NovelToon NovelToon
Istri Sang Mafia

Istri Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Cinta setelah menikah / Roman-Angst Mafia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:587
Nilai: 5
Nama Author: LaruArun

Pernikahan adalah mimpi setiap gadis.
Tapi tidak bagi Zia.
Bukan malam itu.
Bukan di altar itu.
Dan—terutama—bukan dengan pria itu.

Yang Zia tahu, Viren Kaeshiro adalah pengusaha muda yang jenius, berkuasa, dan sempurna.
Begitu kata semua orang. Begitu kata kakaknya, Alin.

Tapi di balik jas mahal dan perusahaan teknologi raksasa,
Viren adalah pemimpin Cinderline—organisasi bayangan yang tak tersentuh hukum dan tak dikenal dunia.

Dan malam itu…
Zia baru saja menikahi seorang iblis bersetelan jas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaruArun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2 SEORANG PENGGANTI

Zia kembali ke rumah setelah membereskan semua urusan di kafe. Langkahnya ringan saat membuka pintu, tapi langsung terasa ada yang aneh. Udara di dalam rumah lebih dingin dari biasanya. Lampu menyala redup, dan suara-suara gaduh datang dari ruang tengah.

Alex mondar-mandir dengan wajah tegang, seolah mencoba memecahkan teka-teki yang tak kunjung jelas. Agatha duduk di sofa, tangan menopang dagu, wajahnya pucat dan lesu.

“Aku pulang...” ucap Zia pelan.

Kedua orang itu langsung menoleh. Wajah Agatha berubah—mata lebarnya dipenuhi kekhawatiran.

“Zia... Apa Alin menelponmu?” tanyanya cepat, seperti menunggu kabar penting.

Zia menggeleng sambil menaruh tas. “Tidak... Memangnya kenapa?”

Agatha berdiri, mendekat. “Dia tidak ada di rumah. Kamarnya kosong. Koper, baju, semuanya hilang...”

Jantung Zia berdetak tak karuan. “Hah? Maksudnya... Kak Alin kabur?”

Alex menghentikan langkahnya. “Kami tidak tahu pasti. Tapi dia pergi tanpa bilang apa-apa. Bahkan... gaun pernikahannya masih tergantung di lemari.”

“Ya Tuhan...” bisik Zia, setengah tak percaya. “Kok bisa?”

Agatha menggeleng. “Kami juga bingung. Tidak ada catatan, tidak ada pesan. Seolah dia menghilang begitu saja.”

Alex menghembuskan napas berat. “Ini bisa jadi masalah besar. Hubungan keluarga kita dengan pihak calon mempelai bisa rusak total.”

Zia berdiri terpaku. Kepalanya penuh dengan kemungkinan. Tapi satu hal pasti—ini bukan sekadar kabur biasa. Ada sesuatu yang tidak beres.

Alex duduk di kursi ruang makan dengan wajah gelap. Telepon genggamnya tergenggam erat, seakan ingin diremukkan. Setelah menutup panggilan yang berlangsung hampir setengah jam, ia menunduk dalam.

Zia duduk di seberang, menggigit bibirnya, mencoba menebak apa yang terjadi.

"Bagaimana...?" tanya Agatha pelan.

Alex mengangkat wajah. “Aku sudah bicara dengan pihak keluarga calon mempelai.”

Hening sejenak. Lalu ia melanjutkan, “Mereka... bukan keluarga biasa, Agatha. Mereka tidak akan menerima pembatalan begitu saja. Terutama... pria itu.”

Zia mengerutkan kening. “Pria itu?”

Alex menatap Zia, lama, seakan menimbang-nimbang sesuatu. “Kau tidak pernah bertemu dengannya, bukan?”

Zia menggeleng. “Kak Alin bahkan tidak pernah menunjukkan fotonya.”

“Namanya Viren Kaeshiro,” ujar Alex perlahan. “Dia seorang pengusaha terkenal. Tapi di balik itu... dia bukan orang sembarangan.”

Zia mencibir pelan. “Apa maksudmu? Maksudnya... dia jahat?”

“Bukan jahat.” Alex bersandar ke kursi. “Dia punya pengaruh. Kekuatan. Dan kalau pernikahan ini batal... kita bukan cuma kehilangan reputasi. Kita bisa kehilangan banyak hal.”

Zia terdiam. Kata-kata itu bergema di kepalanya, tapi tak bisa ia cerna dengan baik. “Tapi... kita tidak bisa menemukan Kak Alin.”

“Kita tidak akan mencarinya,” potong Alex cepat. “Tapi kita juga tidak bisa membatalkan semuanya. Tidak semudah itu.”

Agatha menoleh, tajam. “Sayang... maksudmu apa?”

Alex mengalihkan pandangannya ke Zia. Wajahnya tegang, tapi suaranya mantap. “Zia... kau yang akan menggantikan Alin.”

Darah Zia seakan berhenti mengalir.

“A... Apa?” ia hampir tertawa karena mengira itu lelucon. Tapi tak satu pun wajah di ruangan itu terlihat bercanda.

“Tidak!” Zia berdiri spontan. “Itu gila! Aku—aku bahkan tidak mengenal pria itu!”

“Justru karena itu,” jawab Alex dingin. “Kau tidak punya prasangka. Tidak punya sejarah dengan dia. Kau bisa menjalani pernikahan ini seperti kontrak. Sementara kami... kami bisa menjaga nama baik keluarga.”

Zia melototkan mata. “Kalian... kalian menjual ku?!”

Agatha mencoba menenangkan. “Sayang, ini bukan soal menjualmu. Ini soal menyelamatkan semuanya. Menyelamatkan keluarga kita. Alin sudah membuat kekacauan besar. Kalau kita biarkan, reputasi kita hancur.”

Zia menggeleng cepat. “Aku tidak peduli soal reputasi! Aku bukan boneka pengganti!”

“Zia...” Alex bangkit berdiri. “Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kau pikir aku tidak berat membuat keputusan ini? Tapi kita berurusan dengan orang yang... yang bahkan aku sendiri tak yakin bisa ku hadapi jika semuanya gagal.”

“Kenapa dia?” tanya Zia lirih. “Kenapa pria itu begitu penting?”

Alex menatap ke luar jendela, kemudian kembali menatap Zia.

“Karena Viren Kaeshiro bukan hanya orang kaya.Tapi juga punya pengaruh besar. Dan... dia sendiri yang bilang, 'Saya tidak peduli siapa pengantinnya, asal hari itu tetap berlangsung.'”

Zia terdiam. Dunia di sekelilingnya seakan mengecil. Pernikahan, bukan dengan pria yang ia cintai, bukan karena ia mau... tapi karena tidak ada pilihan lain.

Zia tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, membeku sesaat, sebelum akhirnya membalikkan badan dan berlari ke arah kamarnya. Langkah-langkahnya memburu menaiki anak tangga, napasnya tersengal, jantungnya seakan akan meledak. Ia membuka pintu kamarnya dengan kasar, lalu membantingnya kembali hingga terdengar suara keras.

“Tidak... Tidak mungkin...”

Ia mundur perlahan dan jatuh terduduk di lantai. Tangannya memegangi kepala. Kamar itu sunyi, hanya suara napasnya yang cepat dan berat, berpadu dengan degup jantung yang berirama kacau.

Zia mendongak. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamarnya. Hatinya terasa seperti dililit sesuatu yang dingin dan berat. Seakan-akan realita hari ini adalah lelucon buruk yang terlalu kejam untuk ditertawakan.

Pernikahan.

Dengan pria yang bahkan tak ia kenal.

Karena kakaknya kabur.

Karena reputasi.

“Apa aku cuma alat ganti?” gumamnya pelan, suara yang nyaris terdengar seperti bisikan.

Air matanya mulai menggenang, tapi tak langsung jatuh. Ia masih mencoba menahannya, meski dadanya begitu sesak.

Kenapa harus dia?

Kenapa harus Zia yang dikorbankan?

Ia memeluk lututnya, menggenggam erat kaos yang dikenakannya, seolah berharap bisa menyembunyikan diri di sana. Rasanya seperti dilempar ke dalam dunia yang bukan miliknya. Dunia yang selama ini hanya ia lihat dari kejauhan: dunia orang-orang berjas rapi, bisnis megah, nama besar... dan kekuasaan.

Viren Kaeshiro.

Nama itu seperti bayangan gelap yang tak punya wajah, tapi meninggalkan ketakutan. Ia tiba-tiba teringat kembali pada pria di toko kue beberapa hari lalu. Pria dingin dengan kacamata tipis dan tatapan tajam yang membuatnya menggigil tanpa alasan jelas.

Jangan-jangan… itu dia?

Zia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kalau benar pria itu adalah Viren—dan kini ia harus menikah dengannya—maka hidupnya akan berubah selamanya. Bukan sebagai dirinya sendiri, tapi sebagai pengantin pengganti. Sebagai istri dari seseorang yang tidak ia pilih.

“Aku bahkan belum selesai menjalani hidupku sendiri...” bisiknya, seperti anak kecil yang kehilangan arah.

Ia bangkit perlahan, berjalan ke cermin, dan menatap wajahnya sendiri. Mata sembab, ekspresi hampa. Tak ada riasan. Tak ada senyum. Hanya seorang gadis biasa yang tiba-tiba diminta menggantikan kakaknya... untuk masuk ke dalam dunia yang asing dan gelap.

“Kak Alin... kenapa kamu pergi?” gumamnya lirih.

Zia memejamkan mata dan bersandar pada meja riasnya. Lalu akhirnya, air mata itu jatuh—pelan tapi terus menerus. Ia tidak menangis histeris. Ia hanya diam, membiarkan air matanya mengalir, sebagai satu-satunya cara untuk bertahan dalam kekacauan ini.

Dalam hatinya, ia tahu satu hal:

Jika semua ini benar-benar terjadi...ia harus memilih—menyerah dan lari, atau menghadapi badai yang tidak ia pahami sama sekali.

Suara ketukan terdengar pelan di balik pintu. Zia buru-buru menyeka air matanya dengan ujung baju, mencoba menyembunyikan bekas tangis sebaik mungkin.

Ia berdiri dan membuka pintu. Agatha berdiri di sana. Tak lagi dengan ekspresi tajam seperti biasanya. Wajahnya kali ini lebih tenang, bahkan nyaris... letih.

Perlahan, Agatha melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

“Aku tahu ini tidak mudah bagimu,” ucapnya pelan, berdiri di tengah kamar.

Zia tetap diam. Ia berdiri terpaku, matanya masih sembab, tapi ia berusaha tetap tegak.

“Kau mungkin baru di keluarga ini...” Agatha berhenti sejenak, menarik napas panjang. “Tapi aku mohon padamu, Zia.”

Nada suaranya lirih. Tak ada lagi nada galak, tak ada nada menyalahkan. Suara yang biasanya keras dan penuh instruksi kini terdengar seperti suara seorang wanita yang... lelah dan ketakutan.

Zia mengangkat pandangan, menatap Agatha untuk pertama kalinya malam itu. Ada sesuatu di sana—perasaan asing yang belum pernah ia lihat dari wanita itu: ketulusan.

Ia ingin berkata sesuatu. Ingin melawan. Ingin bilang bahwa semua ini tak adil. Tapi mulutnya seperti terkunci. Pikirannya bercabang ke mana-mana. Antara rasa tidak enak... dan rasa tidak rela.

Ia menggigit bibir bawahnya.

“Aku tahu kau bukan Alin,” lanjut Agatha. “Tapi keluarga ini butuh kau. Kami tidak punya pilihan lain... dan aku tahu, mungkin kau juga merasa tidak punya pilihan. Tapi... mungkin di antara ketidakpastian ini, akan ada sesuatu yang bisa diselamatkan.”

Zia menunduk. Hening menggantung di antara mereka. Lama. Begitu lama sampai hanya suara jam dinding yang terdengar.

“Aku hanya ingin hidup seperti biasa…” bisik Zia akhirnya. Suaranya pelan, nyaris seperti anak kecil yang tersesat.

Agatha berjalan mendekat, lalu meraih bahu Zia dan memeluknya. Bukan pelukan yang hangat, bukan pula pelukan ibu sejati—tapi pelukan seorang wanita yang menyadari bahwa ia telah banyak menuntut dari seseorang yang belum sempat mengenal arti rumah.

.

.

.

.

Terimakasih atas kunjungan serta dukungan kalian semua🤗Jangan lupa like nya😘 karena itu bikin author semangat 🤗

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!