NovelToon NovelToon
Haruskah Aku Berbagi Suami

Haruskah Aku Berbagi Suami

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Cerai / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Faza Nihaya

Setan apa yang telah merasuki suamiku. Dengan teganya ia bermain dibelakangku. Terlebih didalam kamar yang sering aku dan suamiku memadu kasih.
Aku buka perlahan knop pintu itu. Dan untungnya tidak terkunci. Perlahan aku melangkah. Namun aku dikejutkan dengan dua sosok manusia yang sedang berada dalam satu selimut. Aku mendekat. Aku tarik rambut perempuan itu. Tak peduli ia merasakan kesakitan atas perlakuanku.
Dan sejak saat itu. Aku Ajeng Shafanina akan membalaskan atas luka yang mereka torehkan kedalam hatiku. Dan aku akan buktikan bahwa aku pun bisa tanpanya. Tanpa seorang Yudha Mahardika, suami yang tak tau diri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Nihaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...

Pagi pun menyapa. Tapi Ajeng masih berkutat mempersiapkan keperluannya juga anaknya karena ia memilih pergi dari rumah itu, rumah yang selama ini membawa kebahagiaan dan kenyamanan baginya juga merasa disayangi oleh perlakuan suaminya.

Tapi apa sekarang? Di usia pernikahan yang menginjak enam tahun ia dikejutkan dengan kenyataan pahit. Ia tidak kuat jika harus serumah dengan madunya. Lebih baik ia pergi dan membawa sang anak dengan bekal yang selama ini ia kumpulkan atas jerih payahnya sendiri. Karena selama ini ia diam-diam berjualan online apa saja. Dan uang yang dikumpulkan pun sudah lumayan besar.

Ia melakukan itu semata karena jika ada masalah keuangan dalam rumahtangganya jadi uangnya bisa digunakan untuk kebutuhannya. Namun nyatanya bukanlah masalah ekonomi yang ia hadapi tapi penghianatan suaminya.

"Nak bangun sayang, kita sarapan dulu." Ucap Ajeng membangunkan sang anak.

Qeera pun terbangun dan melihat ibunya.

"Bunda kenapa? Kok matanya sembab?" Tanya Qeera, anak itu sudah berusia lima tahun dan sedang duduk dibangku sekolah TK.

"Tidak nak, bunda hanya kurang tidur. Ayo kita sarapan." Ajaknya sambil mengusap kepala Qeera.

"Jam berapa ini bunda? Sekarang hari senin, Aku harus sekolah."

"Sekarang Qeera gak sekolah dulu ya? Tapi besok sekolah lagi." Ucap Ajeng dengan lembut.

"Kenapa? Aku maunya sekolah." Qeera menatap bundanya serius.

"Bunda ada keperluan diluar, tapi Qeera harus ikut, gak usah bersama Sus Rini lagi."

"Kemana?" Tanya Qeera karena memang anak itu selalu banyak tanya.

"Ke suatu tempat. Yasudah sekarang Qeera siap-siap ya." Ajeng membantu Qeera untuk bangun lalu mengajaknya sarapan lebih dulu didalam kamar setelah itu mandi.

Dilantai bawah ...

"Mas, mbak Ajeng kok belum turun juga?" Tanya Fiona yang sudah duduk di kursi untuk sarapan. Ia tak tau kalau Ajeng sudah bangun lebih dulu membuatkan sarapan untuk putrinya tapi tidak lagi untuk suaminya.

"Biar saja lah, nanti juga turun." Jawab Yudha duduk di sebelah Fiona.

"Gak boleh gitu lah Mas, dia istrimu juga." Ujar Fiona sambil mengambilkan roti tawar lalu diolesi selai coklat untuk Yudha.

Lalu terlihat Ajeng dan Qeera sedang menuruni tangga, juga satu koper yang dibawanya.

Yudha dan Fiona melihat ke arah ibu dan anak itu.

Seketika Yudha yang hendak memasukkan lagi rotinya kedalam mulut pun ia urungkan dan meletakkannya lagi diatas piring, lalu mendekat pada Istri dan anaknya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Yudha heran sambil mengerutkan dahinya.

Tapi Ajeng tak menghiraukan pertanyaan Yudha dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Apa ini yang disebut seorang istri yang baik. Ditanya pun tak mau menjawab." Ujar Yudha yang kini sudah berada dibelakangnya.

Ajeng berhenti dan mengambil napas berat, lalu menoleh kebelakang.

"Untuk apa aku disini jika hanya untuk merasakan penderitaan." Paparnya.

"Penderitaan apa? Kamu disini aku nafkahi, apapun yang kamu mau aku turuti. Bahkan hampir seluruh gajiku kamu yang pegang." Ujar Yudha.

"Percuma bicara sama yang tidak punya hati." Ajeng membalikkan badannya lagi hendak melangkah.

"Pikirkan anak kita," Yudha melangkah dan berdiri dihadapan Ajeng dan juga Qeera.

"Bunda, Ayah, jangan berantem," Ujar Qeera melihat keduanya. Karena anak sebesar itu bisa mengerti kalau orangtuanya sedang tidak baik-baik saja.

Ajeng menunduk lalu duduk mensejajarkan putrinya. "Tidak nak, Ayah sama Bunda cuma salah paham, sekarang Qeera sama sus Rini dulu ya?" Ucap Ajeng lalu memanggil pengasuh, menyuruh Qeera untuk dibawa keluar sebentar.

Setelah memastikan Qeera hilang dari pandangan, Ajeng memejamkan matanya, mencoba menetralkan perasaannya, bahwa ia harus bisa bangkit tanpa suami seperti Yudha.

"Kamu dan Qeera tidak boleh pergi dari sini." Tukas Yudha.

"Tapi keputusanku sudah bulat. Dan tolong jangan halangi aku," Ajeng hendak melangkah.

"Tidak, kalian akan tetap disini, aku tidak mau hidup Qeera kekurangan,"

"Setelah apa yang kamu lakukan, kamu baru memikirkannya? Ayah macam apa kamu ini." Ajeng menggelengkan kepalanya. "Dan kamu jangan khawatir, aku akan pastikan Qeera pun tidak akan merasa kekurangan meski tidak lagi bersama Ayahnya."

"Kalau kamu bersikuku tetap ingin pergi. Silakan kamu pergi, tapi jangan bawa Qeera,"

"Mas, dia itu anakku, aku gak mungkin meninggalkan dia," ucap Ajeng mendengus kesal, juga menahan sesak.

"Tapi dia juga anakku," bentak Yudha.

"Aku tak habis pikir apa yang ada dikepalamu saat ini. Kamu lelaki paling egois yang pernah aku temui. Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan anakku,"

"Kalau itu mau mu, kamu tetap harus tinggal disini. Cobalah kalian saling kenal dulu, Fiona tak seburuk itu."

Fiona mendekat dan menyentuh pundak Ajeng. "Mbak,"

"Diam kamu." Bentak Ajeng sambil menepis tangan Fiona.

"Lihat. Fiona pun mau belajar menerima kamu." Tukas Yudha.

"Sebaik apa pun madu ku, dia tetap duri dalam kehidupanku, karena sampai kapanpun aku gak rela dimadu." Ucap Ajeng menatap tajam pada Yudha lalu melangkah cepat dan menabrak bahu Yudha hingga sedikit terhuyung.

Yudha mengejarnya keluar, terlihat Ajeng menggenggam tangan Qeera.

"Bunda kok nangis? Bunda, kita mau kemana? Bunda, aku gak mau pergi. Aku gak mau jauh dari Ayah." Pertanyaan demi pertanyaan Qeera lontarkan. Namun Ajeng tak menjawabnya. Ia terus melangkah dengan menenteng kopernya.

Yudha yang mendengar ucapan Qeera bahwa tak ingin jauh darinya, segera ia memanggil satpam untuk menghalangi kepergian mereka.

"Pak, pak Hendra, tolong jangan biarkan Ajeng dan Qeera pergi. Biarkan dia disini." Perintah Yudha pada satpam yang bekerja dirumahnya.

"Baik pak," Jawab Hendra lalu mendekat kearah Ajeng dan juga Qeera.

"Ayo bu,, kita masuk," ajak Hendra berdiri dihadapan keduanya.

"Tidak pak, saya ingin pergi, tolong jangan halangi saya,"

"Ini perintah pak Yudha, saya hanya menjalankan tugas." Hendra menunduk sopan.

"Bapak tau masalah kami? karena semalam bapak sempat masuk kerumah kan?" Tanya Ajeng

Hendra menganggukkan kepalanya.

"Lalu apa yang akan bapak lakukan jika diposisi saya?"

Hendra melihat iba pada Ajeng, ia pun menundukkan kepalanya kemudian menoleh pada Yudha.

"Jangan dengarkan dia, disini aku yang gaji kamu, bawa mereka kedalam kalau kamu tidak ingin saya pecat." Ujar Yudha.

"Maaf bu, ibu dengar sendiri Pak Yudha gimana, mari saya antar kedalam." Hendra mengangguk sopan.

"Bunda, Qeera gak mau pergi, Qeera inginnya sama Ayah juga." Qeera merengek sambil memeluk kaki sang bunda.

Lalu Qeera menangis sesenggukan, ia ingin tetap ada dirumah itu.

Ajeng yang melihatnya ia menyeka sudut matanya. Secinta itu Qeera pada Ayahnya, padahal Ayahnya lelaki tak tahu diri, hanya mementingkan syahwat, tidak memikirkan dampak dari semuanya.

Dengan terpaksa, Ajeng pun menuruti keinginan putrinya. Ia akan mencoba sabar dan perlahan membuat Qeera mau untuk ia ajak keluar dari rumah itu.

"Terimakasih Ajeng." Ucap Yudha ketika Ajeng melintas di hadapannya.

"Ini semua demi Qeera, kalau saja dia mau aku ajak pergi, pasti aku sudah pergi jauh dari rumah ini." Tukas Ajeng menatap Yudha dengan tatapan tajam.

Yudha tersenyum akhirnya ia bisa membuat Ajeng mau tinggal lagi bersamanya, meski bukan demi dirinya. Karena ia yakin kalau dirinya bisa berbuat adil pada Ajeng dan juga Fiona.

1
Olga Kandou
karma pelakor
martina melati
permisi thor... bikin novel tentang guna2 istri muda ato guna2 duda gt/Ok/
martina melati
hasna dpasangkan dg luthfan aja thor
martina melati
apa gk pindah skul aja nih...
martina melati
kepo y, bu laras...
martina melati
ato bersih2 rumah y/Facepalm/
martina melati
walopun sahabat, mungkin yudha tidak bercerita tentang fiona (padahal pernah dekatkn/pacaran) pd abian.
martina melati
permisi thor, sepertiny ada yg typo nih... _aku gak mau punya bunda lagi_ seharusny ayahkan?
Lala lala
ini kknsepnya gmn..katanya ajeng balik ke rmh ortunya dan perjalan sampe 2 jam..knp bs ketemuaan dg kwn husna dg mudah, knp bs sekolah qeera kyk dekat rumah eyangnya..mobil yudha jg bs samaan..kyk msh satu kota aja..
Jumiah
haduh cari masalah sih ibu...
y nma jua lg kesel y bu..
nasib yudha jd apes setelah pisah sma
istri ...
Jumiah
ia bian jangan sampai nyesal lg klo
kmu lambat..quien jua suka sma kmu ..
Jumiah
sdh yuda gk kerja lg ,baru fiona kasih tau klo kemungkinan kecil bisa punya anak..
Jumiah
jangan mau jeng ,ucapan suami mu ,lain di mulut lain dihati ,
bersukur sdh lepas dri suami mu...
kalea rizuky
egois bgt sumpah Hasna
Tri Utari Agustina
Ceritanya bagus banget thor khusus utk laki-laki memilih selingkuh dari pada istri akhir mennyesal
Tri Utari Agustina
Karma berlaku Yudha menyiak istri mu nanti terjadi padamu
adeeva channel
alur ceritanya bagus
Aya Vivemyangel
Kebanyakan menyeka sudut mata ini si ajeng 😌
Aya Vivemyangel
Agak berbelit ya ,,,
Intan IbunyaAzam
Hasna yg memilihnya Ajeng ksian dy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!