Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.2 Tertahan di Atas Tempat Tidur
Laila terbangun dia memandang sekelilingnya dengan ekor matanya. Di dalam selimutnya Laila mulanya gelisah tak bisa terpejam. Namun gadis dua puluh loma tahun itu yakin di dalam rumah anak pemilik perusahaan tempatnya bekerja selama tiga tahun ini, tak akan terjadi sesuatu, alias dirinya akan aman.
Berbekal doa yang ia lantunkan dalam hati, maka semua ia pasrahkan pada Tuhan pemilik semesta alam dan isinya. Maka berangkatlah ia tidur.
Di ruang tamu Arya Semana yang terbangun dari tidurnya merasa kepalanya berat dilihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tiga dinihari. Ia berjalan sempoyongan ke dalam kamar dan menjatuhkan diri ke atas kasur empuk.
Merasa tak nyaman tidur dengan pakaian lengkap serta mulut bau minuman, hal yang sebenarnya asing baginya. Segera ke kamar mandi membersihkan diri. Menggosok gigi, lalu mengenakan piyama tidur, barulah merasa nyaman berada di atas tempat tidurnya.
Terlelap kembali melanjutkan tidurnya. Namun baru beberapa lama tertidur Arya Semana terbangun, mengingat ingat dan terkejut saat ingatannya terkumpul.
"Gadis itu ...!!"
Segera turun dari tempat tidurnya, lalu berjalan keluar kamar dan menuju ke lantai atas. Tertegun berdiri memandang ke pintu kamar yang berseberangan dan sama sama tertutup rapat.
Arya Semana ingin meyakinkan kalau gadis yang mengantarnya berada di salah satu kamar itu.
Perlahan ia melangkah ke satu kamar. Membuka pintu yang tak terkunci. Di dalam kosong tak ada siapa pun.
Berarti gadis itu ada di kamar satunya. Semoga saja dia nggak maksa pulang saat aku ketiduran di sofa tadi.
Diputarnya handle pintu. Tak bisa dibuka. Berarti dikunci dari dalam. Arya Semana lega, segera ia turun kembali ke kamarnya dan meneruskan tidur yang tertunda.
Pagi hari Laila terbangun, terkejut karena merasa berada di kamar yang asing.
"Oh iya semalam aku mengantar anak bos yang mabuk berat."
Laila segera keluar dari selimutnya dirinya harus mandi. Setelah mandi segera turun ke bawa. Di sofa dilihatnya kosong. Ia langsung mengira kalau Arya Semana sudah pindah ke kamarnya dan masih tidur nyenyak.
Sejenak ia ragu apa yang harus dilakukan. Apa langsung pulang saja ke rumah ganti baju lalu berangkat kembali ke restaurant. Tapi kok tak sopan, pikirnya ragu.
Lalu harus bagaimana? Mengetuk pintu kamar untuk meyakinkan kalau anak bosnya itu baik baik saja.
Laila ragu. Tapi jika tak melakukannya, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada anak bosnya itu?
Gawat juga pasti dirinya terseret dan terkena kasus lalai atau unsur kesengajaan meninggalkan seseorang yang dalam kondisi mabuk.
Repot juga dirinya bisa dijerat hukum. Seandainya lelaki itu meninggal dan aku tinggalkan aku pasti jadi tertuduh karena didakwa unsur kesengajaan meninggalkan korban. Pikirnya, dan untuk membuktikan dirinya tak bersalah pasti harus melalui serangkaian pemeriksaan yang berkepanjangan memakan waktu.
Bukan itu saja pihak orang tua lelaki itu pasti menyalahkan dirinya karena saat anaknya mabuk tak memberikan kabar pada mereka. Dan pastilah mereka akan marah. Selanjutnya sudah bisa dipastikan mereka menuduh dirinya lalai, dan sebelum dilaporkan ke polisi sudah jelas status penganguran disandangnya. Bukan itu saja, pasti keluar edaran surat black list dirinya ke semua restaurant dan yang berhubungan dengan kuliner. Dengan demikian tak ada lagi yang akan menerimanya bekerja setelah ia menjalani proses pemeriksaan di kepolisian, atau saat kasusnya masuk ke rana pengadilan.
Dirinya hanya pekerja melawan pemilik perusahaan, pastilah langsung keok dan ketuk palu dua puluh tahun penjara karena telah lalai, hingga mengakibatkan nyawa orang melayang. Atau bisa jadi hukumannya seumur hidup. Bukankah kebanyakan hukum tak berpihak pada orang kecil seperti dirinya?
Laila gemetar jika sampai hal itu terjadi. Bagaimana dengan ibunya yang berada di rumah sakit jiwa? Siapa yang akan menengoknya?
"Ibu hanya punya aku dan dia sangat butuh aku. Ibu segalanya bagiku, tak mungkin ia kubiarkan sendirian tanpa sanak keluarga diantara mereka yang menghuni rumah sakit jiwa," batin Laila mengembara memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika ada apa apa dengan lelaki yang diantarnya pulang semalam.
Huh kenapa aku jadi terjebak masalah rumit begini?
Sial benar, gerutunya dalam hati. Dia.yang mabuk-mabukan aku yang ketakutan. Dasar anak orang kaya yang ngeselin, huh@
Mau tak mau Laila harus perduli dan memeriksa keadaan Arya Semana do kamarnya.
Laila jadi cemas memikirkan hal buruk terjadi pada anak pemilik perusahaan dimana dirinya bekerja.
"Huh merepotkan saja tuh orang," sungutnya kesal.
Maka Laila mulai menyisir kamar pertama. Perlahan dibukanya pintu kamar.
Wow gelap. Dicarinya kontak lampu.
Klik.
Ruangan terang.
Laila memperhatikan sekitarnya. Tak ada siapa pun. Kamar tertata rapih. Tempat tidur juga rapih, tak ada tanda tanda ada orang yang baru tidur di atas kasur yang sepreinya terlihat tanpa kerut. Susunan bantal pun terlihat rapih.
Laila mematikan lampu, lalu menutup kembali pintu kamar itu.
Sekarang akan memeriksa kamar satunya. Muda-mudahan saja tuh orang ada di sana, harapnya, sehingga dirinya terlepas dari tuduhan yang merugikannya, terlepas dari kesulitannya.
Bergegas dengan hati berdebar Langkahnya menuju kamar satunya.
Membuka pintu yang tak terkunci.
Susana di dalam temaram.
Laila masih berdiri diambang pintu. Dia tertegun saat pandangannya terarah ke tempat tidur.
"Apa mungkin yang tidur itu dia yang semalam anak Bos, ya?" Batinnya bertanya-tanya.
Ragu untuk mendekat. Tapi teringat akan sangsi jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan terhadap lelaki bernama Arya Semana, maka ia melangkah mendekat dengan langkah hati-hati, alias sedikit berjinjit supaya gerakannya menuju ke tempat tidur tak terdengar.
Berdiri mulai meneliti raut muka sosok yang masih tidur terlentang itu.
"Ya ini orangnya, aku masih ingat semalam memang dia. Alhamdulillah dia nggak kenapa napa. Berarti aku aman. Sekarang tinggal pulang ke rumah.
Hati Laila lega. Anak bosnya baik-baik saja. Maka dia bisa langsung pulang ke rumah, ganti baju dan berangkat ke restaurant untuk bekerja.
Tapi saat berbalik dan akan meninggalkan kamar, tahu tahu tangannya ada yang menarik.
.Rupanya Arya Semana terbangun saat pintu kamar ada yang membuka, tapi ia sengaja pura pura tertidur. Hanya menunggu apa yang akan dilalukan Laila.
Terjadi tarik menarik antara Laila dan Arya Semana. Tapi Laila kalah tenaga dari lelaki yang memasuki usia tiga puluh tahun itu, hingga tubuh mungilnya terbang ke kasur, dan jatuh tepat di atas badan Arya Semana.
"Wow ...!" Reflek tangannya membenarkan roknya yang tersibak. Dan langsung berusaha turun dari tubuh Arya Semana, yang hanya dian saja memandangnya.
Tapi rupanya Arya Semana tak melepaskannya begitu saja. Lelaki muda itu berhasil menahan tubuh Laila, hingga masih berada di atas tubuhnya.
"Huh mesum, lepaskan aku ...!" Seru Laila kesal sambil beringsut turun dari tubuh Arya Semana.
Tapi secepat kilat Arya Semana menahan tubuh Laila, dan gadis itu terpaksa berbaring di sebelah Arya Semana.