Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
"Pagi ma, pa, abang, kakak, Rinda." sapa Rindu saat sampai di ruang makan.
"Hmm... " deham semua orang acuh tak acuh.
Rindu hanya tersenyum kecut dan menarik kursi di samping kembarannya.
"Pa, papa anter aku kan ke kampus? " tanya Rinda dengan suara manjanya.
Rindu hanya diam saja mendengar percakapan mereka, sambil menikmati sarapan paginya, tepatnya memaksa makanan itu masuk ke dalam perutnya.
"Astaga, papa lupa sayang, hari ini papa ada meeting penting, yang nggak bisa papa tinggalkan." ucap Pak Baskoro penuh rasa bersalah.
"Yahhh.... Papa gimana sih, trus aku berangkat sama siapa dong? " rengek Rinda manja.
"Sama kakak aja."
"Sama abang aja." ucap ke dua saudara laki-laki Rindu itu.
"Baiklah, aku ikut kak aja." ucap Rinda senang.
"Aku boleh nggak nebeng sama abang, soalnya kampus aku searah dengan kantor abang. " tanya Rindu memberanikan diri.
"Nggak bisa Rin, mama mau minta anter abang mu ke tempat ketering, kamu sudah biasa berangkat sendiri ini, lain kali aja numpang sama abang mu." tukas sang mama sambil meletakan udang goreng ke piring Rinda.
Rian sang abang, hanya menatap Rindu sekilas, setelahnya kembali fokus sama makanan di depannya.
"Papa sudah transfer uang bulanan kamu, papa juga menambahkan uang saku sebagai ganti abang mu tidak bisa mengantar mu. " tukas sang papa dengan wajah datarnya.
Padahal bukan hanya uang yang Rindu butuhkan dari keluarganya, dia juga butuh di sayang dan di manja seperti saudara kembarnya.
Rindu tidak menyahut lagi ucapan papanya, dia kini hanya fokus sama sarapannya, "Tidak apa apa Rin, kamu kuat kok." bisik hati Rindu.
"Aku sudah selesai, aku berangkat dulu ya." ucap Rindu.
Tak ada yang menyahut, hanya menatap kepergian Rindu sesaat, lalu kembali menyantap makanan mereka.
"Sebentar ma." ujar Rian lalu bangkit dari duduknya, dan berjalan terburu buru menyusul Rindu.
"Mau kemana bang? " tanya Rinda.
"Kedepan sebentar. " sahut Rian.
Rindu sudah hampir sampai di gerbang rumah mewah itu.
"Nduuu.... Rindu... Tunggu! " panggil Rian dengan langkah lebarnya.
Rindu berbalik dan menatap ke arah sang abang.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Rindu, dia hanya menatap sang abang dengan penuh tanya.
"Ini, abang kasih uang jajan untuk kamu." Rian memberikan sepuluh lembar kertas berwarna merah ke tangan Rindu.
"Untuk apa? " tanya Rindu.
"Buat ongkos kamu, karena abang tidak bisa mengantar kamu." sahut Rian datar.
"Tidak usah, aku sudah ada... " ucapan Rindu terpotong karena di sela oleh Dion.
"Ambil saja sebagai ganti saya tidak bisa mengantar kamu." tukas Rian dengan wajah datarnya.
"Nggak usah bang, aku sudah di kasih uang sapa papa." tolak Rindu, bukan uang yang Rindu inginkan, tapi kehangatan keluarga, perlakuan yang sama seperti kembarannya, bukan apa apa hanya di kasih uang.
"Sudah lah, ambil saja nggak usah banyak drama, kau bisa bayar taxi dengan uang itu." Tukas Rian.
Rindu membuang nafas beratnya, tidak ingin memperpanjang masalah, dia mengambil uang dari tangan abang pertamanya itu. "Terimakasih bang." ucap Rindu, lalu berbalik pergi meninggalkan sang abang.
"Mang Jajang, tolong anter dia ke kampusnya, pakai saja mobil yang ada di garasi." seru Rian yang melihat ada mang Jajang di pos satpam.
"Baik Den." sopan mang Jajang.
"Non, tunggu sebentar ya, saya ambil mobil dulu." ucap mang Jajang, lalu berjalan terburu buru mengambil mobil untuk mengantarkan nona kesayangannya.
"Ayo non." mang Jajang keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang untuk Rindu.
"Aku duduk di depan aja mang." lalu Rindu membuka pintu penumpang bagian depan.
Mobil bergerak meninggalkan hunian mewah itu.
"Sampai kapan aku akan di perlakukan seperti ini." gumam Rindu dalam hatinya.
Mata Rindu menatap kosong ke arah luar mobil, dia hidup di tengah keluarganya yang hangat, tapi dirinya tersisihkan, dan tidak terlihat sama sekali, orang tua, dan kedua abangnya, hanya apa apa memberi uang, tapi bertanya dia mau apa, butuh apa, sungguh sesak hati Rindu mengingat kehidupan yang dia jalani selama ini.
"Non, jangan melamun loh, masih pagi ini." ujar mang Jajang membuyarkan lamunan nona mudanya itu.
Haaa..... Rindu membuang nafas lah.
"Salah aku apa ya mang, kenapa aku di perlakukan berbeda sama keluarga ku, aku juga ingin di perhatikan, di tanya ke seharian ku, di ajak bercanda, di peluk dan sayang. " ucap lirih Rindu, tidak terasa air Mata sudah mengalir di pipi putih mulus itu.
Mang Jajang, tidak tega melihat nona mudanya itu.
"Non yang sabar ya, mungkin saja orang tua dan saudara saudara non itu sedang rabun senja, dan hati mereka sedang membatu, tapi saya yakin suatu saat nanti mereka akan melihat non, dan mungkin juga akan menyesal telah memperlakukan non seperti ini."
"Non jangan terlalu bersedih, non buktikan saja kepada mereka, tanpa kasih sayang dan dampingan dari mereka, non bisa berhasil, terus lah mengejar mimpi non, jangan pernah merasa sendiri ada mamang dan yang lainnya yang menyanyangi non, klau non butuh apa apa, bilang sama kami, non sudah seperti anak bagi kami." ucap mang Jajang.
"Aku butuh kasih sayang, aku butuh pelukan, aku juga ingin di manja seperti Rinda, hiks...." pecah sudah tangis Rindu di dalam mobil mewah itu.
Mang Jajang hanya bisa menggigit bibirnya menahan sesak di dada, tidak tega rasanya melihat nona mudanya bersedih seperti ini.
"Non mau mamang peluk tidak? " tanya mang Jajang ragu ragu.
Tanpa mengulang pertanyaan dua kali, Rindu lansung berhambur ke dalam pelukan laki laki paruh baya yang selalu ada untuknya dari kecil, yang selalu mengantarkannya ke mana-mana bersama neneknya.
"Mamang jangan pergi dari Rindu ya, Rindu hanya punya kalian, kalau kalian pergi Rindu sama siapa, hiks." pinta Rindu menyayat hati.
"Tidak akan non, mamang dan yang lainnya akan selalu ada bersama non, kami semua sayang sama non, dan kami juga mendapat amanah dari oma non, agar selalu menjaga non, hingga suatu saat non sudah mendapatkan jodoh yang baik." ucap mang Jajang memeluk sayang nona mudanya yang sudah dia anggap seperti anak sendiri.
Rindu hanya menganggukan kepalanya di dalam pelukan mang Jajang, tidak perduli baju si mamang sudah basah dengan air matanya.
Puas menumpahkan kesedihannya, Rindu dengan perlahan melepaskan pelukannya dari mang Jajang.
"Makasih mang." ucap tulus Rindu menyeka sisa air matanya.
"Sudah lega?" tanya mang Jajang.
Rindu mengangguk dan sudah kembali tersenyum seperti biasanya.
"Rapikan dulu wajahnya yang berantakan, lihat lah hidung non sudah memerah, muka sembab, hilang deh cantiknya." goda mang Jajang.
"Iihhhh.... Ayah, jangan menggoda ku." cemberut Rindu.
Deg.....
Mang Jajang lansung membeku saat Rindu memanggilnya Ayah, apa maksudnya, nona mudanya apa lagi mengngigau.
"Kok diam." tanya Rindu yang tidak mendengar suara mang Jajang lagi.
"Non tadi bilang apa? " tanya mang Jajang, dia takut salah dengar.
"Ayah. Aku ingin memanggil mamang dengan sebutan ayah, karena selama ini mamang lah yang selalu ada dan memberikan kasih sayang seperti ayah kepada anaknya, boleh kan Rindu panggil ayah? " tanya Rindu menatap mang Jajang penuh harap.
Tak terasa air mata mang Jajang lansung jatuh di pipinya, sudah sangat lama dia merindukan seorang buah hati, tapi apa lah daya, sampai saat ini dia dan sang istri belum di beri kepercayaan oleh sang pencipta, dan tiba tiba ada seseorang yang memanggilnya dengan sebutan ayah, sebutan yang dia rindukan dari sejak lama.
"Boleh kan? " tanya Rindu lagi penih harap.
Bukannya menjawab, tapi mang Jajang kembali menarik Rindu ke dalam pelukannya, dia peluk gadis itu penuh kasih sayang.
Bersambung....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
Ingat! kasihnya bintang ⭐⭐⭐⭐⭐ ya, jangan kurang😁
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya