John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.
Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02
Beberapa minggu berlalu, semenjak Keeyara keluar dari rumah sakit, ia semakin menutup diri dari dunia luar, mengurung dirinya sendiri di dalam kamar dan hanya melamun. Dia merasa malu kepada dirinya sendiri, wajah yang dulunya cantik sekarang selalu di sebut-sebut sebagai monster.
Sore itu, dia sedang memasak di dapur. Mempersiapkan makanan untuk kedatangan rekan-rekan bisnis John, berbeda dengan Arriel yang saat itu terus mondar-mandir sambil sesekali menggerutu pelan.
"Keeyara, kau tidak mencuci bajuku? aku sudah bilang untuk mencucinya, aku harus memakai apa sekarang jika baju itu kotor?!" rengekan Arriel yang terus menerus seperti anjing yang menggonggong di tengah malam, namun Keeyara tidak mendengarkannya dan terus mempersiapkan makanan di atas meja makan.
"Keeyara percepat, mereka akan datang dalam beberapa menit lagi!" teriak John dari lantai atas, tengah sibuk membenarkan dasinya.
"Keeyara, aku sedang berbicara kepadamu!" nada suara Arriel naik satu oktaf, membuat wanita itu terdiam lalu menghela nafas lelah.
"Kau memiliki tangan, bukan? itu bajumu dan kenapa aku yang harus mencuci bajumu ya?" balas Keeyara dengan dingin, membuat Arriel merengut dan menghentak-hentakan kakinya di lantai.
John datang memasuki ruang makan, tatapannya langsung tertuju kepada Keeyara. "Kenapa kau memarahi istriku seperti itu? turuti saja apa yang dia minta, untung kau masih bisa tinggal disini dan aku memberimu makan dan semua hal yang kamu butuhkan, selesaikan semuanya cepat!"
Arriel langsung tersenyum puas saat pria itu membelanya, membuat Keeyara mengepalkan telapak tangannya. Ia mulai membuka celemeknya, memperhatikan bajunya yang kini terlihat lusuh dan kotor karena noda saus. John memperhatikan penampilannya dengan tatapan jijik, seolah-olah wanita itu hanyalah seorang gelandangan.
"Kau ini seorang wanita, seharusnya menjaga penampilanmu, lihat saja kamu sekarang... wajahmu telah rusak, bahkan penampilanmu saja sudah tidak menarik lagi. Jika semuanya sudah beres, pergilah ke kamarmu dan jangan berani-beraninya untuk keluar, apalagi sampai rekan-rekanku melihatmu." kata John dengan nada sarkastik, membuat hati wanita itu mencelos saat mendengarnya.
"Sayang, jangan seperti itu... Keeyara juga masih istrimu..." timpal Arriel dengan suaranya yang lembut dan manis, Keeyara juga melihat bagaimana wanita itu melingkarkan tangannya di lengan John.
"Siapa juga yang ingin membawanya jika penampilan dan wajahnya seperti itu? dia akan memalukan aku. Maka dari itu... kau ada disini bersama ku, untuk melengkapiku, menemaniku ke pesta atau bahkan acara-acara sosialita." balas John sambil tersenyum, melingkarkan lengannya di bahu Arriel dan mencium keningnya dengan mesra. Keeyara hanya tersenyum getir, dia melemparkan celemeknya ke kursi lalu segera pergi meninggalkan ruang makan, membuat Arriel semakin puas.
Di dalam kamar, Keeyara menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara untuk mengisi kembali paru-parunya yang terasa kosong. Dadanya terasa nyeri, setiap hari dia harus memperhatikan adegan romantis antara John dan juga Arriel, dan itu selalu membuatnya merasa cemburu.
Perlahan, wanita itu berjalan menuju meja rias, duduk di kursi sambil memperhatikan peralatan make-upnya yang kini sudah tidak terpakai lagi. Pandangannya menjadi buram saat dia menahan air matanya, Keeyara memandangi bayangan wajahnya di depan cermin, memperhatikan wajahnya yang kini kemerahan, sebagian mengelupas dan melepuh.
Keeyara segera mengambil ikat rambut dan mulai mengikat rambutnya menjadi kuncir ekor kuda, dia pun mengambil foundation dan secara perlahan mulai memakaikannya di wajahnya. Setiap gerakannya sangat efisien saat ia mengolesi wajahnya dengan riasan, hingga beberapa menit kemudian ia kembali menatap bayangan dirinya sendiri di cermin, bahkan sekeras apapun ia berusaha untuk menutupi luka tersebut lewat riasan wajah, luka itu masih tetap terlihat.
"Ah ini istrimu? dia sangat cantik sekali..."
"Bagaimana kau bisa menemukan istri secantiknya, Tuan John?"
"Aku sangat iri sekali, anakmu juga sangat mirip sekali denganmu, Tuan John..."
Keeyara mendengar pembicaraan rekan-rekan bisnis John dan tangisannya tidak bisa ia bendung lagi, ia menutup mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan suara isakan, tubuhnya gemetar hebat saat dia berusaha melawan semua rasa sakit yang mulai menggerogoti hatinya.
Semua luka baru yang dia dapatkan di sekujur tubuhnya, mata sayu, lingkaran hitam di bawah matanya dan rambutnya yang rontok adalah bukti jika dia sedang tidak baik-baik saja. Di saat semua orang memiliki sandaran dan pelukan dari seseorang, disini lah Keeyara... hanya bisa menangis dan memeluk dirinya sendiri di kegelapan kamarnya.
"Tuhan... bisakah kau membawaku? aku sangat lelah untuk melewati hari-hari ku. Hidupku menjijikan dan memuakkan, kenapa aku tidak bisa mati?"
Keesokan harinya, di siang hari yang terik. Keeyara tengah duduk di samping makam sang Ibunda, ukiran atas nama Zhanna tertulis sangat indah di batu nisan. Sambil membelainya, Keeyara tersenyum tipis.
"Ibu... semenjak Ibu tidak menemaniku, Ibu tahu apa yang terjadi padaku? Ku kira aku akan menangani masalahku dengan baik, namun ternyata aku salah besar. Aku tidak bisa meyakini diriku sendiri jika semuanya akan baik-baik saja, aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menangani itu, aku dengan bodohnya menahan semuanya, membiarkan semuanya memburuk." Keeyara berbicara, membayangkan jika Ibunya sedang duduk di depannya sambil tersenyum hangat saat mendengarkan keluh kesahnya.
"Aku berpikir akan lebih baik untuk menemui Ibu daripada harus menjalani hidup seperti ini. Aku sudah tidak sanggup lagi karena merasa lelah, dulu aku selalu memiliki energi dan bersemangat, namun kali ini tidak ada. Banyak sekali orang di dunia ini, tapi aku selalu merasa sendirian." suaranya kini bergetar, air mata jatuh ke pipinya.
"Aku harap Ibu masih mengenaliku dengan wajahku sekarang..." bisik Keeyara sambil menyimpan setangkai bunga mawar di dekat batu nisan Ibunya.
Notifikasi pesan masuk membuat Keeyara segera menyeka air matanya, ia pun mengeluarkan ponselnya dan memeriksa pesan dari asisten pribadinya-William Arshaka. Kedua pupil matanya melebar saat membaca setiap kata per kata yang di kirimkan oleh laki-laki itu, ia pun langsung bangkit dan segera pergi setalah berpamitan kepada sang Ibunda.
Di perusahaannya, Keeyara berlari menuju lift. Mengabaikan semua mata yang tampak terkejut saat melihatnya, bahkan saat dia sudah berada di dalam kotak yang pengap itu, Keeyara mengabaikan bisikan dari beberapa para karyawannya, yang ia lakukan hanyalah memencet tombol paling atas, lantai yang hanya bisa di datangi oleh orang-orang penting saja.
Satu menit kemudian, pintu lift terbuka. Keeyara pun segera keluar dan berlari menuju ruang rapat. Langkahnya cepat dan terarah, bahkan ia tidak lagi perduli dengan pergelangan kakinya yang mulai sakit karena dia berlari menggunakan high heelsnya yang mahal.
"Rapat dewan darurat ini mengenai pergantian CEO dan pemegang saham terbesar di Fushion Group." ucap asisten pribadi John, Caesar Lombardi, yang membuat beberapa dewan yang telah hadir dalam rapat itu terdiam.
Seorang pria yang memiliki perut buncit dan berkacamata memberanikan diri untuk mengangkat tangan, John yang melihatnya memberinya anggukan kecil untuk menyuruhnya mengeluarkan suara.
"Bukankah pemilik Fushion Group adalah Nona Keeyara Jaslene? apakah anda sudah mendapat izin darinya, Tuan?"
John tersenyum tipis, dia membenarkan posisi duduknya di kursi, menautkan jari-jarinya di atas meja saat ia menatap satu per satu orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Saya sudah mendapatkan tanda tangan darinya, saya mengerti jika kalian mencemaskan perusahaan yang saat ini sedang berada di situasi yang genting. Saya memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah rasa asam menjadi manis. Mulai sekarang, Vogue Verse Group akan mengambil alih Fushion Group."
Bisikan demi bisikan dapat terdengar cukup keras di ruangan tersebut, membuat John tampak puas. Ia pun mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan saat ia kembali berbicara.
"Tentu saja saya akan memberikan para eksekutif perlakuan yang lebih baik, saya yakin ini akan menjadi sangat luar biasa saat kalian bekerja sama dengan saya."
Para dewan perusahaan saling menatap satu sama lain, merasa sangat tergiur dengan tawaran John. Perlakuan khusus... siapa yang akan menolak itu? John melirik ke arah Caesar dan memberinya anggukan kecil, membuat laki-laki itu berdehem. Sedangkan, William masih terlihat santai saat mengawasinya dari sudut ruangan, tampak terlihat tenang sambil sesekali memeriksa arloji di pergelangan tangannya untuk memeriksa waktu.
"Baiklah mari kita segera memungut suara dengan mengangkat tangan bagi mereka yang menyetujui pergantian CEO." ucap Caesar di depan microphone, sambil memperhatikan orang-orang di sana.
Tidak butuh waktu lama, semua orang yang ada di sana mengangkat tangan mereka, menyetujui pergantian pemimpin perusahaan tersebut tanpa merasa ragu sedikit pun. John puas dan langsung menyeringai, namun seringainya tidak bertahan lama saat pintu ruang rapat terbuka lebar, memperlihatkan Keeyara yang memasuki ruangan tersebut dengan nafas yang pendek. William merasa lega saat wanita itu datang, dia pun segera menghampirinya dan berdiri dengan percaya diri di samping Keeyara.
"Pimpinan Jaslene," bisik orang-orang yang ada di sana.
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻