kantor ini.

“Astaga… ini… ini dia…” gumam Audy dalam hati, kedua tangan meremas tali ransel seakan itu bisa menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. “Bagaimana jika ia marah, bahkan memecatku karena kejadian tadi? Aku… aku tidak sengaja!”

Namun dugaan Audy salah besar. Aldrich menatapnya sekilas, lalu mengangguk singkat. “Audy Shafira, silakan duduk. Kau bisa langsung mulai bekerja sesuai jabatanmu, staf administrasi. Tidak perlu membahas ‘tabrakan’ tadi.”

Audy tercekat, lalu perlahan menunduk, mencoba menenangkan diri. “Oh… tentu. Aku… aku siap bekerja,” jawabnya dengan suara sedikit gemetar.

Aldrich kembali menatap dokumen di mejanya, seolah Audy hanya bayangan yang tidak terlalu penting. Tapi Audy merasakan matanya terus ditelusuri dengan lamat-lamat, membuatnya semakin gugup.

1
Itse
penasaran dgn lanjutannya, cerita yg menarik
Ekyy Bocil
alur cerita nya menarik
Stacy Agalia: terimakasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!