Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelainan Fatur
“Dasar manusia tidak tahu diri... Aku ini suamimu, apa tidak bisa berbicara pelan hah? Dasar istri durhaka...”
“Apa aku harus diam, saat kau melakukan itu pada anak-anakku hah? Apa kau waras?"
Malam itu berakhir diam-diaman. Kebiasaan Hasan adalah saat sudah berantem, dia akan tidur. Entah pura-pura tidur, atau tidur beneran.
Saat pagi tiba, seperti biasanya Zainab sudah bangun, mengulung lengan bajunya, menyalakan api ditungku, dan menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Dari dapur, aroma goreng terasi memenuhi ruangan. Didalam kelambu, Melinda dan Fatur masih tidur.
“Fatur, Melinda... Ayo bangun, nak... Nanti telat kesekolah.” teriak Zainab dari dapur.
Membangunkan Fatur bukan perkara mudah. Bocah lelaki itu paling sulit untuk dibangunkan. Dengan mata masih setengah tertutup, rambut acak-acakan, ia menangis, mengeliat, lalu menghentak-hentakkan kakinya di atas tikar usang.
“Nggak mau sekolah! Capek!”
Zainab hanya tersenyum tipis melihat tingkah sang anak. Ia sudah hafal perangai putra kecilnya. Detik kemudian, dengan langkah berat, Fatur berjalan ke luar rumah dan Byuur! Fatur menceburkan diri ke parit di depan rumah.
“Fatur!” seru Zainab sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
Melinda pun ikut menceburkan diri ke parit, dan menyiram abangnya dengan air. Didalam parit, keduanya malah main air, sambil sesekali berenang.
“Fatur, Melinda, ayo naik... Cepat, nanti telat kesekolah...” teriak Zainab lagi, karena keduanya terlalu lama mandinya. Keduanya bergegas naik.
“Ummi, mana baju Fatur?” tanya Fatur.
“Dasi Mel, mana ummi?” Melinda juga ikut bertanya.
“Coba lihat baik-baik, ada disitu semuanya. Udah ummi siapkan...” teriak Zainab dari dapur.
“Nggak ada ummi...” rengek Fatur dan juga Melinda secara bersamaan.
Zainab akhirnya memutuskan pergi ke ruang tengah. Ukuran rumah itu kecil. Tidak ada kamar. Hanya ada pembatas tirai, antara tempat tidur dan ruang tengah.
Zainab mencari keperluan sang anak. Ia sibuk mencari baju Fatur dan juga dasi Melinda yang tiba-tiba hilang, padahal dia sudah manaruhnya dekat tas keduanya anaknya.
Melinda dan Fatur mulai merengek. Setelah sekian lama, akhirnya ia menemukan apa yang ia cari. Ia kembali ke dapur melanjutkan memasak.
Tidak lama kemudian kedua anak itu duduk bersila diatas gelaran tikar, didapur. Keduanya makan dengan lahap. Wajah ceria mengukir diwajah keduanya. Setelah selesai makan, keduanya menyalami kedua orang tuanya.
“Jajan, Ummi...” pinta Fatur dengan wajah tersenyum.
Zainab mengeluarkan dua lembar uang masing-masing 500 perak. Walaupun sedikit, namun kedua anaknya nampak senang.
“Makasih, Ummi!” seru Melinda, dan Fatur.
Keduanya langsung memasukkan uangnya dalam kantong baju mereka.
Dimasa itu, uang lima ratus sudah cukup untuk jajan. Jika mendapatkan jajan seribu atau sampai lima ribu rupiah, anak-anak zaman itu seperti diberi uang lima puluh ribu rupiah. Senangnya tidak terbilang.
Dunia anak-anak memang sederhana. Mereka tidak banyak meminta. Kadang-kadang saat keduanya pulang sekolah, Zainab menjemput pulang anak-anaknya.
Anak-anaknya langsung berhamburan mendekati Zainab, saat menjemput keduanya.
Ditengah rasa sakit yang dia terima dari pernikahannya, ia tetap berusaha memberikan kasih sayang pada dua anaknya.
Apapun yang terjadi, anak-anaknya tetap harus mendapatkan perhatian.
Seperti biasanya anak-anak, saat pulang sekolah, setelah makan, keduanya akan langsung berhamburan pergi main-main dengan teman-temannya. Kadang-kadang mandi di parit.
Hasan tidak hanya suka memancing perkelahian, tapi juga sering memarahi jika teman-teman bahkan anak-anak dari saudara dari sang istri bahkan mengusirnya jika bermain dengan anak-anaknya dirumah.
Alasannya klise. Berisik.
“Pulang, pulang sana... Jangan bermain disini, berisik. Menggangu orang...” marahnya pada teman-teman anaknya.
Teman-teman Fatur dan Melinda berlarian saat diusir. Mereka bermain ditempat lain. Mereka sering main di halaman rumah neneknya.
Main-main rumah-rumahan, main kelereng, dan lain sebagainya.
Saat malam tiba, Fatur dan Melinda lahap menyuapi nasinya. Setelah selesai makan, keduanya turun kebawah, saat sudah sampai dijalan, keduanya malah terteriak pada ibunya.
“Ummi, kami pergi nonton ya...” teriak keduanya, sambil berlari pura-pura tidak mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut sang ibu.
Mereka melakukan itu, supaya mau tidak mau ibunya mengizinkan mereka menonton tv di rumah tetangga.
Sekitar jam sembilan malam, keduanya berlarian di malam gelap sambil berteriak memanggil ibunya dari kejauhan.
“Makanya kalau takut, jangan nonton tv dan pulang malam-malam...” seru Zainab sambil membuka pintu.
Keduanya hanya nyengir, menarik napas lelah habis berlarian kencang.
“Sekarang, tidur... Besok sekolah...” perintah Zainab. Keduanya segera masuk dalam kelambu, sambil bercanda.
“Diam! Berisik! Bisa tidak, kalau mau tidur itu tenang sesekali...” bentak Hasan membuat sang anak terdiam, langsung mengambil kain dan menyelimuti badannya.
Zainab hanya menghela napas lelah. Fatur nampak diam, tapi sebenarnya tidak tidur. Dia hanya diam, tapi pikirannya berkelana.
Dia sedang membayangkan menjadi seorang kapten kapal luar angkasa. Dia menyelamatkan planet dari alien jahat, bersama robot-robot ciptaan ia sendiri. Fatur tersenyum membuat alur demi alur di pikirannya.
Ia dan robot-robotnya dengan berani dan cekatan melawan para alien. Fatur hampir setiap hari, berkhayal saat sebelum mau tidur, bahkan saat ia sedang duduk dan bermain dengan teman-temannya, ia masih sempat-sempatnya berkhayal dan menciptakan duninya sendiri.
Bahkan berjam-jam, waktu ia habiskan untuk menciptakan dunianya. Tidak ada yang menyadari kelainan dari Fatur ini. Fatur sangat menikmati kelebihannya yang suka berkhayal. Setidaknya dengan berkhayal ia bisa mengatur kehidupannya sendiri.
Berkhayal sebelum tidur, kadang membuatnya selalu begadang dan kekurangan tidur, bahkan disekolah ia sering tidur saat istrirahat.
Rumah Zainab setiap harinya selalu diisi pertengkaran demi pertengkaran. Pada suatu hari Hasan berniat untuk membuka sekolah dengan meminjam gedung sekolah yang terbengkalai.
Ia sangat sibuk mengurus ini dan itu, bahkan saat ia pergi mengurus persyaratan demi persyaratan, ia tidak membawa uang dan tidak ada uang yang ditinggalkan di rumah.
Sesampainya di Bagan kota di Kabupaten, ia numpang selama beberapa hari di rumah saudaranya. Beliau lah yang membantu Hasan mengurus semuanya.
Sedangkan di desa Pasir, Zainab hanya bisa memandangi beras di tempayan yang hanya tinggal segenggam. Zainab menghela napas panjang. Fatur dan Melinda main rumah-rumahan di bawah rumah mereka.
Fatur merangkak berjalan di bawah rumah, ia mendapatkan uang koin 200 perak. Ia keluar dengan cepat, dari bawah rumah. Ia segera berlari membeli permen di sebuah kedai. Ia pulang dengan wajah bahagia sambil berjingkrak-jingkrak.
Ia kembali masuk ke bawah rumah, dan memberikan Melinda permen. Keduanya mengulum permen dengan wajah berseri. Mereka tidak tahu, bahwa ibunya sedang sedih memikirkan bagaimana hendak mendapatkan beras untuk makan.
Mereka bermain dengan riang, sesekali suara keduanya bercanda terdengar dari dalam rumah. Detik kemudian suasana menjadi hening, karena keduanya sudah tidak ada lagi dibawah rumah.
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗
aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh