NovelToon NovelToon
Istri Siri Mas Alendra

Istri Siri Mas Alendra

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Duda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:27.4k
Nilai: 5
Nama Author: fitTri

Istriku menganut childfree sehingga dia tidak mau jika kami punya anak. Namun tubuhnya tidak cocok dengan kb jenis apapun sehingga akulah yang harus berkorban.

Tidak apa, karena begitu mencintainya aku rela menjalani vasektomi. Tapi setelah pengorbananku yang begitu besar, ternyata dia selingkuh sampai hamil. Lalu dia meninggalkanku dalam keterpurukan. Lantas, wanita mana lagi yang harus aku percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitTri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindah

“Tapi aku nggak bisa punya anak.” Kalimat itu terlontar dari bibir Silvia tak lama setelah Aleandra mengutarakan niatnya untuk mempersunting perempuan yang telah dipacarinya sejak bangku kuliah. Dan kini, setelah bertahun-tahun meyakinkan diri akhirnya dia memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.

Seluruh keluarga sudah setuju dengan hubungan mereka, dan kedua orang tua telah saling mengenal. Sehingga tak ada hambatan berarti bagi keduanya untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Ibunya bahkan begitu menyukai Silvia yang cantik, berkharisma, elegan dan memiliki karir cemerlang seperti dirinya.

Mereka merupakan partner dalam urusan pekerjaan. Aleandra yang seorang manager sedangkan Silvia adalah supervisior di sebuah perusahaan retail terbesar di Indonesia. Keduanya adalah andalan yang menjadikan bisnis pemiliknya berkembang begitu pesat sehingga bisa menguasai sebagian besar pasar di negara ini.

“Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu kalau aku memang tidak bisa punya anak? Sejak awal aku sudah terbuka dan aku pikir kamu mengerti.”

Aleandra tertegun. Dia masih tak habis fikir mengapa sang kekasih tetap pada pendiriannya.

“Mas, sepertinya kita tidak bisa meneruskan ini jika tidak sepakat dari awal. Aku takut ini malah meperburuk hubungan kita di masa depan. Jadi sebaiknya —”

“Tidak!” Pria itu cepat-cepat menjawab. Tidak mungkin hubungan yang sudah terjalin lebih dari lima tahun kandas hanya karena hal konyol seperti ini. Dirinya begitu mencintai Silvia dan rasanya tidak akan mungkin bisa hidup tanpanya. Sedangkan soal anak, bisa dipikirkan lagi nanti.

“Tapi, Mas … aku mengerti tujuanmu ingin berumah tangga. Untuk membangun keluarga dan meneruskan keturunan, kan? Lagipula keluargamu sudah pasti mengharapkan itu juga. Sedangkan aku tidak sepakat soal itu. Aku takut tidak bisa mendidik anak ku dan membahagiakannya kelak. Terlebih, aku takut malah akan membuatnya menderita. Hidup di zaman sekarang sangatlah sulit, Jadi sebaiknya kita ….”

Aleandra menggelengkan kepala kemudian meraih tangan Silvia. Dia menggenggamnya dengan erat dan akan berusaha meyakinkan jika itu bukanlah hal besar.

Ya, dirinya memang tau ada trauma tersendiri yang membuat sang kekasih memiliki pemahaman seperti itu. Dia tau sekali.

Silvia lahir dari keluarga berantakan dan dia dengan susah payah bangkit. Kedua orang tuanya bercerai dan masing-masing dari mereka kembali menikah dengan orang lain. Membangun keluarga baru tanpa memperhatikannya sama sekali. Dia bahkan selama bertahun-tahun harus hidup berpindah-pindah dari rumah satu ke rumah lain. Sempat tinggal bergantian dengan ibu dan ayah bersama saudara tiri, tetapi akhirnya tinggal di panti asuhan. Bukan karena mereka tak mampu, tapi karena tuntutan dari pasangan masing-masing yang tidak menghendaki kehadirannya sebagai anak bawaan. Mereka pikir, Silvia menambah beban dan membuat hubungan tidak harmonis karena sering berselisih paham dengan anak yang mereka bawa.

Hidupnya cukup sulit di masa lalu dan perempuan itu harus berjuang keras. Bahkan untuk urusan makan dan sekolah pun dia harus menunggu kemurahan hati ibu dan ayah tirinya untuk memberinya sedikit biaya. 

Dan yang lebih parah adalah ketika menginjak masuk bangku SMA, segala hal terputus begitu saja. Kedua orang tuanya menolak memberi lagi biaya dengan alasan sudah tidak sanggup sehingga dirinya harus bekerja mencari uang di usia se belia itu. Meski setelahnya Silvia berhasil dengan beasiswa hingga lulus kuliah. Tapi ketakutan soal pernikahan dan berkeluarga menjadi beban tersendiri dalam pikirannya.

“Anak bukan hal utama. Aku mencintaimu, maka segalanya akan kita jalani bersama. Bahkan tanpa keturunan pun aku rela asal itu bersamamu.” Aleandra menegaskan.

“Lalu bagaimana dengan keluargamu? Kelak kita akan dipandandang rendah karena tidak mau punya anak, karena mungkin saja bagi mereka hal itu sangat penting.”

“Aku yang akan bicara. Lagipula papa dan mama cukup terbuka. Jadi sepertinya bukan hal yang sulit untuk memberi mereka pengertian.”

“Kamu yakin, Mas?”

“Ya.”

Silvia tersenyum. Sejak dulu Aleandra memang semanis itu. Tak ada lelaki sebaik dia yang bisa menerima diri apa adanya. Segala hal selalu menjadi alasan baginya untuk tetap tinggal dan membersamainya menjalani hidup. Maka, tak ada lagi yang dia pikirkan selain menerima pinangan pria itu. Dengan segala keyakinan bahwa hidupnya akan semakin baik dan membahagiakan.

Kemudian setelah segala pembicaraan panjang lebar dan penjelasan mendetail pada keluarga, dilangsungkanlah pernikahan itu dalam suasana membahagiakan. Terutama keluarga Aleandra paham dan menyerahkan segala keputusan pada mereka tentang apapun yang akan dijalani. Termasuk pilihan hidup berbeda Silvia untuk rumah tangganya. Meski pada awalnya sempat ditentang, tapi dirinya bisa membuat keluarganya menerima hal itu. Tapi tak apa, karena semua orang pantas bahagia dengan caranya sendiri, bukan?

***

Kedua mata Aleandra terbuka setelah merasakan guncangan pada tubuhnya, dan sosok pria paruh baya yang merupakan sopir orang tuanya lah yang mendominasi pandangan saat dia tersadar. Rupanya rasa lelah lahir batin membuatnya tertidur selama dalam perjalanan, hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah villa yang akan menjadi tempat tinggalnya mulai sekarang.

“Sudah sampai, Mas.” Pak Pardi mengeluarkan koper dari bagasi sementara Aleandra bangkit sambil mengusap wajahnya.

Matahari sudah condong ke barat tanda sore menjelang. Dan suasana di tempat itu terasa cukup sepi.

Aleandra menatap bangunan bertingkat dua tersebut. Rumah besar bergaya eropa yang terletak di perbukitan di Bandung Barat. Berdiri sendiri di antara perkebunan sayur dan hutan pinus, yang udaranya terasa sejuk cenderung dingin. Tapi dari sini terlihat jelas kota Bandung di bawahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh.

“Nggak jauh beda dengan di Kertosari, Pak. Cuma disini nggak ada kebun teh. Kenapa sih mama sukanya beli aset di gunung?” Dia misuh-misuh karena villa milik ibunya tersebut berada di pelosok, bukan kota seperti keinginannya.

“Namanya juga villa, Mas. Ya di gunung lah. Kalau di kota ya komplek.” Pak Pardi melenggang mendahuluinya masuk ke dalam.

“Maksudnya rumah yang di kota gitu lho, bukan di kampung seperti ini.”

“Gunung, Mas.”

“Iya, sama aja. Gunungnya ada di kampung.”

“Kata ibu biar pikiran tenang.”

Aleandra mendengus. Kembali dia menatap ruangan luas dengan langit-langit yang tinggi. Satu tangga sepertinya mengarah ke lantai dua di mana kamarnya berada, dan jendela-jendela besar menghiasi sehingga tempat itu terlihat megah.

“Art mungkin datangnya besok pagi, Mas. Tapi tadi dia sudah beres-beres. Saya lihat semuanya bersih, jadi Mas bisa langsung istirahat.” Pak Pardi meletakkan koper-koper di dekat lemari. “Bajunya mau saya yang bereskan, Mas?” tawarnya setelah dia selesai.

“Nggak usah, biar si mbak saja besok. Kasihan Bapak cape nganterin saya.”

“Ya nggak apa-apa, kan sudah biasa.”

“Besok saja.”

“Ya sudah kalau begitu. Mas mau makan atau gimana? Biar saya pesankan nanti sama si mbak nya.”

“Nggak usah, Pak. Nanti saja saya order online. Di sini bisa, kan?”

“Oh, bisa bisa. Kampung-kampung begini juga deket kok ke kota. Tinggal turun. Semuanya juga serba online. Terus ke tempat kerja Mas juga nggak jauh-jauh amat lah, tinggal belok kiri, lurus dikit, sampai deh.”

“Ya ya ya, baiklah.” Aleandra menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Lalu tanpa menunggu lama dia segera terlelap. Sepertinya rasa lelah belum mereda sehingga dengan mudah dia kembali tertidur.

“Ckckck. Mas Ale, Mas Ale.” Pak Pardi berdecak sambil menggelengkan kepala, kemudian dia keluar dari kamar sang majikan.

*

*

Like nya dong yang kenceng.

Eh, ritualnya masih sama nggak sih? Komen vote dan gift. Aku lupa, hahahaha.

1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
listy bentar lagi cosplay jadi nyonya rumah lah ini. 😤
diktata
ada yg cmburu syl...🤭
Endang Priya
si Listy misinya mmg caper sih ya. jadi ya ada ada aja dah.
Bunda dinna
Listy jadi tamu kok g sopan gitu..
Ratu Tety Haryati
Syl... nurut ngapa.... Ale gak rwla kamu nanti disuruh-suruh, belum lagi nanti ada yang lihatin kamu.

Ini perempuan main nyelonong masuk tempat tinggal orang aja, bok permisi kek🤦‍♀️
𝐙⃝🦜尺o
yang ngotot pengen ditempat pak Ale dan janji siapin akomodasi sendiri siapa coba,, ujung ujungnya syla yang repot juga kan
aurel chantika
duh asyla disuruh dikamar aja malah nongol kan jadi disuruh2.
Listy ini mangkin lama mangkin ngelunjak kayaknya
🍁𝑴𝒂𝒎 2𝑹ᵇᵃˢᵉ🍁
Listy kebangetan songongnya nyebelin banget🙄
Attaya Zahro
Ngelunjak banget sih si Listy..dah numpang tahun barunan bisa²nya mau terima beres aja.Dikasih jantung minta hati,dasar ga tau diri.
Ale bukan hanya ga rela kalo Syla disuruh-suruh tapi yang pasti dia ga rela Syla dilirik laki² lain.
Dzulfan Ahlami
cie cie akuh GK rela kamu disuruh2 sama aku juga gak mau 🤪🤪🤪love love ah kang duda sekebon pisang
rahmalia maricar
suruh masuk lagi syla nya mas Ale,, jangan sampe disuruh² sama orang laen apalagi ama si listy,, ga rela pokokna
rahmalia maricar
ini si ulet bulu ngapain lagi sih kegatelan banget nyari mas Ale smpe ke paviliun segala tibang nyari gula,, sok bossy lagi bakar² pake minta dibantuin,, dikasih numpang taun baruan juga harusnya udah sukur jgn ngelunjak 😏😏
Al fathiya
ya ampun... udah sedekat itu adek bayik sama si bapak, gimana nanti tanggapan teman-teman bapak Ale ya
Ratu Tety Haryati
Terima kasih Upnya, Teh Fit🥰🥰🙏

Kekecewaan Ale akibat pengkhianatan sedikit demi sedikit mulai terkikis dengan kehadiran, Syla dan Tirta.
Djuniati 123
lahhh udah pantes tuh jd Bpk mas ale😁
𝐙⃝🦜尺o
jadi bapak beneran buat Tirta aja pak ale
Annie Gustava
dan bunga2 pun mulai bersemi ya pak ale. duh tirta knp ngomongin nen depan bapak seh, kan jd salting
aurel chantika
tolong ya Tirta kalau Bilang nen jangan didepan pak ale ntar dia pingin juga nen 🤣🤣🤣🤣
Mammi Rachmah
Bapak Al dgr kta Nen lngsng traveling, jdi nya lngsng ngjk Tirta maen pswat tempur 😂 Mak fit kurang nih bacanya bntar amat y double up. dong😘🤭
Ruwi Yah
setiap kali mendengar tirta bilang nen otak kamu udah traveling ya pak duda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!